- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
ISU lingkungan seringkali dianggap
kurang menarik dan seksi bagi industri media. Di ruang redaksi, persoalan
lingkungan kerap harus diperjuangkan dengan sengit oleh awak media agar bisa
mendapatkan tempat dalam pemberitaan. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan
Dewan Juri KEHATI Award 2024 memilih jurnalis Yogi Tujuliarto sebagai peraih
KEHATI Award 2024 untuk kategori Waste and Pollution.
Salah satu dewan juri, Leonard Simanjuntak dari Green Peace
Indonesia, mengatakan, posisi jurnalis sangat penting dalam menyuarakan
persoalan-persoalan lingkungan, termasuk sampah dan polusi. “Media dan jurnalis
punya peran yang sangat krusial dalam meningkatkan kesadaran publik dan bahkan
untuk melakukan advokasi kepada kebijakan-kebijakan yang tidak pro lingkungan,”
kata Leonard.
Indonesia menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan
sampah, mulai dari kesadaran terhadap pengelolaan sampah dari diri sendiri
(masyarakat), kapasitas tempat pembuangan akhir yang semakin kritis, hingga
sampah impor yang mencemari lahan dan air. “Sampah merupakan masalah paling
dekat dengan kehidupan masyarakat. Di Indonesia, masalah tata kelola sampah
masih belum menemukan solusi. Ditambah lagi negara ini memiliki beban dari
dampak sampah impor,” kata Yogi.
Baca Lainnya :
- Totalitas Gestianus Sino Bertani di Atas Batu Karang0
- Greenpeace Daftarkan Gugatan Intervensi dalam Perkara Kabut Asap di Sumsel0
- JATAM Desak Mabes Polri Bongkar Kasus Juanda Lesmana, Bos Batu Bara KPUC di Kaltara 0
- Pertamina Raih Penghargaan Investing on Climate Editor’s Choice Award 20240
- Belantara Foundation-APPJ Promosikan Program Pemulihan Hutan di Pameran SDGs Week-EcoPro 2024 Tokyo 0
Tema utama liputan yang digarap Yogi adalah “Belenggu Sampah
Impor di Indonesia dan Asia Tenggara (Negara Berkembang)”. Yogi
juga memotret persoalan sampah plastik beserta paparan mikroplastiknya
di air dan di udara. Yogi dianggap sangat konsisten dalam memberitakan dan
meliput soal sampah dan polusi secara mendalam sejak tahun 2015. Motivasi Yogi
dalam meliput limbah dan polusi berakar pada kepedulian terhadap krisis
lingkungan akibat sampah dan polusi yang semakin mengancam kualitas hidup dan
masa depan generasi mendatang.
Sebagai koresponden senior dan kepala Desk Lingkungan dan
Iklim di televisi CNN Indonesia, liputan Yogi tidak hanya menyampaikan fakta
dan memaparkan permasalahan, namun juga menawarkan potensi solusi sesuai dengan
prinsip constructive journalism. Yogi percaya jurnalisme harus mampu menawarkan
harapan dan jalan keluar.
Selain itu Yogi juga dinilai memiliki determinasi di medan
jurnalistik yang makin lama makin sulit dan menantang. Tema pilihan Yogi selalu
non-mainstream berupa liputan mendalam,
yang dia rancang sendiri sejak awal mulai dari penentuan daerah sampah,
penyusunan narasi, hingga perjuangan internal untuk mendapatkan budget dan ijin
meliput.
Salah satu subyek peliputan Yogi adalah sampah impor dalam
industri pulp dan kertas. Residu sampah ini tidak terkelola di sejumlah wilayah
yang lantas digunakan oleh masyarakat sebagai bahan bakar murah untuk
memproduksi tahu dan tempe. Akibat dari kegiatan ini adalah terjadinya paparan
dioksin di udara dan lingkungan sekitar.
Komitmen Yogi dalam meliput permasalahan sampah dan tata
kelolanya tidak terbatas di Indonesia. Yogi pernah mengikuti dan mendapatkan
fellowship untuk meliput UN Ocean Conference (UNOC) di Lisbon, Portugal 2023
lalu dalam kerangka mengawal strategi dunia untuk merumuskan solusi menghadapi
sampah plastik.
Selain itu Yogi juga mendapat kesempatan meliput tata kelola
sampah di Taiwan yang menerapkan prinsip Reduce, Reuse, Recycle yang hasilnya
signifikan.Menurut Yogi, media dan jurnalis memiliki peran penting sebagai agen
perubahan. “Kita tidak bisa mengabarkannya sendirian. Untuk memunculkan dampak
kita harus berkolaborasi dengan media lain. Sendiri itu cepat tetapi bersama
kita bisa hebat,” kata Yogi.
