- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil
- OJK Dinilai Memble, Kini Hasil Penyelidikan Investasi Telkom Pada GOTO Ditunggu
- Suara yang Dikenal dan yang Tidak Dikenal
- Sampah Akan Jadi Rebutan Sebagai Sumber Bahan Bakar
- Tenun Persahabatan: Merajut Warisan India dan Indonesia dalam Heritage Threads
- Manfaat Membaca yang Penting Kamu Ketahui
- Kisah Hanako, Koi di Jepang yang Berumur Lebih dari 2 Abad
- Hadiri Pesta Rakyat 2 di Manado, AHY Tegaskan Pentingnya Pemerataan Pembangunan Kewilayahan
- PFI Kepri Sambangi KSOP Batam, Perkuat Sinergi dan Semangat Foto Jurnalistik Maritim
- Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern
Penemuan Dua Spesies Baru Katak Bertaring di Pegunungan Meratus, Kalimantan
.jpg)
CIBINONG - Tim
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN), Aichi University of Education, Kyoto University, dan Universitas Palangkaraya berhasil
mengidentifikasi dua spesies baru katak bertaring.
Dua spesies baru tersebut, masing-masing diberi nama Limnonectes
maanyanorum sp.nov. dan Limnonectes nusantara sp.
nov., yang merupakan bagian dari spesies Limnonectes kuhlii.
Melalui pendekatan integratif yang menggabungkan analisis molekuler (gen 16S
rRNA) dan kajian morfologis mendalam, kedua spesies ini terbukti sebagai
entitas evolusioner yang terpisah dan sahih sebagai spesies baru.
“Penemuan ini menjadi kontribusi penting dalam upaya
mendokumentasikan keanekaragaman herpetofauna Kalimantan, serta menegaskan
peran penting wilayah Meratus dalam konservasi spesies endemik. Mengingat,
kerusakan habitat, eksploitasi jenis, perubahan iklim, dan timbulnya penyakit
merupakan ancaman terbesar terhadap keberlangsungan kehidupan amfibi endemik
Kalimantan,” kata Profesor Riset bidang Herpetologi PRBE BRIN, Amir Hamidy.
Baca Lainnya :
- Tim Peneliti UGM Temukan Tujuh Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat0
- BRIN-UNISBA Riset Karakterisasi Sumber Daya Geologi dan Pemanfaatan Mineral Ikutan0
- BRIN - UNPAD Gagas Pusat Kolaborasi Riset Kelautan0
- BRIN Ungkap Proyeksi Angin Ekstrem di Jawa Timur, Tertinggi di Indonesia0
- Prediksi Perubahan Iklim Masa Depan Arus Lintas Indonesia, BRIN Gunakan Pendekatan Masa Lalu0
Limnonectes maanyanorum sp.nov.
ditemukan di kawasan Gunung Karasik, Kalimantan Tengah. Nama ilmiahnya
diberikan untuk menghormati masyarakat adat Dayak Maanyan yang tinggal di
wilayah tersebut. Di kalangan masyarakat setempat, katak ini dikenal
sebagai Senteleng Watu, yang berarti “katak batu”.
Sementara itu, Limnonectes nusantara sp.nov.
ditemukan di daerah Loksado dan Paramasan, Kalimantan Selatan. Nama “Nusantara”
dipilih sebagai simbol identitas nasional Indonesia, sekaligus merujuk pada Ibu
Kota Negara baru yang berlokasi di Kalimantan. Di wilayah asalnya, katak ini
disebut Lampinik oleh masyarakat Dayak Meratus.
Kedua spesies ini berukuran tubuh sedang dan memiliki ciri
khas berupa “taring” (struktur tulang menonjol) di rahang bawah, terutama pada
katak jantan. Jari-jari kaki mereka berselaput penuh, kulit tubuh berbintil,
dan memiliki warna serta pola tubuh yang khas. Bentuk bintil dan ukuran taring
menjadi pembeda penting antara keduanya.
Analisis genetik dan morfologi menunjukkan bahwa keduanya
merupakan garis keturunan yang berbeda secara signifikan berdasarkan jarak
genetik pada sebagian sekuens gen 16S rRNA serta kombinasi karakter morfologis.
Analisis filogenetik menunjukkan bahwa L.
maanyanorum dan L. nusantara masing-masing membentuk
klad monofiletik dengan dukungan statistik yang sangat tinggi, serta memiliki
jarak genetik yang signifikan dibandingkan spesies lainnya. Hal ini menguatkan
status keduanya sebagai spesies baru.
Penemuan ini menegaskan pentingnya eksplorasi biodiversitas
dan penguatan kebijakan konservasi berbasis data ilmiah di wilayah-wilayah
tropis yang masih kurang terjamah, khususnya Kalimantan sebagai bagian dari
kawasan Sundaland yang sangat kaya akan spesies endemik.
“Penemuan ini menunjukkan bahwa Kalimantan masih menyimpan
banyak misteri biologis. Kita perlu terus melakukan eksplorasi dan penelitian,
terutama di wilayah yang belum banyak dijangkau,” tegas Amir sebagai salah satu
penemu dan penulis dalam studi ini.
Para peneliti berharap penemuan ini mendorong studi lebih
lanjut dan dapat digunakan untuk menentukan prioritas konservasi di salah satu
kawasan yang paling kaya namun terancam di dunia. Penemuan ini telah
diterbitkan dalam jurnal ilmiah internasional Zootaxa (Zootaxa 5575 (3):
387-408) pada 24 Januari 2025, dengan judul Two new species of fanged
frog from Southeastern Borneo, Indonesia.
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

