- Revisi UU 41 Tahun 1999 Angin Segar Bagi Tata Kelola Kehutanan Indonesia
- Kepala BP Taskin: Desa Membantu Pengentasan Kemiskinan Lebih Kontekstual Berbasis Budaya
- Mudik Gratis PLN Bersama BUMN Dibuka, Begini Cara Daftarnya di Aplikasi PLN Mobile!
- FAST Tel-U Dukung Astacita Pendidikan Tinggi
- PB POSSI Kirim 4 Wasit ke Thailand, Tingkatkan Kualitas Freediving Indonesia
- AHY: Pengembangan Rempang Eco-City Harus Inklusif dan Berorientasi Pada Kesejahteraan Masyarakat
- NFA Dorong Keanekaragaman Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Gizi Nasional
- Presiden Prabowo Resmikan 17 Stadion Berstandar FIFA di Berbagai Daerah Indonesia
- AHY: Infrastruktur Berkelanjutan, Kunci Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan
- Fishipol Universitas Negeri Yogyakarta Luncurkan Buku Eulogi untuk Prof Supardi
Dari Tokyo, SBY Ajak Masyarakat Dunia Kembali ke Jalur Kerja Sama, Kemitraan, dan Kolaborasi

TOKYO - "Multilateralisme saat
ini sedang dalam krisis. Benar bahwa tidak ada lagi Perang Dunia sejak 1945.
Tapi kini, lihat di Ukraina, Gaza, Kongo dan Sudan, dan yang lebih dekat,
perang sipil di Myanmar." Observasi tajam ini disampaikan oleh Presiden
Ke-6 RI, Dr Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam pidato kuncinya dalam
Konferensi Tokyo 2025, di Tokyo, Jepang, Selasa (4/3/2025).
Bicara di depan ratusan peserta dari berbagai negara, SBY menggambarkan
dunia yang semakin terpecah belah. Amerika Serikat, negara yang membantu
menciptakan PBB, sekarang mundur dari sejumlah perjanjian multilateral.
“Persaingan geopolitik menghambat kerja sama kawasan dan multilateral. Ke-aku-an (me-ism), dan bukannya ke-kita-an (we-ism) yang berkembang cepat. Dewan Keamanan PBB lumpuh, gagal menghentikan genosida di Gaza maupun perang di Ukraina. Ada persepsi kuat tentang standar ganda dalam penerapan hukum dan norma internasional," tegas SBY.
Baca Lainnya :
- Rekor Baru Bitcoin: Imbas dari Pelantikan Donald Trump?0
- Daftar Negara yang Menjadikan Bitcoin sebagai Aset Cadangan Masa Depan0
- Ladislao Jose Biro, Sang Penemu Pulpen Modern0
- Mengapa Rezim Assad Runtuh di Suriah dan Terjadi Begitu Cepat0
- TERRY FOX, Pahlawan Penderita Kanker Inisiator Marathon of Hope0
“Dalam perspektif saya, PBB adalah gabungan dari kegagalan,
tercermin dari berbagai perang yang masih berlanjut saat ini, dan keberhasilan,
dengan munculnya negara-negara merdeka dari bayang-bayang kolonialisme dan
konflik yang dipecahkan PBB,” sambung SBY.
Jalan Keluar dari Krisis Global
Sebagai solusi, SBY menawarkan beberapa hal konkret untuk
mengatasi krisis multilateralisme. "Kita harus memperkuat PBB, sebagai
perwujudan multilateralisme global; mengatasi kelumpuhan Dewan Keamanan dengan
melepaskannya dari cengkeraman veto dari lima negara; memberdayakan Majelis
Umum; meningkatkan operasi penjaga perdamaian; serta menciptakan sistempendanaan
yang stabil, sehingga tidak ada lagi negara adidaya yang bisa mengintimidasi
PBB dengan mengancam membekukan pendanaannya," serunya.
SBY menekankan bahwa reformasi PBB hanya dapat dilakukan
jika ada kekompakan dari sebagian besar anggotanya, sesuai namanya sebagai persatuan
bangsa-bangsa. "Bukan sekelompok bangsa yang terbelah antara yang kuat dan
yang lemah, yang kaya dan miskin. Tanpa persatuan, negara-negara tidak dapat
saling bekerja bersama. Jika mereka tidak dapat saling bekerja bersama, maka
multilateralisme menjadi tidak berarti," tegas SBY.
Berbicara dari pengalamannya sendiri dalam forum-forum
global, SBY menjelaskan bagaimana ia pernah merasakan semangat kerja sama dalam
mengatasi krisis keuangan global 2008, negosiasi perubahan iklim, dan adopsi
SDGs.
Menutup pidatonya, SBY menyampaikan seruan pada dunia untuk menghindari
bencana iklim, untuk menghindari perang dunia besar lainnya, untuk mencegah
lebih banyak penderitaan manusia, mari kita kembali ke jalur kerja sama,
kemitraan, dan kolaborasi.
“Tak ada negara yang
bisa mengatasi problem global sendirian. Tidak ada negara yang bisa merasa
aman, dengan membuat negara-negara lain merasa tidak aman." Mengutip
pepatah Afrika, SBY mengingatkan, "Jika ingin cepat, pergilah sendiri.
Jika ingin jauh, pergilah bersama-sama. Jadi, marilah kita pergi jauh,
bersama-sama."
Dalam forum internasional ini, Presiden ke-6 RI SBY diundang
untuk menyampaikan pidato kunci, dan kemudian juga menjadi panelis diskusi. Konferensi
Tokyo mulai diselenggarakan pada tahun 2017, bekerja sama dengan 10 lembaga
terkemuka.
Konferensi ini bertujuan menjadi platform tingkat tinggi
untuk mendorong kerja sama multilateral, menghasilkan solusi inovatif untuk
mengatasi tantangan global, dan memajukan perdamaian internasional. Tema utama
konferensi tahun ini adalah ‘Kerja sama internasional dan pemulihan perdamaian
pada peringatan 80 tahun berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa.’ (hendri
irawan)