Kesadaran Kolektif
Liputan tentang sampah dan polusi adalah bentuk kontribusi
Yogi untuk memicu kesadaran kolektif, serta mendorong perubahan perilaku dan
kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Inilah yang memotivasi Yogi untuk terus
berjuang melalui karya jurnalistik yang berdampak positif bagi masyarakat dan
lingkungan.
Peliputan sampah dan polusi sangat bermanfaat bagi
pelestarian keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup. Dengan mengangkat isu
sampah impor misalnya, sampah yang melebihi kapasitas TPA, sampah plastik,
sampah popok, sampah makanan dan polusi udara, masyarakat dan pemangku
kebijakan dapat lebih memahami dampak langsung dan tidak langsung terhadap
ekosistem dan spesies yang terancam.
Polusi, khususnya limbah plastik dan kimia berbahaya,
mengganggu keseimbangan alam, mencemari air, tanah, dan udara yang menjadi
sumber kehidupan bagi berbagai spesies, termasuk yang terancam punah.
Liputan Yogi Tujuliarto mengenai sampah industri seperti
limbah plastik dan bahan kimia berbahaya yang tidak terkelola di sejumlah
wilayah yang dapat mencemari lahan, air, dan udara.
Melalui liputannya Yogi mendorong penerapan sistem
pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, yang secara
langsung mendukung upaya pelestarian habitat alami. Kegiatan ini juga membantu
memengaruhi kebijakan publik menuju perlindungan ekosistem, menjaga kualitas
lingkungan hidup, serta melestarikan keanekaragaman hayati yang penting bagi
keseimbangan ekologi dan kelangsungan kehidupan di bumi.
Dalam peliputan sampah impor, pesan edukasi menjadi hal
pertama yang tersampaikan. Pesan edukasi tersebut intinya tentang bagaimana
menghindari dampak negatif paparan sampah impor, baik yang berupa paparan kimia
ke tanah dan air di sekitar masyarakat maupun paparan dioksin di udara dan
lingkungannya.
Melalui peliputan Yogi, penonton dan masyarakat pada
umumnya, serta pemangku kebijakan, akan mendapatkan pemahaman yang mendalam
tentang isu-isu lingkungan yang mungkin belum banyak diketahui. Dengan
informasi yang lebih lengkap dan pembahasan mendalam, masyarakat dapat lebih
mudah memahami dampak lingkungan yang mempengaruhi kesehatan, kualitas hidup,
dan keberlanjutan masa depan.
Selanjutnya masyarakat diharapkan termotivasi untuk berperan
aktif menjaga lingkungan dengan menerapkan solusi praktis yang bisa dilakukan
diri sendiri. Ini bisa berupa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,
mendukung kebijakan pengelolaan sampah yang lebih baik, atau bahkan mengadopsi
gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
Sebagai seorang jurnalis yang concern pada isu lingkungan
dan iklim, Yogi Tujuliarto tidak hanya meliput dan mengungkap permasalahan
lingkungan, tetapi juga berkomitmen mengimplementasikan keilmuan, pengalaman,
serta temuan realita selama perjalanan karir jurnalistiknya dalam kehidupan
sehari-hari, terutama untuk generasi masa depan.
Yogi merasa membuat karya jurnalistik saja tidak cukup untuk
menyampaikan pesan dan membagi manfaat bagi lingkungan sekitar. Dirinya
merasakan perlunya aksi nyata membagikan pengalaman, pengetahuan dan semangat
untuk mewujudkan perubahan masa depan menuju bumi yang lebih berkelanjutan.
Komitmen ini terwujud melalui kegiatan pendidikan yang Yogi inisiasi yaitu
organisasi “WE the Future Academy”.
WE the Future Academy didirikan Yogi September 2023 bersama
teman-teman jurnalis yang memiliki pemahaman searah tentang pentingnya
menanamkan pengetahuan dan merangsang ide, bahkan imajinasi, tentang masa depan
keberlanjutan kepada anak-anak usia sekolah.
Dalam WE the Future Academy, Yogi dan tim berusaha
mengedukasi generasi muda mengenai isu-isu krusial terkait 3 pilar dunia yaitu
pangan, air, dan energi berkelanjutan. Organisasi ini menawarkan kelas gratis
kepada anak usia sekolah, dengan fokus utama pada keberlanjutan.
Kelas-kelas dirancang untuk memberikan pengenalan, pemahaman
mendalam mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan melalui metode
tahap pembelajaran stimulasi, simulasi dan presentasi. Kesempatan diberikan
pada anak-anak untuk tidak hanya belajar pengetahuan baru, tetapi juga
mengembangkan imajinasi dan ide untuk menerapkan keberlanjutan dalam kehidupan.