Breaking News
- Ukraina Dilaporkan Serang Bunker Putin Pakai Rudal Strom Shadow Inggris
- Manchester City Sodorkan Perpanjangan Kontrak Fantastis untuk Haaland
- Ilmuwan Ungkap Penyebab Pasangan Selingkuh, Begini Penjelasan Ilmiahnya
- Dari Brasil, Presiden Prabowo Ajak Pelaku Usaha Perkuat Sektor Pertanian
- HKTI Bulatkan Tekad Dukung Penuh Program Prioritas Prabowo-Gibran
- Wamen Todo Pasaribu Paparkan 3 Langkah Bangun Ekonomi Berkelanjutan
- KKP Tangani Bangkai Paus Terdampar di Sumba Timur
- Prabowo Ajak KTT G20 Entaskan Kelaparan, Mentan Gerak Cepat Bentuk Brigade Swasembada Pangan
- Duel Lawan Mike Tyson Pecahkan Rekor, Jake Paul Raup Bayaran Rp1,43 Triliun
- Menteri Dody Optimalkan Infrastruktur Irigasi untuk Dukung Ketahanan Pangan
Bikin Ngeri, Polusi Plastik Ternyata Merusak Seluruh Sistem Bumi
SEOUL - Polusi plastik ternyata tidak bisa dianggap sebagai masalah biasa, karena mampu mengubah proses seluruh sistem Bumi. Polusi plastik disebut memperburuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, pengasaman laut, serta penggunaan air tawar dan lahan.
Dalam diskusi di Korea Selatan, para ilmuwan mengatakan plastik tidak boleh diperlakukan sebagai masalah limbah semata. Sebalinya, plastik harus dianggap sebagai produk yang membahayakan ekosistem dan kesehatan manusia.
Studi baru tentang polusi plastik meneliti bukti yang semakin banyak tentang dampak plastik terhadap lingkungan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia. Pada tahun 2022, setidaknya 506 juta ton plastik diproduksi di seluruh dunia, tetapi hanya 9% yang didaur ulang secara global.
Sisanya dibakar, ditimbun, atau dibuang di tempat yang dapat mencemari lingkungan. Mikroplastik kini ada di mana-mana, dari puncak Gunung Everest hingga Palung Mariana, titik terdalam di bumi.
Menurut data dari tahun 2021 sebagian besar plastik sekali pakai (98%) terbuat dari bahan bakar fosil. Sebanyak tujuh perusahaan penghasil plastik teratas adalah perusahaan bahan bakar fosil.
Para ilmuwan mendesak para delegasi di PBB untuk berhenti memandang polusi plastik hanya sebagai masalah limbah. Mereka harus menangani aliran material melalui seluruh jalur kehidupan plastik, mulai dari ekstraksi bahan baku, produksi dan penggunaan, hingga pelepasan lingkungan dan nasibnya, serta dampak sistem Bumi.
“Penting untuk mempertimbangkan siklus hidup penuh plastik, mulai dari ekstraksi bahan bakar fosil dan produksi polimer plastik primer,” kata penulis utama artikel tersebut, Patricia Villarrubia-Gómez, di Stockholm Resilience Centre dikutip dari The Guardian.
Tim peneliti menunjukkan bahwa polusi plastik mengubah proses seluruh sistem Bumi, dan memengaruhi semua masalah lingkungan global yang mendesak. Termasuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, pengasaman laut, serta penggunaan air tawar dan lahan.
“Plastik terbuat dari kombinasi ribuan bahan kimia. Banyak di antaranya, seperti pengganggu endokrin dan bahan kimia selamanya, menimbulkan racun dan membahayakan ekosistem dan kesehatan manusia,” kata Villarrubia-Gómez.
Diskusi di Korea Selatan, yang dimulai pada tanggal 25 November, menandai kesempatan langka bagi negara-negara untuk mencapai kesepakatan guna mengatasi krisis global polusi plastik. Ketua pembicaraan perjanjian PBB Luis Vayas Valdivieso mengatakan bahwa seluruh siklus hidup plastik harus dimasukkan dalam mandat tersebut.
"Yang jelas, kita tidak dapat mengelola jumlah plastik yang kita produksi. Hanya 10% yang didaur ulang, sesuatu perlu dilakukan, dan itulah mengapa negosiasi ini sangat penting," kata Luis Vayas Valdivieso, yang juga duta besar Ekuador untuk Inggris.
Pembicaraan perjanjian plastik telah menarik banyak pelobi bahan bakar fosil dan industri. Pada pembicaraan terakhir di Ottawa, Kanada. Ada sebanyak 196 pelobi mendaftar, naik dari 143 yang mendaftar pada diskusi sebelumnya di Nairobi. (wib)
Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments