SBY Menggebrak dengan Lukisan Keprihatinan Anti Perang

By PorosBumi 25 Jun 2025, 06:07:44 WIB Tilikan
 SBY Menggebrak dengan Lukisan Keprihatinan Anti Perang

Bambang Asrini Widjanarko

Penulis, pelukis dan kurator seni   

Baca Lainnya :


SEBUAH lukisan di akun Instagram dengan pemilik admin @aniyudhoyono menggedor mata. Penulis secara refleks mengidentifikasi sebagai akun personal SBY, Susilo Bambang Yudhoyono. Seorang negarawan sekaligus seniman itu menggunakan kenangan nama almarhumah isteri terkasihnya, di akun media soial.

Tak menyangka dalam karir menjadi pelukisnya semenjak 2021 lalu, SBY membuktikan mampu menggebrak secara visual. Saat sama, SBY meletakkan kembali posisi karya seni sebagai instrumen penting penanda tentang ingatan komunal. Ia meleburkan kekuatan estetis personal dengan merefleksikan keprihatinan tersebab terkoyaknya nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks luas saat ini.   


 

Seperti yang dikutip teks di akun Instagram tersebut, tertanggal 24 juni 2025, ‘SBY melukis tragedi kemanusiaan akibat perang. Ini merupakan ekspresi hati, kepedulian, dan harapan SBY agar perang yang menyengsarakan kehidupan manusia secara ekstrem bisa dihentikan.’

Akun ini sontak mendapat 2.500-an like dan puluhan komentar, semetara penulis menyimak saat 12 jam usai pernyataan diunggah. Sebagai penulis seni dan kurator, penulis memang telah mengamati karya-karya lukisan Presiden RI ke-6 ini, yang sejak awal gemar mengeksplorasi imej-imej lansekap-lansekap alam di kanvas-kanvasnya.

Visualisasi puitik acapkali hadir dengan temaramnya senja di pantai Pacitan, Jawa Timur dan juga senjakala yang elok di sejumlah tempat. Namun tetiba, terjadi lompatan karya SBY yang selayaknya patut dibedah dalam karya mutakhirnya. Sayangnya penulis tak sempat bisa menyaksikan langsung kanvas tersebut.

Hanya dari beberapa sudut pengambilan gambar video beberapa detik di akun IG tersebut, penulis cukup menjelaskan karya mutakhirnya yang memang menohok nalar dan rasa.

Penulis sempat melakoni, bersua langsung, sejumlah karya terdahulunya saat hadir di pembukaan Museum dan Galeri Seni SBY-Ani di Pacitan, Agustus 2023 lalu. Karya termutakhirnya di kanvas sekitar ukuran 3,5 x 2,5 yang memberi ruang eksplorasi SBY bereksperimen pada teknik seni assemblage. Yang tenar di pertengahan abad ke-20 dalam sejarah peradaban seni Barat.

Yakni, karya-karya yang mengombinasikan tak hanya media konvensional cat minyak atau akrilik di atas kanvas. Namun mencampurnya dengan materi lain yang bahkan saling bertentangan. Semisal hadirnya materi papan, kawat berduri, besi dan objek temuan keseharian; selain mencantumkan tak hanya imej-imej namun teks-teks yang provokatif.

Dalam tinjauan seni kontemporer, SBY menguarkan tentang kemungkinan-kemungkinan lain medium mixed media yang memberi ruang-ruang lebih bebas tak terbelenggu. Tetapi menggugah hati dan tertata.

Apresian seni akan terlena dengan pendekatan karya dwitra (lukisan yang cenderung flat dua dimensi), saat sama merasakan sensasi dan realitas trimatra (objek-objek yang bisa teraba dan tersentuh tiga dimensi), sebab sejumlah objek di karyanya menonjol di ruang kanvas tersebut.

Yang terpenting, adalah kebebasan SBY yang meluap, tema-tema tak terbatas sesuai topik yang sedang dikristalisasi dalam benaknya.

