- Kisah Gayatri, Istri Raja Pertama Majapahit, Nenek Hayam Wuruk
- Ini Sejumlah Lokasi Berburu Matahari Terbit sambil Wisata Kuliner
- KKP Tangkap 2 Kapal Ikan Asal Malaysia di Selat Malaka
- Dari Pesisir Nusa Lembongan, PLN Bangun Kemandirian Ekonomi Melalui Rumput Laut
- Beras!
- BRIN Manfaatkan Drone LiDAR Pantau Keberhasilan Konservasi Hutan Mangrove
- Greenpeace Dukung Kongres Dunia Pertama Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal dari Tiga Kawasan Hutan
- Tentang Sorgum dan Terigu
- Sebaran Kawasan Transmigrasi
- Pengembangan Tempat Wisata Religi di TN Ujung Kulon, Merangkai Sejarah dan Kelestarian Alam
KKI Karangsambung Jadi Laboratorium Mahasiswa Universitas Jember Memahami Geodiversitas
(1).jpg)
KEBUMEN - Kawasan Konservasi Ilmiah
(KKI) Karangsambung, Kabupaten Kebumen menjadi laboratorium bagi sejumlah
mahasiswa program studi geografi dari Universitas Jember. Mereka melakukan
kuliah lapangan untuk memahami kekayaan geodiversitas di kawasan tersebut.
KKI Karangsambung sendiri merupakan kawasan yang dikelola
oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) selama ini dikenal dengan
keanekaragaman bentang alam dan bentang budayanya sangat mendukung bagi
kegiatan pembelajaran di lapangan.
“Singkapan batuan dari berbagai zaman geologi, struktur
geologi kompleks, bentuk lahan yang beragam, serta dinamika sistem aliran
sungai menjadikan Karangsambung sebagai laboratorium alam yang autentik dan
komprehensif dalam memahami proses-proses bumi,” ujar Puguh Dwi Raharjo dari
Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN, di hadapan mahasiswa Prodi Geografi
Universitas Jember pada Selasa, (22/5).
Baca Lainnya :
- Penemuan Roti Tertua Ini Mengubah Sejarah Pertanian0
- Om Lay, Volunteer Jakarta Kibarkan Bendera Putih, Pulang Kampung ke Ambon0
- Bill Gates: Dunia dan Indonesia0
- Peduli Kesehatan, Anggota Sevenist Club Periksa Gula Darah dan Gelar Seminar Kesehatan Jantung0
- Kemenag Karanganyar Borong Juara di Ajang Penyuluh Agama Islam Award Jateng 20250
Puguh menyampaikan bahwa Karangsambung (KKI Geodiversitas)
adalah tempat yang sangat tepat untuk kegiatan kuliah lapangan mahasiswa
geografi. Kawasan ini menyajikan kekayaan geodiversitas mencakup berbagai tema
inti dalam ilmu geografi seperti geologi, geomorfologi, tanah, hidrologi,
hingga penggunaan lahan.
Lebih dari sekadar wilayah studi geosfer, menurutnya
Karangsambung juga memberikan ruang untuk eksplorasi geografi manusia.
Aktivitas penduduk, adaptasi terhadap kondisi fisik wilayah, serta pemanfaatan
ruang secara lokal menjadi cerminan nyata keterkaitan antara manusia dan
lingkungannya.
Lebih lanjut, dari perspektif geomorfologi, Karangsambung
memperlihatkan berbagai bentuk lahan hasil interaksi antara proses tektonik dan
pelapukan. Struktur sesar dan lipatan yang terbentuk akibat tumbukan Lempeng
Indo-Australia dan Eurasia menjadi bukti nyata dinamika geologi masa
lalu.
“Mahasiswa dapat mengamati langsung bentuk lahan struktural
seperti antiklin, sinklin, dan fault scarp, serta proses geomorfik aktif yang
membentuk lereng-lereng terjal dan lembah-lembah sungai yang dalam. Pengamatan
di lapangan ini memberikan pemahaman konkret mengenai bagaimana bentuk
permukaan bumi terbentuk dan berubah dari waktu ke waktu, memperkuat kompetensi
analisis spasial dan temporal dalam studi geografi fisik,” terang Puguh.
Selain itu, menurutnya keberagaman geologi dan geomorfologi
Karangsambung juga berkontribusi terhadap keragaman bentang alam dan sumber
daya lahan, yang berdampak langsung pada pola penggunaan lahan masyarakat.
Kawasan ini menjadi contoh nyata bagaimana kondisi fisik mempengaruhi tata
ruang lokal, baik dalam konteks pertanian, pemukiman, maupun konservasi.
Mahasiswa tidak hanya diajak mengenali unsur-unsur fisik,
tetapi juga diajak merefleksikan peran manusia dalam mengelola, memanfaatkan,
dan melestarikan lingkungan. Dengan demikian, Karangsambung menjadi wahana
pembelajaran interdisipliner yang menjembatani geografi fisik dan geografi
manusia dalam satu lanskap yang utuh dan dinamis.
“Semua unsur tersebut saling berinteraksi dalam satu
kesatuan sistem geografis, memungkinkan mahasiswa untuk membangun pemahaman
konseptual yang utuh dan integratif. Oleh karena itu, kuliah lapangan di
Karangsambung bukan hanya memperkaya wawasan teoretis, tetapi juga membentuk
cara pandang holistik terhadap kompleksitas bumi dan kehidupan di dalamnya,”
jelas Puguh.
Fahmi Arif Kurnianto, Dosen Prodi Geografi Universitas
Jember mengungkapkan bahwa kegiatan KKL yang diikuti oleh 82 mahasiswa
dari program studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial,
Universitas Negeri Jember tersebut sudah dirancang sebagai mata kuliah wajib
untuk diikuti dengan bobot sebesar dua sks.
Ia berharap mahasiswa dapat mempunyai keterampilan
observasi, bisa mengatasi spasial problem dalam menerapkan konsep geografi,
prinsip geografi, ruang lingkup geografi dan sudut pandang geografi dengan cara
aplikasi melalui pengenalan bentang lahan secara kontekstual. Disamping itu
mahasiswa mendapatkan bekal konten, pembuatan artikel ilmiah hasil
Pengukuran Proses dan Hasil Proses Bentang Lahan. (pp, pdr/ed:jml)
