- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil
- OJK Dinilai Memble, Kini Hasil Penyelidikan Investasi Telkom Pada GOTO Ditunggu
- Suara yang Dikenal dan yang Tidak Dikenal
- Sampah Akan Jadi Rebutan Sebagai Sumber Bahan Bakar
- Tenun Persahabatan: Merajut Warisan India dan Indonesia dalam Heritage Threads
- Manfaat Membaca yang Penting Kamu Ketahui
- Kisah Hanako, Koi di Jepang yang Berumur Lebih dari 2 Abad
- Hadiri Pesta Rakyat 2 di Manado, AHY Tegaskan Pentingnya Pemerataan Pembangunan Kewilayahan
- PFI Kepri Sambangi KSOP Batam, Perkuat Sinergi dan Semangat Foto Jurnalistik Maritim
- Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern
Mengejar Swasembada, Melupakan Tanah: Bahaya di Balik Euforia Pupuk Murah

SURABAYA - Dalam beberapa bulan terakhir, penurunan harga pupuk kimia dan peningkatan kuota subsidi pemerintah disambut gembira oleh banyak petani di berbagai daerah. Langkah ini dinilai sebagai upaya memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Namun di balik euforia tersebut, muncul kekhawatiran serius, tanah pertanian kita perlahan kehilangan daya hidupnya akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan jika tanpa diimbangi dengan bahan organik.
Para ahli pertanian menilai, penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang memang mampu meningkatkan hasil panen secara cepat, tetapi sekaligus mempercepat degradasi kesuburan tanah. Unsur hara mikro yang semula alami di dalam tanah kian menurun, mikroorganisme tanah mati, dan struktur tanah menjadi keras serta sulit menyimpan air. Akibatnya, produktivitas pertanian akan menurun secara bertahap, bahkan memicu risiko gagal panen atau puso jika terus dibiarkan.
Fenomena ini sejatinya bukan hal baru. Sejak era Revolusi Hijau beberapa dekade lalu, ketergantungan terhadap pupuk kimia dan pestisida sintetis telah menimbulkan kerusakan ekologis yang mendalam. Kini, sejarah itu berpotensi terulang jika orientasi pembangunan pertanian hanya menitikberatkan pada peningkatan produksi, bukan pada keberlanjutan lahan.
"Mengejar swasembada pangan tidak bisa mengabaikan fondasi utama pertanian, yakni tanah yang sehat dan subur. Penggunaan pupuk kimia memang tak bisa dihapus sepenuhnya, tetapi perlu diseimbangkan dengan penambahan pupuk organik seperti kompos, pupuk kandang, atau pupuk hayati," ujar Eko Cahaya Priyanto, Ketua Pandu Tani (PATANI) Kanwil Jawa Timur.
Eko mengulas, bahan-bahan dalam pupuk organik berfungsi memperbaiki struktur tanah, meningkatkan populasi mikroba baik, dan mengembalikan keseimbangan ekosistem mikro yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh optimal.
"Menjaga kesuburan tanah bukan hanya urusan teknis pertanian, tetapi investasi jangka panjang bagi ketahanan pangan bangsa. Pupuk murah memang menggembirakan, namun tanpa perawatan tanah yang berkelanjutan, keberhasilan swasembada bisa menjadi semu," tukasnya.
"Sudah saatnya petani, pemerintah, dan pelaku industri bergerak bersama menuju pertanian berimbang, di mana produktivitas dan kelestarian tanah berjalan seiring, bukan saling meniadakan," tandas Eko. (arif wibowo)
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

