- Anggota ASPAI Se-Indonesia Uji Kompetensi Budidaya Anggur
- Mengintip Cara Anak Mengakrabi Kaki Seribu di Pemakaman
- 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer (1925-2025): Petani dan Biografi
- Pagar
- Mau Kuliah Gratis? Beasiswa Bank Indonesia 2025 Telah Dibuka, Ini Syaratnya!
- Air Terjun Weekacura, Hidden Gem di Sumba yang Punya Pesona Memanjakan Mata
- DWP Kemenkop dan LPDB Gelar Sosialisasi Perkoperasian dan Akses Pembiayaan Dana Bergulir di Cirebon
- Menakar Kunci Sukses Swasembada Pangan
- Patrick Pantera Negra Kluivert dan Memori Stadion Ernst Happel
- Pangan, Gizi dan Harapan
Pangan, Gizi dan Harapan

M. Ghaniey Al Rasyid
Penulis Lepas dan Pengkliping, Tinggal di Kota
Surakarta
Baca Lainnya :
- Imlek: Puisi dan Biografi0
- Referensi Daftar SNBP 2025, Ini 5 PTN dengan Jurusan Akuntansi Terbaik0
- Tidur: Pemerintah dan Puisi0
- Jika Pohon Mati, Kita Pun Mati0
- Keluarga Besar Mapala Stacia UMJ Bertambah 25 Anggota Baru0
SEBUAH novel gubahan Laksmi Pamuntjak
berjudul Aruna dan Lidahnya mengajak pembaca dekat dengan makanan.
Melalui makanan Laksmi Pamuntjak berkisah bagaimana pengalaman rasa itu bukan
sekadar menikmati, namun juga memahami. Alkisah, buku itu kaya akan referensi
makanan. Tak hanya itu, pelbagai makanan khas dari penjuru republik tersirat di
sela-sela novel Aruna dan Lidahnya.
“Makanan tak menuntut ibadat dan kesetiaan, tak ganas maupun
cemburu, ia merayakan panca indra dan bak ketegaran hati dan pikiran, ia
mengambil dan menyerap dari sana-sini, dapur yang mengolahnya, penulis resep
yang mengabadikannya, juru masak yang mewujudkannya, pemilik restoran yang
melembagakannya dan pecinta makanan yang menikmatinya…” (Hlm. 16)
Makanan merupakan kebutuhan penting manusia. Melalui makanan
manusia dapat melanjutkan aktivitas maupun elan vitalnya. Tak kalah penting,
makanan bergizi memberi peluang besar merawat raga agar tetap sehat.
Kiwari kita dihadapkan pada persoalan makanan. Beberapa
surat kabar cetak maupun maya mewartakan, makanan dan harapan. Makanan bukan
hanya untuk membikin pepat perut, namun melalui makanan itu harapannya dapat
memberikan gizi bagi pencecapnya. Kurang lebih seperti itu, guratan makna untuk
“makanan” di mana diperuntukan kepada anak-anak penerus republik dengan gratis.
Pemberitaan maupun topik menyoal makanan cukup ramai
diperbincangkan. Kendati demikian, para pembaca alhasil mencoba menilik
kemudian bernarasi membaca makanan dan gizi. Mulai dari celotehan santai,
hingga kutipan-kutipan penting dari dalam paper menyoal gizi hingga novel,
menyembul membasuh kita guna menilik lebih kentara mengenai makanan dan
manusia.
Gabriel Garcia Marquez mengingatkan kita bagaimana segumpal
makanan itu sangat berharga bagi tubuh manusia. Dalam sebuah cerita
diterjemahkan oleh Rizadini berjudul Caldas (LKIS, 2002), kita dibikin
mengerutkan dahi menilik kisah Luis Alejandro Velasco, seorang pelaut di mana
kapalnya karam, kemudian menderita di hamparan samudera luas yang sekarat tanpa
makanan.
Tubuh yang terkulai lemas, diombang-ambing oleh ganasnya
samudera, di tambah sengatan sang surya membakar kulitnya, Velasco harus
bertahan hidup menghadapi rimba lelautan dikala dirinya yang lemah tak mencecap
makanan. Berbekal sebuah sabuk dan kertas iklan roti, ia berjuang untuk
mendapatkan seekor ikan hiu untuk memenuhi kebutuhan kalorinya.
