- Revisi UU 41 Tahun 1999 Angin Segar Bagi Tata Kelola Kehutanan Indonesia
- Kepala BP Taskin: Desa Membantu Pengentasan Kemiskinan Lebih Kontekstual Berbasis Budaya
- Mudik Gratis PLN Bersama BUMN Dibuka, Begini Cara Daftarnya di Aplikasi PLN Mobile!
- FAST Tel-U Dukung Astacita Pendidikan Tinggi
- PB POSSI Kirim 4 Wasit ke Thailand, Tingkatkan Kualitas Freediving Indonesia
- AHY: Pengembangan Rempang Eco-City Harus Inklusif dan Berorientasi Pada Kesejahteraan Masyarakat
- NFA Dorong Keanekaragaman Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Gizi Nasional
- Presiden Prabowo Resmikan 17 Stadion Berstandar FIFA di Berbagai Daerah Indonesia
- AHY: Infrastruktur Berkelanjutan, Kunci Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan
- Fishipol Universitas Negeri Yogyakarta Luncurkan Buku Eulogi untuk Prof Supardi
Sejarah Tiwul, Makanan Pengganti Nasi Rakyat Jawa Zaman Dulu

ADA banyak makanan khas Jawa
yang perlu dikenali stau per satu dan bahkan dilestarikan dan dijadikan makanan
sehari-hari, salah satunya adalah makanan tradisional bernama tiwul. Banyak
orang Jawa masa kini mungkin tidak mengenal tiwul, karena perkembangan makanan
masa kini yang sudah sangat pesat dan banyak pengaruh budaya dari luar. Tapi
seperti apa sejarah makanan bernama tiwul ini?
Tiwul adalah makanan tradisional asli Indonesia yang dulu sempat menjadi
makanan pokok pengganti nasi beras, seperti dilansir dari Wikipedia. Tiwul
dibuat dari gaplek, yaitu singkong yang sudah dikeringkan dan dikukus. Masih
banyak orang dari daerah Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan dan Blitar
yang saat ini mengonsumsi tiwul meski bukan lagi menjadi makanan pokok.
Tidak diketahui secara pasti kapan tiwul mulai dibuat, namun tiwul menjadi
makanan pokok sebagian besar rakyat Jawa pada masa penjajahan Jepang. Pada saat
itu bahan makanan yang layak seperti nasi beras sangat sulit didapat dan tak
mampu dibeli, pada akhirnya rakyat mencari bahan makanan lain pengganti nasi.
Karena hasil kebun yang paling mudah ditanam dan dipanen tanpa membutuhkan
perawatan khusus adalah singkong, maka muncullah berbagai olahan makanan
berbahan dasar singkong, termasuk tiwul. Singkong bukan hanya sangat murah dan
mudah didapat saat itu, tapi juga bisa disimpan dalam waktu sangat lama dan
mengenyangkan. Bahkan beberapa makanan terbuat dari singkong yang sudah
dijemur, dikeringkan dan berjamur disebut gatot. Oleh karena itu, singkong
menjadi satu-satunya bahan pangan utama yang dimiliki pada saat itu.
Singkong memiliki kalori lebih rendah daripada nasi beras namun memiliki serat
lebih banyak, sehingga mengenyangkan dalam waktu lama. Saat ini pun masih ada
banyak yang menjual tepung gaplek atau tepung tiwul di pasaran, bisa juga
menggunakan tepung tapioka jika ingin membuatnya.
Jadi, seperti itulah sejarah adanya tiwul. Tiwul lebih gurih jika diberi
tambahan parutan kelapa, bisa diolah dengan menambahkan sedikit garam jika
ingin gurih, atau ditambahkan gula jika ingin dijadikan camilan manis.
