- Menkeu, Teori dan Kebijakan Tarif
- Uji Kelayakan Lokasi PLTN, BRIN dan BMKG Lakukan Kajian Potensi Tsunami di Pantai Gosong
- Perjalanan Jatuh Bangun Ali Sarbani, Anak Petani Sukses Berbisnis Properti
- KAI Daop 8 Pelajari Media Percontohan Pembelajaran Pencegahan Krisis Planet
- Pemerintah Perkuat Infrastruktur Pengelolaan Sampah Lewat Teknologi
- Kakek 103 Tahun Sukses Jualan di Tiktok Shop
- Asal-Usul Bubur Ayam Jakarta 46
- Foto Itu...
- Gubernur Pramono Anung Apresiasi Kiprah Muhammadiyah DKI Jakarta
- Huawei Mate XT, Smartphone Lipat Tiga Pertama Hadir di Indonesia
Menyingkap Surga-Surga Kecil Tersembunyi di Jantung Borneo

SETENGAH berlari meniti 300 lebih
anak tangga menuju puncak bukit di tengah danau Sentarum, rasa lelah yang
tadinya menyiksa terbayar tunai dengan hamparan indah bentangan alam memanjakan
mata. Semburat jingga sang “mata dewa”, gugusan pulau pulau kecil dan bukit
yang memagari danau, tak akan disebut berlebihan bila ini ibarat “surga kecil”
yang tersembunyi di Jantung Borneo, julukan Kabupaten Kapuas Hulu.
Sunset di Bukit Tekenang salah satu bukit yang menjulang di tengah Danau Sentarum tadi, memang wajib untuk dicumbu. Tak hanya itu, alam Kapuas Hulu yang berada persis di batas negeri (berbatasan dengan Serawak, Malaysia) juga menyimpan banyak “surga kecil” lain. Bahkan, gelombang air menampar-nampar menakutkan kala speedboat melaju kencang di tengah danau pun sensasinya terasa bagai bermain di salah satu “surga kecil” tadi.
Baca Lainnya :
- Libur Kecil Kaum Kusam, Hangat Reuni Pemuda RW 08, Petamburan, Jakarta di Cigamea Bogor0
- Keseruan Mapala Stacia dan Mahadipa Mengarung Sungai Cianten Bersama Nona Ocha0
- Air Terjun Weekacura, Hidden Gem di Sumba yang Punya Pesona Memanjakan Mata0
- Hawa Surga di Teluk Hijau Banyuwangi0
- Menkop Resmikan Destinasi Wisata Bukit Manik Indonesia di Bogor0
Danau Sentarum termasuk area Taman Nasional Danau Sentarum
(TNDS) yang pengawasan dan pengelolaannya di bawah Balai Besar Taman Nasional
Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNKBDS). Pengelolaan TNBKDS ini
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.7/Menlhk/Setjen/ OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional.
Keunikan Danau Sentarum ini, di dalamnya ada gugusan pulau
dan kompleks-kompleks danau: 20 danau besar kecil, 89.000 ha hutan rawa ter
genang, dan 43.000 ha daratan. Di danau ini ikan arwana merah merupakan ikan
endemik dan tempat habibat anggrek hitam (black orchid), buaya sinyulong,
bekantan, beruang madu, serta persinggahan burung migran. Danau ini sebentuk
hamparan banjir yang dipengaruhi pasang surut volume air terluas di Asia
Tenggara. Diperkirakan, tersimpan 16 triliun meter kubik air per tahun di kawasan
ini.
Seperti selimut mahaluas, Taman Nasional Betung Kerihun
(TNBK) membentang di Kecamatan Embaloh Hulu, Embaloh Hilir, hingga Putussibau
(ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu). Luasnya mencapai 816.693,40 ha, meliputi
hampir 28% luas daerah Kabupaten Kapuas Hulu.
Betung Kerihun merupakan kawasan perbukitan dari bentangan Pegunungan Muller yang menghubungkan Gunung Betung dan Gunung Kerihun. Punggung gunung ini menjadi pembatas alam antara wilayah Indonesia dan negara bagian Serawak, Malaysia. Keanekaragaman ekosistem di kawasan TNBK sangat tinggi dan vegetasi hutannya ma sih baik dan relatif utuh.
