- Terobos Genangan Banjir, Prabowo Tegaskan Pemerintah Senantiasa Hadir dan Membantu Masyarakat
- Mudik Lebaran PT KAI Sediakan 4,5 Juta Tiket, Sebanyak 2,7 Juta Kelas Ekonomi Tarif Terjangkau
- Mengangkat Lerak dari Tanah Cepu ke Panggung Global, Perkuat Ekonomi Petani Melalui Alira Alura
- KKP Luncurkan Dua Buku Kehidupan Masyarakat Pesisir
- KKP Genjot Produksi Perikanan Budi Daya Penuhi Kebutuhan Ramadan hingga Lebaran
- Kementerian PU Gerak Cepat Tangani Jalan Amblas di Lintas Jambi-Sumbar
- Percepat Swasembada Pangan, Mentan Amran Bidik Sumsel Jadi Tiga Besar Produsen Beras Nasional
- Banjir Jabodetabek Bukti Nyata Rentannya Indonesia dalam Ancaman Krisis Iklim
- Teknologi China Mencengkram Dunia, Kuasai 37 dari 44 Sektor Sains
- Keterlibatan Masyarakat Diperlukan dalam Membangun Lintasan Ikan
Superkomputer Prediksi Kapan Bumi Kehabisan Oksigen, Panas Ekstrem akan Musnahkan Manusia

Keterangan Gambar : Bumi akan kehabisan oksigen dan tak dapat dihuni lagi dalam waktu sekitar 250 juta tahun. Foto/Techplorist
LONDON – Studi terbaru para peneliti dari Universitas Bristol di Inggris memprediksi bagaimana masa depan Bumi dengan simulasi superkomputer. Hasilnya, Bumi akan kehabisan oksigen dan tak dapat dihuni lagi dalam waktu sekitar 250 juta tahun.
Menurut model simulasi superkomputer, panas ekstrem yang belum pernah terjadi sebelumnya akan memusnahkan manusia dan mamalia di masa depan. Ditambah aktivitas gunung berapi, dan pembentukan benua super yang sangat panas.
Proyeksi menunjukkan peningkatan suhu tinggi seiring meningkatnya kecerahan Matahari, yang memancarkan lebih banyak energi dan menghangatkan Bumi. Selain itu, aktivitas tektonik di kerak Bumi akan menyebabkan terbentuknya superbenua, yang menyebabkan letusan gunung berapi yang lebih sering.
Baca Lainnya :
- KEHATI dan Eyang Memet Kembali Tanam 100 Pohon Endemik Jawa Barat0
- Mahasiswa Universitas Indonesia Raih Penghargaan Prototype Hydrogen Fuel Cell di Qatar0
- Vonis Tertinggi Sepanjang Sejarah, 6 Pemburu Badak Jawa Diganjar 11-12 Tahun Penjara0
- Krisis Ekologi dan ”Bla Bla Bla” Elite0
- Belantara Foundation-Univ Pakuan Bogor Luncurkan Situs Quiz Game Keanekaragaman Hayati 0
“Benua super yang muncul menciptakan tiga dampak buruk, meliputi efek kontinentalitas, Matahari lebih panas, dan lebih banyak CO2 di atmosfer, sehingga meningkatkan panas di sebagian besar Bumi. Hasilnya adalah lingkungan yang tidak bersahabat tanpa sumber makanan dan air,” kata Dr Alexander Farnsworth Peneliti Senior di Universitas Bristol dikutip dari laman techexplorist, Selasa (18/2/2025).
Baca juga: Bikin Ngeri, Polusi Plastik Ternyata Merusak Seluruh Sistem Bumi
Jumlah karbon dioksida yang besar dari letusan ini semakin meningkatkan suhu planet ini. Aktivitas manusia dan emisi gas rumah kaca menghangatkan iklim Bumi dengan cara yang belum pernah terlihat selama jutaan tahun.
“Suhu yang menyebar luas antara 40 hingga 50 derajat Celsius, dan bahkan lebih ekstrem. Kondisi ini diperparah oleh tingkat kelembapan yang tinggi. Manusia dan banyak spesies lain akan punah karena tidak mampu mendinginkan tubuh,” lanjut Farnsworth.
Meskipun perubahan iklim dan pemanasan global akibat aktivitas manusia menimbulkan ancaman kenaikan suhu, penelitian menunjukkan Bumi akan tetap layak huni hingga terjadi pergeseran besar daratan. Namun, ketika benua super berikut terbentuk, diproyeksikan hanya 8% hingga 16% daratan yang akan cocok untuk tempat tinggal.
Bumi akan tetap berada dalam zona layak huni 250 juta tahun dari sekarang. Namun, pembentukan benua super dengan kadar karbon dioksida tinggi membuat sebagian besar planet ini tidak dapat dihuni.
Baca juga: Mengenal Pangea, Benua Purba Superbesar di Bumi 320 Juta Tahun Lalu
Tim ilmuwan global menggunakan model iklim untuk mensimulasikan tren suhu, angin, curah hujan, dan kelembapan di masa mendatang untuk benua raksasa, Pangea Ultima. Benua ini diperkirakan akan terbentuk dalam 250 juta tahun ke depan.
Penelitian menunjukkan bahwa susunan daratan di masa depan yang jauh dapat menjadi krusial dalam menentukan kelayakhunian planet ini bagi manusia. Untuk memperkirakan tingkat CO2 di masa mendatang, tim tersebut menggabungkan model pergerakan lempeng tektonik, kimia laut, dan biologi untuk memetakan masukan dan keluaran CO2.
“Kami pikir CO2 dapat meningkat dari sekitar 400 bagian per juta (ppm) saat ini menjadi lebih dari 600 ppm jutaan tahun mendatang. Ini dengan asumsi manusia berhenti membakar bahan bakar fosil; jika tidak angka-angka itu jauh lebih tinggi,” ungkap Profesor Benjamin Mills dari Universitas Leeds. (*)
