- Terobos Genangan Banjir, Prabowo Tegaskan Pemerintah Senantiasa Hadir dan Membantu Masyarakat
- Mudik Lebaran PT KAI Sediakan 4,5 Juta Tiket, Sebanyak 2,7 Juta Kelas Ekonomi Tarif Terjangkau
- Mengangkat Lerak dari Tanah Cepu ke Panggung Global, Perkuat Ekonomi Petani Melalui Alira Alura
- KKP Luncurkan Dua Buku Kehidupan Masyarakat Pesisir
- KKP Genjot Produksi Perikanan Budi Daya Penuhi Kebutuhan Ramadan hingga Lebaran
- Kementerian PU Gerak Cepat Tangani Jalan Amblas di Lintas Jambi-Sumbar
- Percepat Swasembada Pangan, Mentan Amran Bidik Sumsel Jadi Tiga Besar Produsen Beras Nasional
- Banjir Jabodetabek Bukti Nyata Rentannya Indonesia dalam Ancaman Krisis Iklim
- Teknologi China Mencengkram Dunia, Kuasai 37 dari 44 Sektor Sains
- Keterlibatan Masyarakat Diperlukan dalam Membangun Lintasan Ikan
Premanisme Oknum Ormas Hambat Investasi, Kadin Desak Reformasi Sistem dan Penindakan Tegas
(1).jpg)
JAKARTA – Fungsionaris Kadin Pusat, Muhammad
Sirod menyoroti maraknya aksi premanisme yang merugikan iklim investasi di
Indonesia. Menurutnya aksi premanisme terutama yang dilakukan para oknum
organisasi massa (ormas) menyebabkan kerugian mencapai ratusan triliun rupiah
karena batalnya investasi di sejumlah kawasan industri.
Kondisi ini terjadi akibat enggannya investor menanam modal
di tengah pungutan liar (pungli), intimidasi, hingga gangguan logistik yang dilancarkan
oleh para oknum dari ormas. "Investor enggan berkembang karena
ketidakpastian keamanan dan biaya tambahan yang tidak perlu," tegas Sirod
dalam suatu kesempatan wawancara eksklusif Radio Elsinta, belum lama ini.
Kementerian Investasi/BKPM disebut berkomitmen menyelesaikan
hambatan ini. Namun, Sirod menegaskan, upaya tersebut harus didukung penindakan
tegas terhadap oknum ormas dan pejabat daerah yang terlibat oleh aparat berwenang.
"Budaya premanisme dari tingkat atas hingga bawah menghambat
industrialisasi. BKPM perlu memperkuat pengawasan keamanan dan pengelolaan
kawasan untuk memulihkan kepercayaan investor," ujarnya.
Baca Lainnya :
- Selain Makan Siang Gratis, Prabowo Hadirkan Cek Kesehatan Gratis0
- Greenpeace Soroti Pernyataan Kontradiktif Menteri ESDM Soal Pembatalan Pensiun Dini PLTU0
- Negara0
- Peluang Besar Tembus SNBP 2025, Ini 10 Jurusan Kedokteran PTN Sepi Peminat0
- KIP Kuliah 2025 Resmi Dibuka, Simak Cara dan Syarat Daftarnya!0
Lebih lanjut, Sirod mengkritik praktik rekrutmen karyawan
melalui oknum ormas serta pungli yang masih marak di sektor industri.
Menurutnya, hal ini mencerminkan lemahnya teknokrasi dan meritokrasi dalam tata
kelola bisnis. "Rekrutmen seharusnya berdasarkan kompetensi, bukan melalui
‘jatah’ dari ormas. Ini merusak produktivitas dan efisiensi," tambahnya.
Ia juga menyoroti dualisme peran ormas. Di satu sisi,
beberapa ormas berfungsi membantu efektivitas aparat dinilai berkontribusi
positif. Namun di sisi lain, sejumlah oknum justru menjadi parasit bagi dunia
usaha. "Ormas bisa menjadi mitra negara jika diawasi ketat. Sayangnya,
banyak yang dibina oleh figur berpengaruh, sehingga sulit diberantas meski
melanggar hukum," papar Sirod.
Untuk mengatasi hal ini, Sirod menyarankan Indonesia
mencontoh negara maju dalam mengatur ormas, sekaligus memperkuat pengawasan
internal. "Pemerintah perlu mengevaluasi keberadan ormas-ormas yang
mengganggu, memberantas pungli, dan meningkatkan transparansi. Media juga harus
berperan aktif mengawasi, tanpa sensasi berlebihan," tegasnya.
Sementara itu, rencana Presiden Prabowo Subianto
mengembangkan industri pangan dan pertanian dinilai sebagai langkah strategis.
Namun, Sirod mengingatkan, hal itu harus dibarengi penegakan hukum.
"Pembangunan sektor basic akan sia-sia jika premanisme masih menggerogoti
rantai pasok kita," ucapnya.
Sirod juga mengungkapkan bahwa kemiskinan, kurangnya
lapangan kerja, dan mentalitas yang kurang baik turut memperparah masalah
premanisme. "Kemiskinan yang memuncak dan mentalitas ‘minta jatah’ membuat
praktik premanisme sulit diberantas. Ini adalah lingkaran setan yang harus
diputus," tegasnya.
Ia menambahkan, negara idealis hanya ada di ruang kosong.
"Kita hidup di ruang kenyataan dengan banyak ketidaksempurnaan. Tapi,
dengan sistem yang efisien dan budaya kerja baik, Indonesia bisa menjadi rumah
investasi yang aman dan menguntungkan," ujarnya.
Sirod juga meminta pemerintah dan aparat penegak hukum untuk
tidak ragu menindak tegas ormas yang melanggar hukum. "Ormas sulit
diberantas karena pembinanya orang-orang besar. Namun, jika ada pelanggaran
hukum, harus ada tindakan tegas tanpa pandang bulu," tegasnya.
Sebagai penutup, Sirod menekankan pentingnya kolaborasi
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. "Kita semua harus bersatu untuk
menciptakan iklim investasi yang sehat. Tanpa itu, sulit bagi Indonesia untuk
bersaing dengan negara-negara seperti Vietnam atau Filipina," pungkasnya.
