Breaking News
- Pandutani Jajaki Kerja Sama dengan Perusahaan Eskavator Terbesar Asal China, PT Sany Perkasa
- JPO I Gusti Ngurah Rai Meningkatkan Kenyamanan Penumpang dan Aksesbilitas Bandara
- Menko AHY Dorong Digitalisasi dan Optimasi Bandara
- Menkop Resmikan Destinasi Wisata Bukit Manik Indonesia di Bogor
- Kemenkop Siap Fasilitasi Gakoptindo Jalin Kerja Sama dengan BGN Untuk Masuk Program MBG
- Mendes: Tidak Boleh Kurang, 20 Persen Dana Desa Digunakan Untuk Ketahanan Pangan
- Kejar Swasembada Pangan, Mentan dan Kapolri Tanam Jagung Serentak 1 Juta Hektare di 19 Provinsi
- Laporan Konflik Agraria Sepanjang 2024
- BRIN dan IRD Prancis Teliti Dampak Perikanan Rumpon Tuna Sirip Kuning
- Rekor Baru Bitcoin: Imbas dari Pelantikan Donald Trump?
◀
▶
Inspirasi Milenial Sukses Bertani Melon Secara Modern
Random Video
- 10 DESA TERINDAH DI DUNIA || 2 Di Antaranya Ada Di Indonesia
- Pekerjaan pertanian di Jepang santai, bergaji Rp100.000/jam
- Senandung Merdu Sampe, Alat Musik Petik Tradisional Masyarakat Dayak, Kalimantan
- Ekonomi Biru Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan
- Macan Tutul Jawa Puncak Predator TN Ujung Kulon
MUHAMMAD Rosul memulai karier bertaninya dengan membuka usaha peternakan bebek petelur, dan kini Rosul mengembangkan pertanian moderen berupa perkebunan buah melon premium dengan teknologi green house yang membawanya hingga pasar manca negara. Berlokasi di Donoharjo, Ngaglik, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, usaha Rosul di bidang pertamian semakin berkembang dan memberi nama lokasi pertaniannya dengan sebutan Amar Farm.
Kisah tani kali ini akan mengulas kisah Rosul memulai dan mengembangkan usaha taninnya. Kesuksesan Rosul sebagai petani melon dengan teknologi green housenya, sekaligus membantah anggapan masyarakat bahwa bertani harus berbecek-becekan dan bergumul dengan lumpur.
Rosul bersama pemuda sekitar membangun ekosistem pertanian dengan konsep integrated farming yang menghubungkan peternakan dengan pertanian yang menarik minat pemuda sekitar untuk turut andil dalam ekosistem tersebut, dimana mereka menjadi petani yang tidak harus "berkotor-kotor ria" melainkan berseragam dan berjas layaknya pekerja kantoran yang diidamkan banyak pemuda.
Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments