Fasilitas Riset Lidar Tingkatkan Pemahaman Dinamika Cuaca dan Iklim di Khatulistiwa

By PorosBumi 28 Apr 2025, 07:44:52 WIB Sains
Fasilitas Riset Lidar Tingkatkan Pemahaman Dinamika Cuaca dan Iklim di Khatulistiwa

AGAM - Fasilitas riset Lidar (Light Detection and Ranging) di Kototabang, Sumatera Barat merupakan hasil kerja sama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan Tokyo Metropolitan University Jepang.

“Kolaborasi riset, khususnya terkait Lidar, sangat penting bagi kita untuk bisa meningkatkan pemahaman atas dinamika cuaca dan iklim di negara kita yang berada di khatulistiwa,” ungkap Peneliti Ahli Madya - Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, M. Syarif Ramadan, dalam wawancara dengan Tim Humas BRIN, pada April 2025 ini.

Lidar beroperasi dengan teknik pemantauan jarak jauh secara aktif yang menggunakan sistem laser dan dipancarkan vertikal ke atmosfer. Alat ini berfungsi untuk pengamatan aerosol, debu, ozon, dan uap air. 

Baca Lainnya :

Keuntungan pemasangan Lidar di daerah khatulistiwa, yakni dapat digunakan untuk mengukur parameter atmosfer di daerah tropis yang memiliki karakteristik unik dan dapat membantu mempelajari interaksi antara atmosfer dan lautan.

Syarif menjelaskan, observasi Lidar masih dalam satu rangkaian pengukuran dengan equatorial atmosphere radar (EAR), yang dimaksudkan untuk mempelajari mekanisme pencampuran udara antara troposfer dan stratosfer.

“Jika EAR mengukur turbulensi udara, Lidar dimaksudkan untuk mengukur tinggi awan,” jelas Syarif.

Adapun prinsip kerja dari Lidar yakni memancarkan sinar laser ke awan dan mengukur intensitas sinar yang dipantulkan oleh awan, beserta waktu tempuh sinar terpantul tersebut. Dari intensitas dan waktu tempuh, dapat dihitung ketebalan dan tinggi awan.

“Sistem Lidar di Kototabang didesain untuk dapat mengukur awan hingga ketinggian 20 kilometer,” sebut Syarif.

Dia kemudian menguraikan prinsip kerja Mie-LIDAR, yaitu sinar laser dipantulkan menggunakan lensa dan cermin, lalu dibelokkan menuju atmosfer dan berinteraksi dengan partikel komponen penyusun yang terdapat pada lapisan troposfer.

Peristiwa akibat interaksi ini mengakibatkan sinar laser mengalami pemantulan balik. Sinar yang dipantulkan kembali menuju Bumi dikumpulkan menggunakan teleskop. Photon detector terpasang pada seperangkat teleskop dikarenakan perangkat tersebut sangat rentan.

Data yang diterima masih berupa data mentah analog yang kemudian dikonversikan menggunakan analog digital converter menuju photon counter oscilloscope yang menghasilkan sebuah data digital. Data digital inilah yang dapat ditampilkan pada PC Mie-LIDAR menggunakan laser dengan panjang gelombang 532 nm dan teleskop dengan aperture 20 cm.

Syarif menerangkan, pengguna data Lidar meliputi berbagai lembaga dan organisasi, baik nasional maupun internasional yang bergerak dalam penelitian atmosfer dan ionosfer, pengembangan model cuaca dan iklim, pemanfaatan lapisan ionosfer, dan lainnya. Selain itu, universitas serta badan pemerintahan yang fokus pada pemantauan cuaca.

“Kolaborasi dalam negeri maupun internasional telah menjadi jalan untuk pengembangan pemahaman global tentang dinamika atmosfer tropis dan perannya dalam sistem iklim dunia,” tegas Syarif.

Optimalkan Perbaikan Fasilitas Riset “Lidar”

Profesor Shibata dari Tokyo Metropolitan University Jepang, mengatakan bahwa pemasangan Lidar di daerah khatulistiwa mempunyai tantangan tersendiri. Pertama, daerah khatulistiwa memiliki kondisi cuaca yang unik, seperti hujan lebat dan awan tebal yang dapat memengaruhi kinerja Lidar. Kedua, interferensi sinyal Lidar dapat terganggu oleh interferensi dari sumber lain seperti radiasi sinar matahari.

Karena itu, ujar dia, perbaikan kali ini lebih diutamakan kepada penggantian modul signal processing unit, penggantian kabel pada setiap modul antena, dan penggantian uninterruptible power supply (UPS) cadangan untuk menyuplai daya saat pemadaman listrik.

“Karena hal paling utama yang harus dipersiapkan dan diperhatikan adalah suplai arus listrik tidak boleh terputus, dikarenakan pengamatan dilakukan 24 jam secara terus-menerus setiap harinya,” ujarnya.

“Tidak ada yang berubah pada sistem pengamatan pada peralatan Lidar dengan pengamatan pada waktu sebelumnya. Maintenance rutin sistem Lidar ini dilakukan secara periodik enam bulan sekali,” tandas Shibata. (ib, cicha/ed: tnt)

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment