- Apresiasi Para Penyelamat Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Hidup
- Hadirkan Dua Pakar, FISIP UPNVJ Bedah Ragam Riset Big Data dalam Ilmu Komunikasi
- NFA Terus Perkuat Cadangan Pangan Pemerintah
- Ini yang Membuat Prabowo Yakin Indonesia Bisa Bebas dari Impor Semua Produk Pangan
- Produksi Padi Diyakini Meningkat, Wamentan Tekankan Bulog Serap Gabah Petani
- Lindungi Peternak, Mentan Stop Sementara Impor Daging Domba
- AHY: Indonesia Kaya Potensi Ekraf yang Bisa Tingkatkan Perekonomian
- Macan Tutul Jawa Puncak Predator di TN Ujung Kulon
- 5 Produk UMKM yang Punya Potensi Besar Ekspor ke Inggris
- Hub UMK Jakarta Raya Wujud Kontribusi PLN Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Ini yang Membuat Prabowo Yakin Indonesia Bisa Bebas dari Impor Semua Produk Pangan
JAKARTA – Arah kebijakan pangan yang memihak terhadap
kepentingan rakyat dan kedaulatan nasional menjadi salah satu titah Presiden
Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan,
Jakarta, pada Senin (2/12/2024). Presiden Prabowo turut mengutarakan
sanjungannya terhadap implementasi langkah-langkah di bidang pangan selama 2024
ini yang merupakan kelanjutan program Presiden Presiden ke-7 Republik Indonesia
Joko Widodo.
"Saya merasakan di mana-mana rakyat merasa bahwa kita
terus pada komitmen untuk selalu berpihak kepada rakyat, berpihak kepada
kepentingan nasional. Kita melanjutkan dasar-dasar yang sudah diletakkan oleh
Presiden sebelumnya. Terima kasih (atas) langkah-langkah kita di akhir tahun
2024, juga karena dukungan Presiden Joko Widodo sebelumnya, kita mampu
mengatasi tahun ini yang tidak ringan karena kita hadapi El Nino sekaligus La
Nina," papar Kepala Negara.
"Saya juga sampaikan terima kasih kepada tim Menko
Pangan dan semua Menteri-Menteri yang berurusan dengan pangan. Kita dalam rapat
terbatas terakhir beberapa hari yang lalu, saya mendapat paparan yang sangat
menggembirakan, produksi pangan kita naik, cadangan pangan kita mungkin
terbesar selama beberapa tahun ini. (Beras) yang ada di gudang kita, saya kira
mendekati 2 juta ton dan sangat besar kemungkinan dan keyakinan saya tahun
2025, kita tidak akan impor beras lagi," sambungnya.
Baca Lainnya :
- AHY: Indonesia Kaya Potensi Ekraf yang Bisa Tingkatkan Perekonomian0
- 5 Produk UMKM yang Punya Potensi Besar Ekspor ke Inggris0
- Hub UMK Jakarta Raya Wujud Kontribusi PLN Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal 0
- Presiden Prabowo Dorong Swasembada Pangan dan Ekonomi Biru Lewat Perikanan Budidaya0
- Susu: Sapi dan Sastra0
Atas capaian tersebut, Presiden Prabowo pun menghaturkan
apresiasinya dan optimistis bahwa Indonesia akan bertambah kuat dari segi
ketahanan pangan. "Apresiasi saya juga kepada Menteri Pertanian dan
timnya, Bulog, Badan Pangan Nasional, semua unsur Menteri BUMN dan BUMN. Kita
sekarang berada dalam posisi yang semakin kuat dan semakin ke depan, kita akan
tambah kuat di bidang ini. Kita tidak nanti hanya bebas dari impor beras, tapi
kita harus bebas dari impor semua komoditas pangan," tegas Presiden.
Mengamini komando Presiden tersebut, Kepala NFA Arief
Prasetyo Adi meyakini kondisi inflasi pangan sampai akhir 2024 ini akan stabil
dan tidak akan begitu melonjak. "Pemerintah jelang akhir tahun sudah punya
formula apa saja program yang akan dilaksanakan. Sepanjang tahun telah kita
implementasikan dan Bapak Presiden Prabowo pun telah menetapkan program pangan
di 2 bulan pertama di 2025," terang Arief di Jakarta pada Selasa
(3/12/2024).
"Kita lihat inflasi pangan secara bulanan di November
telah bertumbuh, dari sebelumnya -0,11 persen menjadi 1,07 persen. Untuk
Desember, bantuan pangan beras total 220 ribu ton ke 22 juta PBP (Penerima
Bantuan Pangan) akan kembali disalurkan Bulog. Setelahnya akan terus lanjut
lagi di Januari dan Februari 2025, sehingga akan dapat pengungkit pertumbuhan
inflasi beras pula," jelas Arief.
Adapun pemerintah telah berhasil mengendalikan tingkat
inflasi pangan di setiap akhir tahun dalam 3 tahun terakhir belakangan.
Menyadur data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi komponen harga
bergejolak secara bulanan yang didominasi komoditas pangan pada Desember 2023
mengalami inflasi sebesar 1,42 persen.
Angka ini menurun dibandingkan inflasi pangan secara bulanan
di Desember 2022 yang kala itu berada di 2,24 persen dan Desember 2021 di 2,32
persen. Sementara kondisi inflasi pangan secara bulanan yang terkini di
November 2024 membaik di 1,07 persen.
Sementara kondisi inflasi beras dalam setiap akhir tahun
cenderung stabil dan berada dalam koridor sesuai target pemerintah. Pada akhir
2022, tingkat inflasi beras berada di angka 2,30 persen dan merupakan tertinggi
sepanjang tahun tersebut. Lalu pada akhir 2023 ada di 0,48 persen. Kendati
begitu, beras mengalami deflasi pada November 2024 di angka 0,45.
Melalui program bantuan pangan (banpang) beras yang mulai
digulirkan di Desember 2024 dan terus berlanjut pada Januari dan Februari 2025,
pemerintah meyakini inflasi beras akan stabil dan terkendali kembali. Adanya
penyesuaian jumlah PBP menjadi 16 juta untuk banpang beras tahun 2025 karena
terdapat beberapa justifikasi.
Faktor pertama karena adanya penurunan persentase penduduk
miskin. Menurut BPS, jumlah penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 25,22 juta
orang. Ini menurun 0,68 juta orang terhadap Maret 2023 dan menurun 1,14 juta
orang terhadap September 2022.
Selanjutnya demi mewujudkan program yang lebih tepat
sasaran, perlu menggunakan data desil 1 dan 2 plus lansia tunggal dan perempuan
KK (Kepala Keluarga) miskin. Jumlah data tersebut dalam P3KE (Pensasaran
Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem) sebanyak 14 juta.
Di samping itu, terdapat pula program lainnya yang menyasar
secara luas ke masyarakat di 2025 mendatang, seperti Makan Bergizi Gratis
(MBG). Program pengiring lainnya seperti Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan
(SPHP) beras juga tetap akan dilaksanakan pemerintah di tahun depan. Targetnya
pun ditambah menjadi 1,5 juta ton selama setahun. Dengan begitu, beras
berkualitas baik dari Perum Bulog dengan harga terjangkau, dapat lebih mudah
dijumpai masyarakat di pasaran.