Estetika Visual Karya Termutakhir SBY      

Maka, mari kita dedah karya teranyar SBY hari ini, tentu yang pertama adalah latar lukisan yang menggambarkan sebuah puing-puing gedung dan paras beton-beton porak-poranda sebuah kota---yang mungkin di Tel Aviv, Gaza atau Teheran? Dengan kekhasan arsitektur desain tembok-tembok serta perspektif tertentu yang bisa kita lihat suasana tragis akibat perang.


Lukisan yang berlabur bercampurnya warna merah, kebiruan serta atmosfir langit yang meruapkan kesedihan dengan kelir abu-abu. Tepat di tengah kanvas, ada semacam imej kepulan asap atau lebih tepatnya dentuman hasil rudal atau misil berwarna merah darah menyeruak hebat.

Selebihnya di ruang kanvas lain, ada dua gambaran sosok dentuman asap lain di kejauhan berwarna abu-abu yang cukup menyeramkan. Sebuah kota sedang ringsek dan rintihan tersiksa seolah terimajinasikan melumuri kanvas lukisan itu.     

Tepat di tengah kepulan mesiu akibat misil meledak, ditengah kanvas, ada teks provokatif ‘It is irresponsible and even immoral to allow countless dead of the innocent and extreme human suffering to continue, without any serious effort to stop it, yang rupanya milik kutipan SBY.

Sebagai sikap seniman cum negarawan merespon kondisi mengenaskan ekskalasi perang saat ini, teks tersebut terlihat menonjol berwarna putih dengan latar biru. Sementara di kanan atas, ada imbuhan teks berkelir merah dan dengan huruf kapital putih terlihat pernyataan fisikawan jenial anti perang abad ke-20, Albert Einstein.

‘The world will not be destroyed by those who do evil, but by those who watch them without doing anything’, yang pernyataan Einstein ini menegaskan bahwa, selayaknya dunia akan hancur bukan disebabkan kejahatan. 

Namun disebabkan orang-orang yang hanya berdiam tanpa aksi. Hal itu semacam call to action, menekankan pentingnya merespon aktif setiap ada kerusakan di bumi tak hanya mencermati.

Pernyataan Einstein segera terjawab dengan SBY, sang seniman meletakkan benar-benar bendera sebagai objek mungil riil berlambang PBB. Ditancapkan di sebelah dentuman dan asap mengepul yang terlihat berwarna biru dan mungkin berbahan plastik?

Sementara di pojok kiri bawah, di kanvas kita akan menemukan dengan huruf kapital mencolok dan juga teks provokatif diterakan di media semacam kertas karton atau board: STOP WAR!

Selain pernyataan SBY dan Einstein, di kanan bawah, kita juga melihat cendekiawan politik, negarawan dan filsuf Irlandia Edmund Burke dalam kutipannya: ‘The only thing necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing –edmun burke, latar merah dan teks putih”.

Sebagai seniman dan pemikir, pastinya SBY memilih tokoh yang pantas disandingkan dengan Einstein dan memiliki kemiripan dalam melontarkan gagasan-gagasan bernas miliknya.

Burke dianggap sosok berpengaruh, penemu filsafat sosial dan budaya konservatisme modern. Meski ia dinggap kuno oleh sebagian ilmuwan politik progresif, namun fundamen pemikirannya tentang pentingnya tradisi, lembaga sosial, dan tatanan politik yang ideal abadi bagi para penganut ideolog konservatif modern.

Secara keseluruhan, lukisan SBY tersebut dengan pendekatan semiotik bisa kita telaah sebuah bangunan kontruksi simbol-simbol visual yang terjalin cukup memukau. Ada keterkaitan imej yang memancing emosi tersentuh - imej reruntuhan, gedung-gedung hancur di sebuah kota, ledakan misil dan atmosfir meruapkan luapan kengerian.