Makanan itu sumber energi bagi manusia. Kandungan gizi yang
berada di dalam makanan menopang manusia untuk beraktivitas. F.G Winarno acap
kali kita mengenal sebagai pakar ilmu pangan, gizi, dan teknologi pasca panen
menjelaskan cukup gamblang peranan pangan, gizi bagi manusia.
Makanan bergizi sering kali dipahami sebagai barang mahal.
Mafhum, di saat dunia pengetahuan menyembul memberi secercah gambaran mengenai
makanan, kemudian kita meraba-raba memilah dan menentukan mana makanan bergizi
dan belum bergizi. Dalam buku Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen
(Gramedia Pustaka, 1993), makanan dibahas cukup gamblang dan teliti. Menurut
Winarno makanan yang kita konsumsi memiliki dua fungsi, sebagai bahan pembangun
dan bahan pembakar.
Dari pelbagai makanan yang tersebar di hadapan manusia,
terdapat kandungan gizi yang dinilai dalam kilokalori. Setiap makanan punya
nilai kilokalori yang bervariatif. Kendati demikian dalam menentukan makanan
sendiri, para konsumen tidak bisa sekelebat maupun menutup mata menentukan
makanan apabila ingin merengkuh gizi di setiap makanan yang akan dicecap.
Mafhum, makanan yang dikonsumsi kemudian akan diubah oleh
kinerja tubuh untuk diubah menjadi energi. Nantinya energi berguna untuk
kinerja otak, sistem saraf, kerja dan transportasi zat-zat gizi serta kerja
otot-otot tubuh. Narasi makan bergizi memantik kita untuk merenung, apakah kita
selama ini melibatkan gizi atau hanya menjejali perut lantaran lapar dalam
menentukan makanan kita?
Asa menjemput Indonesia emas begitu tebal. Penerus bangsa
yang hari ini menempuh pendidikan dan penempaan untuk meneruskan manusia
republik, perlu dibarengi dengan penguatan gizi. Kiwari Pemerintah mulai
menggencarkan menyoal gizi dan makanan.
Pemerintah republik mulai melaksanakan program Makan Bergizi
Gratis (MBG) yang sudah dicanangkan sejak menyampaikan gagasan dalam unjuk
debat Pilpres 2024 lalu. Beberapa daerah mulai diuji untuk melaksanakan program
itu. Agar pelaksanaan program itu semakin tepat dan menyeluruh, Presiden
Prabowo Subianto membikin Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Makan Bergizi
Gratiz (MBG).
Program itu dicanangkan untuk mengatasi pelik-pelik
permasalahan gizi seperti tengkes, wasting, kekurangan berat badan, dan
permasalahan pertumbuhan fisik. Menurut Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI)
pada tahun 2023, bahwa 21, 5 persen balita di Indonesia mengalami tengkes,
sementara 15,9 persen mengalami masalah underweight (kondisi ketika
berat badan seseorang berada di bawah rentang normal pada orang seusianya).
Program makan siang bergizi menjadi ikhtiar untuk membikin
para penerus bangsanya terpenuhi dalam perihal gizi. Meski demikian, beberapa
pasang mata banyak yang menyoroti tatkala harga produksi untuk pemenuhan makan
bergizi itu hanya sebesar Rp10.000 per porsinya.
Jika memang harga produksi itu tidak sama dengan harga
konsumsi, alhasil bakal menyuguhkan makanan dengan gizi yang memadai - meskipun
dengan harga produksi Rp10.000, maka kita juga perlu untuk berbaik sangka untuk
keberlanjutannya ke depan. Pasalnya keberadaan jiwa yang sehat dan mumpuni
sangat diharapkan untuk memenuhi harapan tentang republik yang berdaya saing di
hari esok.
Menurut F.G Winarno, terkait masalah gizi utama dan upaya
intervensinya, apabila perihal pangan dan gizi nasional tidak terpenuhi maka
akan menelan risiko, salah satunya ialah menurunnya kecerdasan bangsa.
Selanjutnya untuk menekankan gizi nasional perlu kiranya menakar agar seimbang
antarkonsumsi protein, karbohidrat dan suplemen-suplemen yang seimbang dan
terukur, begitu juga dengan Makan Siang Bergizi itu. Sekian.