TNBK memiliki 1.216 jenis keanekaragaman tumbuhan yang
terdiri atas 418 genus dan 110 famili (75% endemik Kalimantan). Tumbuhan baru
yang ditemukan: Castanopsis inermis, Musa lawitiensis, Neouvaria
acuminatissima, Lithocarpus philippinensis, Chisocheton cauliflorus, Syzygium
spicata, dan Shorea peltata.
Selain itu, TNBK juga memiliki 48 jenis mamalia, 301 jenis
burung (151 genus dan 36 famili), 170 jenis insekta, 112 jenis ikan, 52 jenis
reptilia, 51 jenis amfibia, 24 jenis endemik Kalimantan, dan 15 jenis burung
migran. Adapun satwa langka yang dilindungi di sini adalah orangutan (Pongo
satyrus), tangkasi (Tarsius bancanus borneanus), owa kalimantan (Hylobates
muelleri), rusa sambar (Cervus unicolor brookei), beruang madu (Helarctos
malayanus euryspilus), lutra (Lutra sumatrana), kancil (Tragulus napu borneanus),
dan klasi (Presbytis rubicunda rubicunda).
Menurut sejumlah ahli yang melakukan penelitian di kawasan
TNBK, dalam satu hektare hutan dalam kawasan TNBK ada 300 lebih spesies
tumbuhan maupun hewan. Ini tentu sangat luar biasa dan mesti dilestarikan.
Untuk itulah partisipasi masyarakat mutlak diperlukan dalam menjaga kawasan,
agar terbangun harmonisasi antara pengelolaan kawasan (TNBKDS) dengan kearifan
masyarakat yang berada sekitar kawasan.
Sensasi Susur Sungai
Menjelajah TNBK belumlah lengkap jika tidak menyusuri
sungai-sungai dalam kawasan, salah satunya Sungai Embaloh. Di aliran sungai
berarus deras ini bisa ditemukan ikan semah, yang jika dibakar dan disantap
rasa dagingnya sangat empuk, manis, dan gurih. Di pasaran harga ikan semah
sangat mahal, hampir Rp2 juta per kilogram. Wow...!
Di Sungai Tekelan (cabang Sungai Embaloh), yang bisa ditempuh 3 jam perjalanan dengan longboat dari Sadap (kampung terakhir menuju gerbang TNBK), pengunjung bisa menginap (camping ground) di kamp Nanga Tekelan atau kamp Langsat. Jika perjalanan diteruskan ke hulu lagi, akan bertemu kamp Derian yang menjadi titik start pendakian ke Gunung Betung dan menuju Gua Pajau. Masuk lagi jauh ke dalam menjumpai air terjun Dajo dan Laboh.
Hal yang tak kalah menarik, di salah satu puncak bukit dekat
DAS Tekelan tadi, ada bekas helipad pasukan Parako (Para Komando/sekarang
Kopassus), yang dulunya dikerahkan Presiden Sukarno saat berkonfrontasi dengan
Malaysia. Makanya, tak mengherankan jika sampai saat ini banyak masyarakat di
kawasan ini kerap menemukan senjata, bahkan mortir, yang tertimbun tanah,
menjadi “ranjau” di dalam hutan hingga di dasar sungai.
Sungai lain yang juga wajib disusuri adalah Kapuas, Sibau,
Mendalam, dan Bungan. Seluruh aliran sungai menjadi jalur masuk menuju TNBK,
karena per jalanan memang harus menyusuri sungai-sungai tersebut. Salah satunya
untuk mencapai daerah Tanjung Lokang.
Jika dari Nanga Bungan, penyusuran melewati riam Bakang,
riam Homatop, riam Lapan dan riam Matahari yang memiliki grade (tingkat
kesulitan arung jeram) sampai 6. Masuk lagi jauh ke dalam kawasan, penyusuran
akan menemukan gua dan sarang burung walet serta makam leluhur masyarakat Dayak
yang disebut Tembawang.
Berbasis Kearifan Lokal
Sejauh ini terdapat 200 ha kawasan hutan konservasi di zona
tradisional yang dikelola melalui kemitraan dengan masyarakat dan penguatan
kelembagaan adat di koridor TNBK. Meski awalnya tidak tertulis, kearifan lokal
selalu terdapat dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, dari aturan
seharihari, pergaulan sosial, adat istiadat sampai pengelolaan sumber daya
alam.