Juga teks-teks utama seperti kutipan milik SBY, yang menjadi sentral perhatian: ‘adalah sangat tak bertanggung jawab bahkan tak bermoral, membiarkan kematian tak terhitung dari mereka -mereka yang tak bersalah, dan kondisi penderitaan ekstrem yang justru tak ada upaya untuk menghentikannya’.

Sentral kutipan ini,---yang sebelumnya dikutip di atas dalam bahasa Inggeris-- adalah isi hati SBY. Yang secara ekspresif diuarkan sejalan dan saling berkelindan dengan teks-teks Einstein juga Burke yang memperkokoh pernyataan itu. Sementara, gambaran puing-puing sebuah kota akan membawa kita pada hulu penafsiran: Perang Harus Dihentikan! Sasarannya adalah bendera berlogo PBB, untuk apa peran dan eksistensinya dalam kemelut dan tragedi kemanusiaan saat ini? 

Progresifitas Seni SBY dan Negarawan

Bisa dimengerti apabila SBY mencoba bereksperimentasi, setidaknya dua kali, kalau tak salah pada 2023 lalu. Di pertengahan tahun, ia juga membuat karya ekspresif dan huruf kapital provokatif yang tercantum di lukisan abstraktifnya tentang menyoal keadilan dalam suasana Pemilihan Presiden.

Selain itu, SBY intensif bertemu dengan seniman-seniman Indonesia baik yang senior pun yang baru melukis, dan selalu dengan kerendahan hati, ia mengenalkan sebagai pemula pada sesama seniman. Selain ia sering berkunjung ke sejumlah komunitas seni, galeri dan studio seniman, ia juga mengoleksi karya-karya lukisan seniman-seniman kita untuk mengisi Museum dan Galeri SBY-Ani di Jawa Timur. 

Tentunya masa lalu sebagai politikus, Presiden dan pejabat negara serta latar pendidikannya yang tinggi di Akademi memudahkan ia beranjangsana ke sejumlah museum manca negara yang berwibawa. Yang, lagi-lagi akun IG @aniyudhoyono memberi info bahwa pada Agustus 2024 lalu SBY sempat bertandang ke studi seniman neo impresionistik Christopher Lehmpfuhl yang bisa apresian seni cek pameran solonya di museum fuer kunst und kulturgeschichte.

SBY berbincang sekitar dua jam, dengan seniman berusia 50-an ini seturut media sosial miliknya, yang tentunya memperkaya tentang cakrawala karya-karya lansekap impresionis anyar bagi SBY. Lempfuhl dikenal seniman cukup tenar mengeksplorasi iklim dan lansekap bagian utara negeri Jerman, yakni laut Utara sampai pantai-pantai elok di laut Baltik. Teknik gayanya yang cenderung ekspresif dan sabetan pisau palet juga mengetengahkan lansekap kota-kota tertentu, seperti Berlin sebagai rumahnya selain tentang puitika alam.

Yang unik dan mencerahkan bagi kalangan seniman, tentunya mencolok pada sosok SBY, dari dua dunia yang berbeda sebelumnya. Yakni politik dan militer, namun mampu dengan sangat nyaman melepaskan diri dan melebur dengan kekayaan nalar pun rasa menjadi pelukis dan tetap menjadi pemikir kebangsaan.

Ingatan akan pelukis, sosok George W Bush tak bisa ditinggalkan. Usia boleh purna tugas, namun panggilan estetika yang menubuh pada mantan Presdien Amerika Serikat ini diungkapkan dengan lukisan-lukisan potret nan menawan yang digelar secara perdana pada publik pada 2014 lalu.

Bush maupun SBY, adalah figur-figur global yang terus-menerus memberi kekayaan ingatan bangsa tentang pribadi-pribadi yang berkontribusi tanpa ada jedah sebagai negarawan, intelektual pun seniman.

 

 

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment