Menuju Tuhan melalui Pengetahuan dan Tindakan
Resensi Buku

By PorosBumi 16 Des 2024, 08:32:15 WIB Tilikan
Menuju Tuhan melalui Pengetahuan dan Tindakan

Ahmad Sahidah

Pengajar Filsafat Ta’wil Universitas Nurul Jadid

 

Baca Lainnya :

    ULASAN ini merupakan prolog dari buku yang ditulis oleh kiai, pendidik, politisi, dan kini bupati. Pembahasan tentang hubungan antara filsafat dan tasawuf, dua pendekatan utama dalam pemikiran Islam, menarik perhatian banyak pemikir. Tasawuf, yang berfokus pada pendekatan hati untuk mendekati kebenaran, menjadi salah satu jalan spiritual yang penting dalam sejarah Islam. Berbeda dengan filsafat yang menggunakan refleksi rasional dan empiris, tasawuf menawarkan jalan batiniah yang lebih personal dan emosional dalam mendekati Tuhan.

    Bagaimanapun, kita dapat melihat bagaimana tasawuf berkembang sejak zaman Rasulullah, hingga kemudian menjadi disiplin ilmu yang mapan dengan peristilahan dan konsep yang berkembang secara sistematis. Tokoh-tokoh awal seperti Abu Hashim, al-Muhasibi, dan al-Junaid memainkan peran penting dalam merumuskan dasar-dasar pemikiran tasawuf. Hingga saat ini, karya-karya mereka senantiasa menjadi rujukan utama dalam kajian spiritualisme dan mistisisme Islam.

    Namun demikian, tasawuf bukanlah praktik yang terpisah dari pemikiran filsafat, tetapi keduanya sering saling terkait dan bahkan saling menopang. Salah satu contoh tokoh yang menggabungkan dua pendekatan ini adalah Ibn Sina, yang dikenal luas sebagai filsuf besar namun juga memiliki dimensi pemikiran tasawuf yang mendalam.

    Karyanya, al-Isyārāt wa al-Tanbīhāt, yang menjadi kajian dalam buku ini, tidak hanya membahas filsafat tetapi juga menyentuh aspek-aspek spiritual yang menunjukkan kesadaran dan perjalanan batin manusia menuju Tuhan. Tasawuf dan filsafat dapat berjalan beriringan. Untuk itu, adalah penting untuk memahami keduanya agar mendapatkan pandangan yang lebih menyeluruh tentang pencarian kebenaran dalam Islam.

    Untuk memahami pemikiran Ibn Sina atau Avicenna, nama yang dikenal di Eropa, kita perlu mengungkai sejarahnya. Ibn Sina lahir di Afsyanat, Bukhara, pada 980 M dan tumbuh di keluarga yang kaya dan terpelajar. Pendidikan awalnya meliputi penghafalan Alquran, bahasa Arab, dan fikih. Sejak usia muda, ia mempelajari logika, geometri, astronomi, serta filsafat Yunani, dan akhirnya menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk kedokteran. Di usia 16 tahun, ia sudah mampu mengajar dan mempraktikkan ilmu kedokteran. Ibn Sīnā wafat di Hamadan pada 1037 M.

    Salah satu fase hidup yang melonjakkan karir intelektualnya adalah ketika Ibn Sina mengobati seorang amir Samaniyah, yang memberi akses ke perpustakaan kerajaan, dan dari sini memperkaya wawasannya. Setelah keruntuhan Dinasti Samaniyah, ia pindah ke berbagai kota, bekerja sebagai dokter dan penasehat kerajaan. Di setiap fase hidupnya, meskipun sibuk dengan tugas-tugas kenegaraan, ia tetap produktif menulis berbagai karya, di antaranya Al-Qānūn fī al-Ṭibb, ensiklopedia kedokteran yang menjadi rujukan di Eropa selama lima abad, dan Al-Syifā', ensiklopedia filosofis.

    Sebelum mengulas inti dari pandangan filsuf dari Persia tersebut, dalam buku ini tasawuf diurai secara komprehensif, mulai dari asal-usul kata, pengertian, hingga perkembangannya dalam sejarah Islam. Beberapa teori mengenai asal kata tasawuf mencakup istilah sūf (wol) yang merujuk pada pakaian kasar yang dikenakan oleh para zahid sebagai simbol penolakan terhadap kemewahan, suffah yang berarti serambi masjid, merujuk pada ahl al-suffah yang hidup sederhana, serta safā yang berarti kebersihan hati.

    Definisi tasawuf sendiri bervariasi tergantung pada tokoh yang memberikan penjelasan. Beberapa di antaranya mengartikan tasawuf sebagai pengabdian penuh kepada Tuhan, sementara yang lain menekankan pada proses spiritual yang melibatkan penyucian diri dan cinta kepada Tuhan. Tasawuf berkembang dari gerakan zuhud yang muncul pada akhir abad pertama hingga awal abad kedua Hijriah sebagai bentuk protes terhadap gaya hidup mewah para penguasa Muslim.

