5% Aset Keuangan Islam Dapat Menghasilkan USD400 M untuk Pembiayaan Energi Terbarukan

By PorosBumi 22 Nov 2024, 17:14:38 WIB Global
5% Aset Keuangan Islam Dapat Menghasilkan USD400 M untuk Pembiayaan Energi Terbarukan

DUBAI - Laporan baru berjudul “Islamic Finance and Renewable Energy”, menunjukkan bahwa dengan mengalokasikan hanya 5% dari aset senilai USD4,5 triliun sektor keuangan Islam untuk proyek energi terbarukan, dapat terhimpun dana sebesar USD400 miliar untuk pembiayaan iklim pada 2030.

Laporan ini hasil kolaborasi antara Greenpeace MENA (sebagai bagian dari Aliansi Ummah for Earth) dan Inisiatif Keuangan Etis Global (GEFI), mengungkap potensi transformatif keuangan Islam dalam mempercepat transisi global menuju energi terbarukan. Temuan laporan ini diluncurkan hari ini, dalam acara “Unlocking Islamic Sustainable Finance Summit” yang diselenggarakan oleh GEFI.

Laporan ini menekankan keselarasan antara prinsip-prinsip keuangan Islam—yang menonjolkan pengelolaan lingkungan, investasi etis, dan tanggung jawab sosial—dengan kebutuhan mendesak akan investasi energi berkelanjutan. Dengan kesenjangan pendanaan energi terbarukan tahunan sebesar USD5,7 triliun, sektor keuangan Islam memiliki posisi unik untuk menjembatani kesenjangan ini melalui instrumen keuangan yang sesuai syariah.

Baca Lainnya :

Instrumen keuangan Islam ini berpotensi mengatasi tiga krisis planet, yakni perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. “Keuangan Islam bukan hanya alat ekonomi; itu adalah katalisator yang kuat untuk investasi energi terbarukan, didorong oleh nilai-nilai keimanan serta prinsip keseimbangan dan pengelolaan lingkungan,” kata Nouhad Awwad, Ummah For Earth’s Campaigner and Global Outreach Coordinator at Greenpeace MENA.

“Memobilisasi aset keuangan Islam, seperti sukuk dan dana zakat, dapat membantu melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada 2030 dan membuka jalan bagi transisi yang adil, menciptakan masa depan di mana tidak ada yang tertinggal.”

Tariq Al-Olaimy, Penasihat Keuangan Islam untuk Aliansi Ummah For Earth, menyatakan keuangan Islam bukan sekadar pendekatan pembiayaan alternatif, tapi ini adalah solusi yang kuat untuk aksi iklim. Dengan proyeksi aset keuangan Islam melebihi USD6,7 triliun pada 2027, memiliki peluang luar biasa untuk menyelaraskan prinsip-prinsip berbasis iman dengan pengelolaan lingkungan.

“Melalui alokasi strategis hanya 5% untuk energi terbarukan, kita dapat memobilisasi USD400 miliar untuk solusi iklim pada 2030. Waktunya untuk bertindak adalah sekarang—setiap keputusan investasi yang kita buat hari ini akan berdampak pada generasi mendatang. Lembaga keuangan Islam harus mempercepat komitmen mereka terhadap investasi energi terbarukan,” tuturnya.

Untuk memfasilitasi transisi ini, laporan tersebut juga memperkenalkan EDUCATE framework, yang menawarkan panduan praktis untuk melibatkan para pemangku kepentingan, mendorong kolaborasi, dan memobilisasi modal untuk proyek energi berkelanjutan.

“Keuangan Islam berada di ambang peluang transformatif senilai USD1 triliun, selaras dengan kebutuhan pendanaan sektor energi terbarukan. Dengan mematuhi prinsip-prinsip Syariah, keuangan Islam dapat mendorong dekarbonisasi dan menawarkan solusi yang berdampak bagi masa depan yang berkelanjutan, terutama di negara-negara Selatan Global,” kata Omar Shaikh, Managing Director of GEFI.

Temuan utama laporan:

-          Industri keuangan Islam terus berkembang pesat, dengan proyeksi aset mencapai USD6,7 triliun pada 2027. Alokasi strategis hanya 5% untuk inisiatif energi terbarukan dan efisiensi energi dapat memobilisasi sekitar USD400 miliar untuk pembiayaan iklim pada 2030.

-          Pasar sukuk ESG menunjukkan momentum luar biasa pada semester pertama 2024, dengan penerbitan mencapai USD9,9 miliar—setara dengan total tahun 2023. Sukuk keberlanjutan memimpin pertumbuhan ini, mencakup 63% dari total penerbitan sukuk ESG.

-          Kawasan MENA memimpin transisi ini: perusahaan UEA menerbitkan sukuk ESG senilai rekor USD3,9 miliar pada 2023, sementara Arab Saudi mencatat peningkatan kapasitas energi terbarukan lebih dari 300%.

-          Prinsip keuangan Islam secara alami selaras dengan pengelolaan lingkungan, aksi iklim, dan investasi berkelanjutan, menarik investor Islam maupun konvensional ke proyek energi terbarukan.

-          Negara-negara seperti Indonesia (penerbit sukuk hijau negara pertama) dan Malaysia menjadi pelopor dalam kerangka kerja yang menggabungkan keuangan Islam dengan standar keberlanjutan global.

-          Analisis proyek-proyek yang didanai melalui Sukuk Hijau menunjukkan manfaat sosial-ekonomi yang luas, termasuk: penciptaan lapangan kerja, peningkatan keamanan energi, transfer teknologi, inovasi infrastruktur berkelanjutan, perbaikan kesehatan masyarakat melalui pengurangan emisi, dan penguatan ketahanan iklim untuk komunitas rentan.

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment