- Pandutani Jajaki Kerja Sama dengan Perusahaan Eskavator Terbesar Asal China, PT Sany Perkasa
- JPO I Gusti Ngurah Rai Meningkatkan Kenyamanan Penumpang dan Aksesbilitas Bandara
- Menko AHY Dorong Digitalisasi dan Optimasi Bandara
- Menkop Resmikan Destinasi Wisata Bukit Manik Indonesia di Bogor
- Kemenkop Siap Fasilitasi Gakoptindo Jalin Kerja Sama dengan BGN Untuk Masuk Program MBG
- Mendes: Tidak Boleh Kurang, 20 Persen Dana Desa Digunakan Untuk Ketahanan Pangan
- Kejar Swasembada Pangan, Mentan dan Kapolri Tanam Jagung Serentak 1 Juta Hektare di 19 Provinsi
- Laporan Konflik Agraria Sepanjang 2024
- BRIN dan IRD Prancis Teliti Dampak Perikanan Rumpon Tuna Sirip Kuning
- Rekor Baru Bitcoin: Imbas dari Pelantikan Donald Trump?
Ketegangan Global Picu Lonjakan Harga Minyak WTI Hari Ini
JAKARTA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terus menunjukkan kekuatan setelah melonjak 6% mendekati level tertinggi dua minggu pada Senin (25/11/2024). WTI kini diperdagangkan di level USD71,38 per barel, naik 14 sen atau 0,2%.
Berdasarkan analisis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, lonjakan ini didukung oleh faktor ketegangan geopolitik antara negara-negara barat dengan produsen minyak utama Rusia dan Iran, yang menimbulkan kekhawatiran potensi gangguan pasokan.
Secara teknikal, Andy menjelaskan, tren bullish kembali mendominasi pergerakan harga WTI berdasarkan kombinasi indikator Moving Average yang terbentuk. Dengan pola ini, WTI memiliki potensi untuk naik hingga mencapai level resistance USD72,50.
Namun, Nugraha juga menegaskan bahwa jika harga gagal mempertahankan momentum kenaikan dan mengalami pembalikan arah (reversal), level support terdekat yang menjadi target penurunan adalah USD68,50.
Ketegangan geopolitik terbaru semakin memperkuat sentimen bullish di pasar minyak. Rusia meluncurkan rudal hipersonik ke Ukraina sebagai peringatan terhadap Amerika Serikat dan Inggris, yang sebelumnya mendukung Kyiv dengan senjata canggih.
Di sisi lain, Iran bereaksi keras terhadap resolusi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan mengambil langkah-langkah strategis, termasuk pengayaan uranium menggunakan sentrifus canggih.
Kondisi ini meningkatkan risiko pemberlakuan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran, terutama jika Trump kembali berkuasa, yang dapat memperburuk ketatnya pasokan global. Dari sisi permintaan, impor minyak mentah Tiongkok melonjak pada November, didorong oleh harga yang lebih rendah yang menarik minat penimbunan stok.
Sementara itu, penyulingan minyak India mencatat peningkatan produksi sebesar 3% secara tahunan menjadi 5,04 juta barel per hari pada Oktober, sejalan dengan meningkatnya ekspor bahan bakar. Faktor ini menambah dukungan terhadap harga minyak di tengah situasi geopolitik yang tidak menentu.
Para delegasi OPEC+ saat ini mempertimbangkan untuk menunda rencana peningkatan produksi hingga kuartal kedua tahun 2025. Pertemuan yang awalnya direncanakan diadakan secara langsung di Wina pada Desember mendatang, diperkirakan akan digelar secara daring. Keputusan ini diambil untuk mengantisipasi ketidakpastian permintaan global dan fluktuasi harga minyak.
Fokus pasar juga tertuju pada laporan mingguan jumlah rig minyak AS dari Baker Hughes, yang sebelumnya mencatat 478 rig aktif. Data ini akan menjadi indikator penting untuk memperkirakan tingkat produksi minyak AS di masa mendatang.
Dengan sentimen positif dari sisi teknikal dan fundamental, WTI menunjukkan potensi pergerakan naik yang kuat. Andy Nugraha menegaskan, tren bullish saat ini perlu dikonfirmasi oleh data ekonomi dan perkembangan geopolitik lebih lanjut.
Jika ketegangan meningkat, harga minyak dapat terus menguat menuju level resistensi yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika pasar mengantisipasi penurunan permintaan atau peningkatan pasokan yang signifikan, level support USD68,5 menjadi acuan penting untuk pergerakan selanjutnya.