- Selebrasi Kelulusan Program RK IMB 2025, Galeri Indonesia Kaya Suguhkan Pentas Musikal Orisinil
- Produksi Beras Tertinggi Sepanjang Sejarah, Presiden Apresiasi Duet Maut Amran-Sudaryono
- Gas Bumi: Solusi Sementara atau Bukan Solusi Sama Sekali?
- Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia Tuntut Pemerintah Jepang Hentikan Inisiatif AZEC
- ESG Award 2025 by KEHATI
- Nishiyama Onsen Keiunkan, Hotel Tertua di Dunia Tempat Persinggahan Para Samurai
- Reformasi Pupuk Subsidi Dongkrak Produksi Pangan
- Siswa SMP Insan Cendekia Madani Tangsel Berlatih Teknik Bertahan Hidup di Alam Terbuka
- Transformasi Transmigrasi, Mentrans: Natuna-Anambas-Barelang Jadi Poros Maritim
- Mahasiswa UMN Dikenalkan Oseanografi dan Jurnalistik Sains di BRIN
Ilmuwan Temukan Zat Kimia Penyebab Planet Mars Berwarna Merah, Ini Penjelasannya

Keterangan Gambar : Warna merah Planet Mars ternyata disebabkan oleh kandungan zat kimia yang disebut ferihidrit. Foto/Airedale
JAKARTA – Mars, yang sering disebut Planet Merah, adalah planet keempat dari Matahari. Selama ini, dipercaya warna merah Mars akibat proses kimia yang sama penyebab karat di Bumi.
Namun, tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Adomas Valantinas dari Universitas Brown di AS dalam sebuah makalah baru yang diterbitkan di Nature Communications menunjukkan hal itu tidak benar!
Laman Universtodak, Rabu (26/2/2025) menyebutkan, tim peneliti mensimulasikan kondisi Mars di laboratorium. Kemudian menduga adanya zat kimia yang menyebabkan berwarna merah, yaitu ferrihidrit, oksida besi yang mengandung air.
Baca Lainnya :
- Fenomena Kosmik Langka, 7 Planet Sejajar Muncul Bersamaan pada 28 Februari 20250
- Ilmuwan Jelajahi Laut Merah yang Dibelah Nabi Musa, Kondisi di Dasar Laut Bikin Terkejut0
- Penemuan Arkeologi Terbesar, Ilmuwan Temukan Makam Raja Mesir Kuno Thutmose II0
- Superkomputer Prediksi Kapan Bumi Kehabisan Oksigen, Panas Ekstrem akan Musnahkan Manusia0
- Mahasiswa Universitas Indonesia Raih Penghargaan Prototype Hydrogen Fuel Cell di Qatar0
Mereka menggunakan data dari sejumlah misi Mars yang berbeda, mulai dari Reconnaissance Orbiter milik NASA hingga Mars Express dan ExoMars milik ESA (yang memiliki Color and Stereo Surface Imaging System di dalamnya).
Baca juga: Fenomena Kosmik Langka, 7 Planet Sejajar Muncul Bersamaan pada 28 Februari 2025
Data dari pengorbit tersebut didukung oleh data dari berbagai penjelajah dan selanjutnya dilengkapi dengan analisis material buatan mirip Mars di laboratorium.
Analisis tersebut, mencakup eksperimen dan pengukuran di Universitas Grenoble, Universitas Brown, dan Universitas Winnipeg, mengungkap keberadaan Ferihidrit. Zat kimia Ferihidrit tidak hanya hadir dalam debu Mars, tetapi juga tampak tersebar luas di seluruh lanskap Mars.
Ferihidrit adalah mineral oksihidroksida (yang mengandung oksigen, hidrogen, dan setidaknya satu logam). Penemuan ferihidrit dalam debu Mars membantu kita untuk lebih memahami sejarah geologi Mars dan potensi kelayakhuniannya.
Keberadaan ferihidrit memberi tahu bahwa dulu ada kondisi yang lebih dingin dan basah di Mars karena kondisi itu merupakan kebutuhan untuk pembentukan mineral tersebut. Penemuan ini jadi menarik karena menghadirkan satu alasan untuk percaya Mars pernah menjadi dunia yang ramah.
Baca juga: Superkomputer Prediksi Kapan Bumi Kehabisan Oksigen, Panas Ekstrem akan Musnahkan Manusia
Tim tersebut sangat ingin mempelajari lebih lanjut dan sekarang sedang menunggu sampel Mars untuk dipelajari secara langsung. Untuk itu, pata ilmuwan sedang menunggu penjelajah Perseverance.
Penjelajah tersebut telah secara sistematis mengumpulkan sampel inti tanah Mars dari Kawah Jezero dan menyimpannya dalam tabung titanium yang siap untuk diangkut pulang. Setelah tim memperolehnya, peneliti akan menguji apakah teori mereka tentang ferrihidrit benar.
Bentang Alam Mars
Dengan atmosfer tipis yang sebagian besar terdiri dari karbon dioksida, Mars memiliki bentang alam yang tandus berupa dataran luas, gunung berapi besar termasuk Olympus Mons (yang terbesar di tata surya kita), dan ngarai dalam seperti Valles Marineris.
Permukaannya memiliki bukti adanya sungai dan danau purba, yang menunjukkan Mars pernah memiliki kondisi yang cocok untuk kehidupan mikroba. Perubahan suhu ekstrem dan badai debu global yang sering terjadi merupakan ciri khas kondisi alam yang keras.
Warna merah yang khas dari Planet Mars sudah ada sejak berabad-abad lalu. Orang Mesir kuno menyebut Mars sebagai ‘Her Desher’ yang berarti ‘Si Merah’.
Orang Romawi menamainya sesuai nama Dewa Perang, dan orang China menyebutnya ‘bintang api’. Bahkan catatan Babilonia yang berasal dari tahun 2000 SM mencatat warna merahnya.
Pada tahun 1610, ketika Galileo pertama kali mengamati Mars melalui teleskop, dia mengonfirmasi sifat planetnya tetapi juga mencatat warna yang lebih merah/cokelat. Hal ini sebagian besar akibat buruknya kualitas optik dan setelah optik membaik, warna merahnya dapat diamati dengan jelas.
Jarak Mars dari matahari sekitar 227 juta kilometer dan membutuhkan waktu mengorbit 686,93 hari Bumi. Sejak foto jarak dekat pertamanya pada tahun 1965, rahasia Mars perlahan-lahan mulai terungkap.
Sebelumnya, atmosfer planet yang dingin dan tipis diyakini tidak memungkinkan adanya air yang mengalir. Namun, tahun lalu, Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA mengonfirmasi kemungkinan besar air cair mengalir di permukaan Planet Merah.
Ini adalah salah satu temuan terpenting tentang Mars, karena ini berarti kehidupan mungkin ada. Mars telah menjadi misteri selama berabad-abad, sebuah planet yang telah menarik perhatian para ilmuwan dan seniman. (Wasis Wibowo)
