- Lakon Pandawa Nawasena: Tradisi Wayang Orang dalam Sentuhan Lintas Generasi
- Jejak Megalitik Pasemah: Ruang Sakral dan Warisan Leluhur
- Deklarasi Sira, Satu Suara Pemuda Adat untuk Para Pemimpin Dunia
- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
Deklarasi Sira, Satu Suara Pemuda Adat untuk Para Pemimpin Dunia
.jpg)
SORONG SELATAN - Dua
tahun berselang, Forest Defender Camp kembali berlangsung di wilayah adat
Tehit-Knasaimos, Kampung Sira, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan,
Provinsi Papua Barat Daya. Berbeda dari tahun 2023, bukan hanya Pemuda Adat
dari 7 wilayah adat Papua yang menjadi peserta acara kemah kali ini. Perwakilan
Masyarakat Adat dari Cekungan Kongo, Amazon dan Borneo juga ikut
berbagi pengalaman di area kemah.
Forest Defender Camp hadir untuk memperkuat gerakan dan
mengkampanyekan hak-hak Masyarakat Adat. Di samping itu, acara kemah ini
diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk membangun solidaritas global.
Desakan untuk memperjuangkan payung hukum yang mengakui hak-hak Masyarakat Adat
dan akses langsung Masyarakat Adat terhadap pendanaan iklim juga terus
digaungkan.
Menurut Nabot Sreklefat dari Komunitas Anak Muda Adat
Knasaimos, kehadiran representasi dari semua wilayah adat se-Tanah Papua dan
belahan dunia lain dapat saling menginspirasi. “Harapan sa dari
kita pu kemah adat ini bisa ada rekomendasi yang kita bawakan
secara nasional dan internasional,” katanya saat membuka Forest Defender Camp
2025.
Baca Lainnya :
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana 0
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim0
- Dari Binus International ke Brisbane: Perjalanan Fannisa Widya Puteri Kuliah Double Degree0
- Tonggak Sejarah Medis Tanah Air: Robot Bedah Otak Pertama di Indonesia Hadir di Siloam Hospitals0
- 5 Dampak Tak Terduga yang Datang Kalau Konten Kamu Viral0
Para peserta membacakan
deklarasi tersebut dalam acara Forest Defender Camp 2025 di Desa Sira, wilayah
Knasaimos, Sorong Selatan, Papua Barat Daya. © Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace
Situasi krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang saat ini
terjadi secara bersamaan telah menjadi ancaman global bagi masa depan generasi
muda. Sayangnya, suara generasi muda, terutama Pemuda Adat, masih sering
diabaikan dalam pengambilan keputusan terkait masalah krisis iklim.
Sebagai upaya untuk mengamplifikasi suara Pemuda Adat,
Forest Defender Camp 2025 turut melaksanakan Forum Pemuda Adat Internasional,
sebuah forum yang diikuti oleh perwakilan dari masing-masing wilayah adat dan
para delegasi Pemuda Adat global.
Menurut Nathalia Kycendekarun Apurinã, Masyarakat Adat
Amazon yang berpartisipasi dalam forum ini, hutan hujan di lintang khatulistiwa
dan orang-orang yang melindunginya merupakan fondasi kehidupan di Bumi yang
telah menopang kehidupan kita dengan suplai udara, air, dan stabilitas iklim.
Baginya, Pemuda Adat memiliki komitmen yang tak tergoyahkan, yakni untuk
melindungi tanah adat, menghormati warisan leluhur, dan memastikan masa depan
bagi keturunannya. “Krisis iklim menuntut semua orang—pemerintah, pelaku
bisnis, dan organisasi internasional—untuk bergabung dengan kami. Solusinya ada
dan berakar pada pengetahuan tradisional kita dan hubungan kita dengan alam.
Waktunya untuk bertindak adalah sekarang. Untuk menjaga planet ini tetap
bertahan, Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Se-Tanah Papua harus tetap hidup.
Umat manusia mencari jawaban, tetapi jawabannya selalu ada di sini. Jawabannya
adalah kita,” tegas Komunikator untuk Koordinasi Organisasi Adat Amazon Brasil
(COIAB) ini.
Melalui proses diskusi yang panjang, Forum Pemuda Adat
Internasional ini akhirnya telah menyepakati sebuah seruan dari Pemuda Adat
global bagi para pemimpin dunia untuk menjaga iklim global yang dicatatkan
dalam Deklarasi Sira. Deklarasi ini mencakup poin-poin tuntutan
global yang merefleksikan tantangan yang sama-sama dihadapi oleh Masyarakat
Adat di Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Tanah Papua.
Di bawah ini adalah preambul Deklarasi Sira yang dibacakan
Rossyana Kogoya, salah satu peserta Forest Defender Camp:
Deklarasi Sira
Deklarasi Pemuda Adat Global
dari Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Se-Tanah Papua
Deklarasi ini dibuat oleh 89 perwakilan
Masyarakat Adat yang berkumpul di Kampung Sira, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong
Selatan, Provinsi Papua Barat Daya, Wilayah Adat Tehit Knasaimos, mewakili
komunitas dan masyarakat adat dari lima negara di empat wilayah, pada acara
Forest Defender Camp yang diselenggarakan pada 23–26 September 2025.
Kami, para Pemuda Adat dari empat kawasan hutan
tropis terbesar di dunia—Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Se-Tanah
Papua —berbicara hari ini dengan satu suara.
Kami adalah Pemuda Adat, pembawa pengetahuan leluhur, dan pelindung sistem
kehidupan yang menopang bukan hanya masyarakat kami, tetapi seluruh planet.
Kiki Taufik, Kepala Kampanye Global Greenpeace untuk Hutan
Indonesia, berharap deklarasi ini dapat mengantarkan suara penjaga hutan yang
sesungguhnya–Masyarakat Adat–ke gelaran Conference of the Parties ke-30 atau
COP30 di Belem, Brazil bulan November yang akan datang. “Suara yang akan sampai
ke telinga para pemimpin dunia nanti adalah suara para Pemuda Adat yang menjadi
kunci masa depan Bumi,” tandas Kiki.
