- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Mengangkat Pamor Kopi Papua
KOPI atau dalam bahasa Latin
dikenal sebagai Coffea merupakan tumbuhan yang paling sering dijadikan bahan
minuman menyegarkan. Tumbuhan dengan lebih dari 100 spesies ini juga memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia.
Mengutip dari jurnal kesehatan daring Mayo Clinic, secangkir
minuman kopi hitam tanpa gula mampu merangsang sistem saraf pusat, menjaga
kesehatan otak, dan mencegah depresi. Sebab, di dalam kopi terkandung beberapa
zat kimia, di antaranya kafein sebagai antioksidan yang dapat mengurangi sakit
kepala dan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Ada dua spesies utama kopi yang paling sering dikonsumsi
manusia, yaitu robusta (Coffea canephora) dan arabika (Coffea arabica). Kopi
robusta umumnya tumbuh pada ketinggian antara 400 hingga 1.500 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Sedangkan kopi arabika bisa hidup hingga ketinggian
1.800 mdpl. Indonesia sendiri merupakan tiga besar produsen kopi utama dunia
selain Brasil dan Vietnam, di mana pada tahun 2023 lalu mampu memproduksi
756.100 ton atau lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 771 ribu ton.
Baca Lainnya :
- Belajar Ketahanan Pangan dari Kampung Adat Cireundeu0
- Kacapi Buhun hingga Carita Pantun, Keluhuran Nilai Masyarakat Banten0
- Sapta Pala SMAN 7 Jakarta Kirim Relawan ke Lokasi Bencana Alam di Sukabumi 0
- Perkuat Toleransi Beragama, IPARI Karanganyar Gelar Bakti Religi Membersihkan Rumah Ibadah0
- Wamentan Dorong Optimasi Lahan Rawa 106.000 Ha dan 150.000 Ha Cetak Sawah Baru di Sumsel0
Terdapat tiga spesies kopi yang lazim dikembangkan di
Indonesia yakni robusta, arabika, dan liberika yang umumnya ditanam di dataran
rendah mulai ketinggian 0 mdpl hingga 500 mdpl. Ada banyak daerah di Indonesia
berhasil mengembangkan varian kopi terutama yang memiliki dataran tinggi, satu
di antaranya adalah Papua. Spesies kopi yang dikembangkan di Bumi Cenderawasih
adalah arabika di Nabire, Dogiyai, Cartenz, dan Lembah Baliem.
Sebelum dimekarkan menjadi 4 provinsi, produksi kopi Papua
pada 2023 tercatat sebanyak 2.799 ton yang dihasilkan dari perkebunan seluas
total 13.991 hektare atau sekitar 1,09 persen dari produksi nasional. Kendati
secara nasional volume produksinya masih terbilang kecil, pada kenyataannya
kopi asal tanah Papua sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat. Setidaknya
terdapat 3 varian kopi arabika khas pegunungan Papua yang bercita rasa khas.
Misalnya kopi Amungme, spesies arabika yang dibudidayakan di
lereng Pegunungan Jayawijaya. Kopi Amungme yang namanya diambil dari suku
pemilik hak ulayat kawasan pegunungan tertinggi di Indonesia itu bercita rasa
sedikit asam dengan aroma manis khas serta sedikit moka. Kemudian ada kopi
Wamena, sesuai nama daerahnya, dibudidayakan di sekitar Lembah Baliem pada
ketinggian 1.200--1.600 mdpl dan cita rasanya sedikit asam dengan nuansa
cokelat dan floral.
Terakhir adalah kopi dari Pegunungan Bintang yang ditanam
secara organik dan dipanen manual serta proses menjadi bubuk siap konsumsi
dilakukan tanpa mesin. Kopi satu ini sungguh unik karena ada cita rasa
buah-buahan seperti citrus, beri, jeruk, peach, dan cokelat. Ketiga varian kopi
asal tanah pegunungan Papua itu telah memiliki penggemarnya tersendiri.
Upaya membawa kopi Papua lebih dikenal tak hanya di dalam
negeri saja, melainkan juga ke mancanegara terus dilakukan. Pemerintah Provinsi
Papua melakukan berbagai cara agar kopi dapat menjadi produk komoditas
unggulan. Misalnya menggandeng Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KP BI) Papua
untuk mengikuti aneka festival kopi di berbagai negara guna memamerkan kualitas
dan keunikan dari kopi asal Bumi Cenderawasih.
Kepala KP BI Papua Faturrahman mengatakan bahwa pihaknya
pada 2024 ini saja, sudah mengajak sejumlah produsen kopi pegunungan (highland
roastery) untuk mengikuti pameran dan festival kopi World of Coffee di
Kopenhagen, Denmark pada 27--28 Juni 2024 lalu. Pada ajang ini, produsen kopi
Papua berkesempatan menjaring pembeli potensial.
Selain itu, kopi Papua juga dikenalkan kepada investor dan
penggemar kopi di Negara Sakura dalam ajang Specialty Coffee Association on
Japan (SCAJ). Kegiatannya diadakan di Tokyo pada 9--11 Oktober 2024. Jepang
merupakan salah satu importir kopi terbesar di dunia. Nilai impor kopi pada
2023 mencapai sekitar 405.000 ton atau senilai USD1,56 miliar (Rp24,33
triliun).
Faturrahman menilai, kopi Papua memiliki keunikannya
tersendiri dan telah mendapatkan apresiasi tinggi dari penggemar kopi
internasional lantaran keunikan dan keunggulannya. "Kami harap dengan
berpartisipasi pada kegiatan tersebut brand awareness kopi Papua tidak hanya
semakin kuat, tetapi juga tercipta berbagai kesepakatan transaksi dagang yang
akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani kopi," katanya
seperti dilansir Antara.
Kegiatan lain yang diikuti oleh produsen kopi Papua adalah
ajang Melbourne International Coffee Expo (MICE) 2024 yang digelar di
Melbourne, Australia, pada 12--14 Mei 2024. Kali ini giliran Kementerian
Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal yang mengajak produsen kopi Papua
berpameran. MICE 2024 merupakan pameran kopi terbesar di kawasan Asia Pasifik
yang mempertemukan investor dan industri kopi yang dihadiri sekitar 15.000
peserta.
Sedangkan perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di
Papua, PT Freeport Indonesia seperti dikutip dari website resminya menyebutkan,
bahwa sejak 1998 melalui program pengembangan komunitas masyarakat (community
development) telah mampu mengembangkan kopi Amungme. Sebanyak 154 petani
terlibat dan mampu menghasilkan 3 ton kopi Amungme berkualitas terbaik tiap
tahun.
Penjabat Gubernur Papua Ramses Limbong berharap, dengan
upaya dari berbagai pihak untuk mengenalkan produk kopi asal Bumi Cenderawasih,
dapat meningkatkan pamor kopi tersebut sekaligus meningkatkan kesejahteraan
industri dan petani kopi. Selain itu, Ramses juga berharap mitra-mitra industri
kopi dapat turut membantu penguatan kelembagaan melalui pembentukan koperasi
produsen kopi, optimalisasi pascapanen, dan memfasilitasi sarana dan prasarana
yang diperlukan hingga akhirnya membuka wawasan dan pengetahuan para petani
kopi.
Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Taofiq Rauf
Sumber: Indonesia.go.id