- AHY: Ini Call to Action, Kita Tidak Tinggal Diam Saat Bumi Terluka
- Serahkan 326 Akta Notaris Kopdes, Mendes Optimistis Serap Tenaga Kerja Produktif di Desa
- Menhut Gagas Syarat Pendakian Berdasar Level Kesulitan Suatu Gunung
- Komisi V DPR RI Desak Kawasan Transmigrasi Dibebaskan Dari Kawasan Hutan
- Pembangunan Terminal Khusus Perusahaan Tambang Nikel PT STS di Haltim Diduga Melanggar Aturan
- Greenpeace Dorong Tanggung Jawab Produsen untuk Lebih Serius Menangani Sampah Plastik
- Produksi Beras Nasional Januari-Agustus 2025 Capai 29,97 Juta Ton, Naik 14,09 Persen
- Mentan: 212 Produsen Beras Bermasalah Telah Dilaporkan ke Kapolri dan Jaksa Agung
- AHY Ungkap 3 Langkah Konret Tantangan Urbanisasi di BRICS
- Kemandirian Pangan, Koperasi dan Seni, Sebuah Utopia?
SBY Menggebrak dengan Lukisan Keprihatinan Anti Perang
.jpg)
Bambang Asrini
Widjanarko
Penulis,
pelukis dan kurator seni
Baca Lainnya :
- Birding Bersama Ellena, Penulis Buku GET TO KNOW THEM: Introduction to Singapore Common Birds Folk0
- Tahlil & Doa 7 Hari Wafatnya Hj Euis Nurlaila Binti KH Idam Damiri 0
- Atmosfer (Suasana) Belajar (Kok) Dicipta?0
- Tim PkM Universitas Negeri Yogyakarta Sosialisasi Komunikasi Pendidikan di Era Digital 0
- Geber Bangku, Program Andalan Herawati Tanamkan Budaya Antikorupsi 0
SEBUAH lukisan di akun Instagram
dengan pemilik admin @aniyudhoyono menggedor mata. Penulis secara refleks
mengidentifikasi sebagai akun personal SBY, Susilo Bambang Yudhoyono. Seorang
negarawan sekaligus seniman itu menggunakan kenangan nama almarhumah isteri
terkasihnya, di akun media soial.
Tak menyangka dalam karir menjadi pelukisnya semenjak 2021 lalu, SBY membuktikan mampu menggebrak secara visual. Saat sama, SBY meletakkan kembali posisi karya seni sebagai instrumen penting penanda tentang ingatan komunal. Ia meleburkan kekuatan estetis personal dengan merefleksikan keprihatinan tersebab terkoyaknya nilai-nilai kemanusiaan dalam konteks luas saat ini.
Seperti yang dikutip teks di akun Instagram tersebut,
tertanggal 24 juni 2025, ‘SBY melukis
tragedi kemanusiaan akibat perang. Ini merupakan ekspresi hati, kepedulian, dan
harapan SBY agar perang yang menyengsarakan kehidupan manusia secara ekstrem
bisa dihentikan.’
Akun ini sontak mendapat 2.500-an like dan puluhan komentar,
semetara penulis menyimak saat 12 jam usai pernyataan diunggah. Sebagai penulis
seni dan kurator, penulis memang telah mengamati karya-karya lukisan Presiden
RI ke-6 ini, yang sejak awal gemar mengeksplorasi imej-imej lansekap-lansekap
alam di kanvas-kanvasnya.
Visualisasi puitik acapkali hadir dengan temaramnya senja di
pantai Pacitan, Jawa Timur dan juga senjakala yang elok di sejumlah tempat.
Namun tetiba, terjadi lompatan karya SBY yang selayaknya patut dibedah dalam
karya mutakhirnya. Sayangnya penulis tak sempat bisa menyaksikan langsung
kanvas tersebut.
Hanya dari beberapa sudut pengambilan gambar video beberapa detik di akun IG tersebut, penulis cukup menjelaskan karya mutakhirnya yang memang menohok nalar dan rasa.
Penulis sempat melakoni, bersua langsung, sejumlah karya
terdahulunya saat hadir di pembukaan Museum dan Galeri Seni SBY-Ani di Pacitan,
Agustus 2023 lalu. Karya termutakhirnya di kanvas sekitar ukuran 3,5 x 2,5 yang
memberi ruang eksplorasi SBY bereksperimen pada teknik seni assemblage. Yang tenar di pertengahan
abad ke-20 dalam sejarah peradaban seni Barat.
