- Hilirisasi Grup MIND ID, Transformasi Pertambangan Berbasis Nilai Tambah
- Cerita Eks Wartawan Jualan Cabai yang Diborong Mentan Amran dari Daerah Bencana Aceh
- Kepungan Bencana Ekologis dan Keharusan Reformasi Fiskal Sektor Ekstraktif
- Pertumbuhan Ekonomi 2026 Ditaksir 5 Persen, WP Badan Harus Siap Diperiksa
- Ikhtiar Nyata SDG Academy Indonesia: Konektivitas Data, Kebijakan, dan Kepemimpinan
- Kembangkan Potensi Anak, LPAM Mirabel dan Ilmu Politik UNY Gelar Peringatan Hari Ibu
- Sambut Nataru dan HAB Kemenag ke-80, PD IPARI Karanganyar Bersih-Bersih Rumah Ibadah Lintas Agama
- Penguatan Sektor Riil Kunci Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026
- Musim Mas Dukung Pemkab Deli Serdang Hadirkan Ruang Publik Bersama melalui Pembangunan Alun-Alun
- Sidang Pengeroyokan di Tanjungpinang, Korban Soroti Terdakwa Tak Ditahan
Indef Ingatkan Pertanian Belum Pulih Dari Dampak Pandemi

Keterangan Gambar : Ilustrasi Indef-Istimewa
JAKARTA- Lembaga
pemikir Indef menilai sektor pertanian masih menghadapi
tantangan struktural. Hal itu terlihat
dari data pertumbuhan PDB sektor pertanian tertinggal
dari pertumbuhan ekonomi nasional, pemulihan pascapandemi belum solid,
produktivitas stagnan, dan adopsi teknologi berjalan lambat.
Kepala
Pusat Pangan, Energi, dan Pembangunan Berkelanjutan Indef, Abra Talattov memaparkan analisis kinerja
sektor pertanian berdasarkan data triwulanan sejak 2015.
“Pertumbuhan sektor
pertanian berada di sekitar 4,9 persen pada Triwulan III-2025 dengan tingkat
fluktuasi yang lebih tinggi dibandingkan PDB nasional yang stabil di atas 5
persen,” ungkap dia dalam keterangan resmi dikutip
Jumat(5/12/2025).
Baca Lainnya :
- Mentan: 40.000 Sawah Terdampak akan Dapatkan Bantuan Kementan, Termasuk Alsintan di Sumut0
- Pangan dalam Perspektif dan Tradisi Masyarakat Indonesia, Sejatinya Sudah Swasembada0
- Pengamat: Indonesia Swasembada Beras, Stok Dunia Tertinggi Sepanjang Sejarah, Harga Global Anjlok!0
- Mentan Ajak Gotong Royong Swasembada Pangan untuk Kesejahteraan Masyarakat Adat0
- Keseruan Wartawan Belajar Ternak Ayam Petelur di BBPKH Cinagara Kementan RI0
Menurut dia data itu menjelasakan bahwa pertanian belum pulih secara struktural
dari dampak pandemi. Ketimpangan antar komoditas tetap terlihat, dimana padi
relatif stabil dan jagung meningkat, sementara kedelai dan gula melemah. Impor
beras khusus lebih dari 223 ribu ton pada Januari–Juli 2025 memperlihatkan
bahwa produksi domestik belum mencukupi.
“Padi
dan jagung menunjukkan perbaikan hasil
panen, tetapi komoditas strategis seperti gula dan
kedelai mengalami stagnasi atau penurunan,”
tutur dia.
Pada sisi lain dia mengingatkan permintaan
terhadap pangan berbasis impor seperti gandum, gula, dan kedelai terus
meningkat tanpa diimbangi kapasitas produksi domestik yang memadai. “Kondisi ini memperlemah
neraca pangan 2025 yang sudah menunjukkan tekanan pada aspek ketersediaan
maupun stabilitas harga,” terang dia..
Dalam
mengantisipasi risiko pangan 2026, Abra menekankan potensi gangguan distribusi,
koordinasi kelembagaan yang belum optimal, serta peningkatan biaya produksi
yang dapat berdampak pada daya beli masyarakat.
“kebijakan perlindungan
sosial pangan dan beban subsidi komoditas berpotensi menambah tekanan terhadap
fiskal jika efisiensi kebijakan tidak ditingkatkan. Oleh karena itu, pendekatan
Food–Energy–Water Nexus harus menjadi
landasan dalam penyusunan kebijakan pangan nasional, memastikan integrasi
antara kebijakan air, energi produksi, dan sistem pangan,” papar dia.
Dalam
situasi tekanan ekonomi global dan volatilitas harga pangan, pendekatan
Food–Energy–Water Nexus menjadi krusial untuk memastikan konsistensi kebijakan
dari hulu hingga hilir.
Anggota
Komisi IV DPR RI,
Endang Setyawati Thohari menjelaskan bahwa ketahanan pangan
tidak hanya berkaitan dengan peningkatan produksi, tetapi membutuhkan
konsistensi regulasi, kepastian tata kelola lahan, dan perlindungan bagi petani
kecil.
Menurutnya,
risiko global seperti fluktuasi harga pangan, konflik geopolitik, dan
ketidakpastian rantai pasok menuntut Indonesia memiliki sistem yang jauh lebih
resilien. Transformasi pertanian harus mencakup penguatan riset dan inovasi
benih, modernisasi logistik, efisiensi penggunaan input, serta revitalisasi
infrastruktur irigasi untuk memastikan kenaikan produktivitas yang merata.
Melalui
fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan, Komisi IV berkomitmen memperkuat
alokasi pendanaan pertanian dan mempercepat implementasi one map policy agar
konflik lahan dapat dihindari.
Endang
juga menekankan pentingnya menjadikan petani kecil, masyarakat lokal, dan
generasi muda sebagai pusat ekosistem pangan melalui akses yang lebih luas
terhadap modal, teknologi, dan kemitraan yang berkeadilan.
Direktur
Operasi PT Pupuk Indonesia, Dwi Satriyo Annurogo menyoroti bahwa ketersediaan pupuk, khususnya
nitrogen, merupakan faktor kunci peningkatan produktivitas padi dan komoditas
pangan lainnya.
Dengan
proyeksi peningkatan kebutuhan beras menuju Indonesia Emas 2045, tambahan
produksi sebesar 5,69 juta ton perlu dipastikan melalui pemupukan yang tepat
dan berkelanjutan.
Dwi
Satriyo menyampaikan bahwa kapasitas produksi nasional saat ini berada pada
tingkat yang sangat memadai dan terus diperkuat melalui perbaikan tata kelola
distribusi. Digitalisasi melalui pusat
komando,meja
pemantauan, dan sistem pencatatan elektronik diterapkan untuk memastikan
penyaluran subsidi pupuk berlangsung lebih transparan, akuntabel, dan tepat
sasaran hingga ke tingkat petani.
Ke
depan, strategi transformasi industri pupuk akan berfokus pada peningkatan efisiensi
energi, pengembangan pemupukan presisi, serta pembangunan pabrik baru di
kawasan timur Indonesia untuk memperkuat rantai pasok nasional.
“Upaya ini diharapkan
dapat menjadi fondasi bagi swasembada pangan sekaligus transisi menuju
pertanian modern dan rendah emisi,”
terang dia.
.jpg)
1.jpg)

.jpg)

6.jpg)
.jpg)
1.jpg)
.jpg)

.jpg)