    Pada abad ketiga hingga keempat Hijriah, tasawuf mulai berkembang menjadi lebih sistematis dengan konsep-konsep spiritual seperti maqām (tingkatan spiritual) dan hal (kondisi spiritual). Selanjutnya, pada abad keenam Hijriah, tasawuf memasuki fase falsafi, di mana unsur-unsur filsafat mulai dikombinasikan dengan visi mistis, yang menimbulkan perdebatan di kalangan ulama. Fase terakhir dari perkembangan tasawuf adalah fase tarekat yang dimulai pada abad ketujuh Hijriah, di mana tarekat-tarekat sufi seperti Qadiriyyah dan Rifa’iyyah tumbuh dan berkembang pesat.

    Konsep maqām tersebut merujuk pada tingkatan spiritual yang ditempuh melalui usaha pribadi seperti taubat, sabar, dan tawakkal, sementara hal merupakan kondisi spiritual yang dianugerahkan Tuhan secara temporer seperti cinta dan kerinduan. Tasawuf secara keseluruhan menggambarkan jalan spiritual menuju Tuhan melalui disiplin diri dan latihan-latihan spiritual yang mendalam.

    Dari seluruh uraian tentang gagasannya, pandangan Ibn Sīnā tentang kebahagiaan perlu disimak, karena ia memiliki kaitan erat dengan pencapaian kenikmatan yang dipahami sebagai perolehan terhadap sesuatu yang dianggap baik (al-khair) dan sempurna (al-kamal), dan kenyataannya memang demikian. Perspektif ini lebih selaras dengan pemikiran filsafat daripada tasawuf. Abū al-‘Alā al-‘Afīfī mengaitkan pandangan Ibn Sina tentang kebahagiaan dan kesempurnaan dalam kitab al-Isyārāt dengan pemikiran Aristoteles tentang eudaimonia.

    Dalam filsafat, kebahagiaan adalah kebalikan dari kemalangan dan melambangkan ketenangan jiwa yang sempurna karena diperolehnya kebaikan. Aristoteles menggambarkan kebahagiaan sebagai kebaikan tertinggi (al-khair al-a’lā) dan menegaskan bahwa pencapaian kenikmatan adalah syarat mutlak kebahagiaan. Jadi, kebahagiaan tidak perlu diburu, karena dengan berbuat kebaikan dan menghadirkan ketentraman hati, seseorang meraih kebahagiaan.

    Namun, Ibn Sina memandang kebahagiaan terjadi pada akal, bukan jiwa. Kebahagiaan yang berkaitan dengan jiwa dipandang dari perspektif jiwa sebagai entitas yang berakal dan memahami, bukan sebagai entitas yang mencintai atau lebur dalam apa yang dicintai. Pandangan ini berbeda dengan tasawuf yang sering memaknai kebahagiaan sebagai pancaran keelokan dalam jiwa yang mendalam.

    Berdasarkan pandangannya tentang tasawuf falsafi, konsep ‘isyq berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam segala tingkatan substansi (Jawhar) untuk menjelaskan ukuran kebahagiaan. Demikian pula, Ibn Sina mengangkat term-term tentang pembahasan jiwa ke dalam pembahasannya mengenai kebahagiaan atau pembuktian karamat dan khawāriq al-adat. Demikian pula ketika harus membuktikan obyektifitas aḥwal dan maqāmat para arif, dalam arti bahwa kenyataan tersebut sebagai kenyataan obyektif yang ada di bawah hukum alam, melalui penjelasan ilmu alam.

    Dengan demikian, bahasan tasawuf dalam kajian Ibn Sina, lebih dekat kepada tasawuf dalam pengertian al-madzhab al-sufi daripada al-ḥāl al-sufi. Al-madzhab al-sufi mempunyai pengertian metode rasional yang disandarkan kepada pemikiran murni dan pengertian yang jelas antara yang memahami dan yang dipahami. Sedangkan l-ḥāl al-sufi dapat dideskripsikan sebagai pengertian yang datang di dalam hati dengan tanpa sengaja, dengan tanpa upaya dan usaha yang terjadi pada sufi.

    Akhirnya, kehadiran buku ini bisa menjadi rujukan bagi banyak orang untuk menelusuri secara saksama perenungan salah seorang filsuf terbesar dunia Islam yang pengaruhnya terasa hingga kini. Pembacaan penulis terhadap buku utama akan mendekatkan pembaca pada ide asli dari tokoh yang dikaji. Selain itu, karya-karya utama tentang tasawuf, baik Barat dan Islam, yang dijadikan bahan sumber tambahan semakin menempatkan buku ini sebagai kajian kesarjanaan yang serius dan kritis.

     

    Penulis            : KH. Abdul Hamid Wahid

    Judul               : Konsep Tasawuf Ibn Sina dalam al-Isyārāt wa al-Tanbīhāt

    Penerbit         : NURJA Press

    Cetakan          : 2024

    Tebal               : xxiii + 142 halaman

     




    Write a Facebook Comment

    Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

    View all comments

    Write a comment