Yakni, karya-karya yang mengombinasikan tak hanya media konvensional cat minyak atau akrilik di atas kanvas. Namun mencampurnya dengan materi lain yang bahkan saling bertentangan. Semisal hadirnya materi papan, kawat berduri, besi dan objek temuan keseharian; selain mencantumkan tak hanya imej-imej namun teks-teks yang provokatif.
Dalam tinjauan seni kontemporer, SBY menguarkan tentang
kemungkinan-kemungkinan lain medium mixed media yang memberi ruang-ruang lebih
bebas tak terbelenggu. Tetapi menggugah hati dan tertata.
Apresian seni akan terlena dengan pendekatan karya dwitra
(lukisan yang cenderung flat dua dimensi), saat sama merasakan sensasi dan
realitas trimatra (objek-objek yang bisa teraba dan tersentuh tiga dimensi),
sebab sejumlah objek di karyanya menonjol di ruang kanvas tersebut.
Yang terpenting, adalah kebebasan SBY yang meluap, tema-tema tak terbatas sesuai topik yang sedang dikristalisasi dalam benaknya.
Estetika Visual Karya Termutakhir SBY
Maka, mari kita dedah karya teranyar SBY hari ini, tentu yang pertama adalah latar lukisan yang menggambarkan sebuah puing-puing gedung dan paras beton-beton porak-poranda sebuah kota---yang mungkin di Tel Aviv, Gaza atau Teheran? Dengan kekhasan arsitektur desain tembok-tembok serta perspektif tertentu yang bisa kita lihat suasana tragis akibat perang.
Lukisan yang berlabur bercampurnya warna merah, kebiruan
serta atmosfir langit yang meruapkan kesedihan dengan kelir abu-abu. Tepat di
tengah kanvas, ada semacam imej kepulan asap atau lebih tepatnya dentuman hasil
rudal atau misil berwarna merah darah menyeruak hebat.
Selebihnya di ruang kanvas lain, ada dua gambaran sosok
dentuman asap lain di kejauhan berwarna abu-abu yang cukup menyeramkan. Sebuah
kota sedang ringsek dan rintihan tersiksa seolah terimajinasikan melumuri
kanvas lukisan itu.
Tepat di tengah kepulan mesiu akibat misil meledak, ditengah
kanvas, ada teks provokatif ‘It is
irresponsible and even immoral to allow countless dead of the innocent and
extreme human suffering to continue, without any serious effort to stop it,
yang rupanya milik kutipan SBY.
Sebagai sikap seniman cum negarawan merespon kondisi
mengenaskan ekskalasi perang saat ini, teks tersebut terlihat menonjol berwarna
putih dengan latar biru. Sementara di kanan atas, ada imbuhan teks berkelir
merah dan dengan huruf kapital putih terlihat pernyataan fisikawan jenial anti
perang abad ke-20, Albert Einstein.
‘The world will not be destroyed by those who do evil, but by those who watch them without doing anything’, yang pernyataan Einstein ini menegaskan bahwa, selayaknya dunia akan hancur bukan disebabkan kejahatan.
Namun disebabkan orang-orang yang hanya berdiam tanpa aksi.
Hal itu semacam call to action,
menekankan pentingnya merespon aktif setiap ada kerusakan di bumi tak hanya
mencermati.
Pernyataan Einstein segera terjawab dengan SBY, sang seniman
meletakkan benar-benar bendera sebagai objek mungil riil berlambang PBB.
Ditancapkan di sebelah dentuman dan asap mengepul yang terlihat berwarna biru
dan mungkin berbahan plastik?
Sementara di pojok kiri bawah, di kanvas kita akan menemukan
dengan huruf kapital mencolok dan juga teks provokatif diterakan di media
semacam kertas karton atau board: STOP WAR!
Selain pernyataan SBY dan Einstein, di kanan bawah, kita
juga melihat cendekiawan politik, negarawan dan filsuf Irlandia Edmund Burke
dalam kutipannya: ‘The only thing
necessary for the triumph of evil is for good men to do nothing –edmun burke,
latar merah dan teks putih”.
Sebagai seniman dan pemikir, pastinya SBY memilih tokoh yang
pantas disandingkan dengan Einstein dan memiliki kemiripan dalam melontarkan
gagasan-gagasan bernas miliknya.
Burke dianggap sosok berpengaruh, penemu filsafat sosial dan
budaya konservatisme modern. Meski ia dinggap kuno oleh sebagian ilmuwan
politik progresif, namun fundamen pemikirannya tentang pentingnya tradisi,
lembaga sosial, dan tatanan politik yang ideal abadi bagi para penganut ideolog
konservatif modern.