Sampai saat ini pemenuhan kebutuhan kayu untuk rumah tangga
dan keperluan lain kerap menjadi salah satu alasan masyarakat Kapuas Hulu mene
bang pohon dari kawasan. Itu sulit terhindar karena keberadaan warga jauh lebih
dulu dari penetapan status taman nasional. TNBKDS, bersama Pemkab Kapuas Hulu,
membina sejumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi untuk menghindari
konflik serta memenuhi hak kelola warga setempat. Namun, tetap mengedepankan
konservasi.
Sejumlah program partisipasi masyarakat yang sudah
dilakukan, di antaranya, pendirian kampung wisata, organisasi pemuda dan
masyarakat sadar wisata, komunitas petani lebah madu hutan, hingga pembuatan
instalasi biogas dari limbah ternak untuk bahan bakar memasak kue ataupun
kuliner khas Kapuas Hulu, seperti dodol, kerupuk basah, kerupuk rebung dan
lain-lain. Program lainnya adalah mengorganisir masyarakat adat yang berada di
sekitar kawasan dalam mengelola dan melestarikan 20 danau adat, termasuk Danau Sentarum.
Membumikan NKRI
Isu pengelolaan kawasan perbatasan membuat TNBKDS menjadi target kebijakan Pemerintah Indonesia untuk pembangunan sarana dan prasarana. Ada 12 desa dalam kawasan TNDS dan 2 desa di dalamTNBK, yang keseluruhan penduduknya selama ini hidup harmonis dan secara arif menjaga kawasan.
Di 12 desa itu beberapa subetnis Dayak mendiami Danau
Sentarum: Dayak Iban dan Dayak Tamambaloh di bagian barat kawasan; Dayak Taman,
Dayak Kantuí, Dayak Kayan, Dayak Bukat di bagian tengah; dan Dayak Punan
Hovongan di bagian timur kawasan. Kelompok masyarakat adat (Dayak) ini
rata-rata masih menghuni rumah Betang (panjang), yang panjangnya lebih dari
seratus meter.
Terbuat dari kayu padat berkualitas tinggi, rumah rumah
panjang atau rumah Betang dihuni puluhan keluarga dan menjadi pusat kehidupan
serta aktivitas masyarakat Dayak. Di waktu-waktu tertentu pengunjung bisa
menjumpai upacara Gawai Dayak, sebuah ungkapan syukur kepada Jubata (Tuhan)
karena masyarakat mendapatkan panen berlimpah, sekaligus meminta agar panen
berikutnya akan makmur.
Bagi masyarakat Kapuas Hulu, terutama Suku Dayak yang
tinggal di rumah panjang, keberadaan sungai merupakan denyut nadi kehidupan
sekaligus akses transportasi yang menghubungkan mereka dengan dunia luar.
Putussibau sebagai ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, yang
terpisah jarak sekitar 800 km dari Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan
Barat, menjadi gerbang utama tujuan ekowisata ke TNBKDS. Pintu lainnya bisa
diakses lewat Serawak, Malaysia, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan
Badau, Kapuas Hulu.
Pada Sidang Ke-30 International Coordinating Council (ICC)
Man and Biosphere (MAB) Unesco, kawasan TNBKDS secara resmi dikukuhkan menjadi
cagar biosfer baru dengan nama Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentrum
Kapuas Hulu. Pengukuhan itu berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan, pada 25
Juli 2018. Penghargaan ini menjadi bukti komitmen Kabupaten Kapuas Hulu dan
TNBKDS dalam menjaga kelestarian alam, sehingga mendapatkan dukungan dan
pengakuan internasional.
Sekadar untuk diketahui, ratusan ribu penduduk di Kapuas
Hulu masih sangat bergantung pada kelestarian hutan, baik pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu (HHBK) seperti gaharu, madu, maupun potensi satwanya seperti
ikan, potensi airnya, hingga potensi wisatanya.
Masyarakat adat yang hidup di dalam kawasan telah
diakomodasikan dalam zona tradisional dan zona khusus serta zona pemanfaatan.
Artinya, masyarakat tetap dapat memanfaatkan dan mengelola hutan sesuai kaidah
konservasi sehingga tercipta kelestarian. Aktivitas mereka pun terjamin aturan
yang berlaku.