Secara keseluruhan, lukisan SBY tersebut dengan pendekatan
semiotik bisa kita telaah sebuah bangunan kontruksi simbol-simbol visual yang
terjalin cukup memukau. Ada keterkaitan imej yang memancing emosi tersentuh -
imej reruntuhan, gedung-gedung hancur di sebuah kota, ledakan misil dan
atmosfir meruapkan luapan kengerian.
Juga teks-teks utama seperti kutipan milik SBY, yang menjadi
sentral perhatian: ‘adalah sangat tak
bertanggung jawab bahkan tak bermoral, membiarkan kematian tak terhitung dari
mereka -mereka yang tak bersalah, dan kondisi penderitaan ekstrem yang justru
tak ada upaya untuk menghentikannya’.
Sentral kutipan ini,---yang sebelumnya dikutip di atas dalam bahasa Inggeris-- adalah isi hati SBY. Yang secara ekspresif diuarkan sejalan dan saling berkelindan dengan teks-teks Einstein juga Burke yang memperkokoh pernyataan itu. Sementara, gambaran puing-puing sebuah kota akan membawa kita pada hulu penafsiran: Perang Harus Dihentikan! Sasarannya adalah bendera berlogo PBB, untuk apa peran dan eksistensinya dalam kemelut dan tragedi kemanusiaan saat ini?
Progresifitas
Seni SBY dan Negarawan
Bisa dimengerti apabila SBY mencoba bereksperimentasi,
setidaknya dua kali, kalau tak salah pada 2023 lalu. Di pertengahan tahun, ia
juga membuat karya ekspresif dan huruf kapital provokatif yang tercantum di
lukisan abstraktifnya tentang menyoal keadilan dalam suasana Pemilihan
Presiden.
Selain itu, SBY intensif bertemu dengan seniman-seniman
Indonesia baik yang senior pun yang baru melukis, dan selalu dengan kerendahan
hati, ia mengenalkan sebagai pemula pada sesama seniman. Selain ia sering
berkunjung ke sejumlah komunitas seni, galeri dan studio seniman, ia juga
mengoleksi karya-karya lukisan seniman-seniman kita untuk mengisi Museum dan
Galeri SBY-Ani di Jawa Timur.
Tentunya masa lalu sebagai politikus, Presiden dan pejabat
negara serta latar pendidikannya yang tinggi di Akademi memudahkan ia
beranjangsana ke sejumlah museum manca negara yang berwibawa. Yang, lagi-lagi
akun IG @aniyudhoyono memberi info bahwa pada Agustus 2024 lalu SBY sempat
bertandang ke studi seniman neo impresionistik Christopher Lehmpfuhl yang bisa
apresian seni cek pameran solonya di museum fuer kunst und kulturgeschichte.
SBY berbincang sekitar dua jam, dengan seniman berusia 50-an
ini seturut media sosial miliknya, yang tentunya memperkaya tentang cakrawala
karya-karya lansekap impresionis anyar bagi SBY. Lempfuhl dikenal seniman cukup
tenar mengeksplorasi iklim dan lansekap bagian utara negeri Jerman, yakni laut
Utara sampai pantai-pantai elok di laut Baltik. Teknik gayanya yang cenderung
ekspresif dan sabetan pisau palet juga mengetengahkan lansekap kota-kota
tertentu, seperti Berlin sebagai rumahnya selain tentang puitika alam.
Yang unik dan mencerahkan bagi kalangan seniman, tentunya
mencolok pada sosok SBY, dari dua dunia yang berbeda sebelumnya. Yakni politik
dan militer, namun mampu dengan sangat nyaman melepaskan diri dan melebur
dengan kekayaan nalar pun rasa menjadi pelukis dan tetap menjadi pemikir
kebangsaan.
Ingatan akan pelukis, sosok George W Bush tak bisa
ditinggalkan. Usia boleh purna tugas, namun panggilan estetika yang menubuh
pada mantan Presdien Amerika Serikat ini diungkapkan dengan lukisan-lukisan
potret nan menawan yang digelar secara perdana pada publik pada 2014 lalu.
Bush maupun SBY, adalah figur-figur global yang
terus-menerus memberi kekayaan ingatan bangsa tentang pribadi-pribadi yang
berkontribusi tanpa ada jedah sebagai negarawan, intelektual pun seniman.
