- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil
- OJK Dinilai Memble, Kini Hasil Penyelidikan Investasi Telkom Pada GOTO Ditunggu
- Suara yang Dikenal dan yang Tidak Dikenal
- Sampah Akan Jadi Rebutan Sebagai Sumber Bahan Bakar
- Tenun Persahabatan: Merajut Warisan India dan Indonesia dalam Heritage Threads
- Manfaat Membaca yang Penting Kamu Ketahui
- Kisah Hanako, Koi di Jepang yang Berumur Lebih dari 2 Abad
- Hadiri Pesta Rakyat 2 di Manado, AHY Tegaskan Pentingnya Pemerataan Pembangunan Kewilayahan
- PFI Kepri Sambangi KSOP Batam, Perkuat Sinergi dan Semangat Foto Jurnalistik Maritim
- Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern
Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern
(1).jpg)
Muhammad Sirod
Dewan Pakar ASPEBINDO, Pengurus Pusat PII
Baca Lainnya :
- Kesusastraan, Pahlawan, Kekuasaan0
- Schumpeter, Nobel Ekonomi 2025 dalam Novel 0
- Kita Adalah Jawaban dari Doa Kita Sendiri dan Orang Lain0
- Thomas Hiram Holding, Bapak Camping Dunia0
- SPM Jadi Kunci Peningkatan Layanan Dasar di Wilayah Timur0
KOTA Makkah terus mengembangkan
sistem pengelolaan air limbah yang sejalan dengan rencana besar Saudi Vision
2030. Proyek Independent Sewage Treatment Plant (ISTP) di kawasan Arana dan
Hadda menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan efisiensi pengolahan
limbah dan memperluas pemanfaatan sumber daya terbarukan.
Dengan kapasitas gabungan mencapai ratusan ribu meter kubik
per hari, fasilitas ini dirancang untuk mengolah air limbah perkotaan secara
berkelanjutan dan menghasilkan keluaran yang dapat dimanfaatkan kembali. Kapasitas
besar tersebut membuka peluang penerapan teknologi bio-energi berbasis
anaerobic digestion (AD).
Teknologi ini mampu mengubah lumpur hasil pengolahan menjadi
biogas yang mengandung metana. Energi yang dihasilkan dapat digunakan untuk
kebutuhan listrik dan panas di dalam instalasi, sekaligus mengurangi
ketergantungan terhadap jaringan energi eksternal. Secara teknis, biogas dari
lumpur domestik memberikan potensi energi sekitar 0,35 meter kubik metana per
kilogram padatan kering yang terurai.
Dengan asumsi beban pengolahan mencapai 350.000 meter kubik
per hari, potensi biogas yang dapat dihasilkan mencapai puluhan ribu meter
kubik metana per hari. Konversi energi dari volume tersebut setara dengan lebih
dari seratus megawatt jam listrik setiap hari, cukup untuk memasok sebagian
besar kebutuhan energi operasional fasilitas. Integrasi sistem AD dengan
combined heat and power (CHP) unit akan meningkatkan efisiensi konversi energi
sekaligus menekan emisi karbon.
Penerapan teknologi semacam ini sudah umum di fasilitas
pengolahan air limbah di Eropa dan Asia Timur. Makkah memiliki konteks unik
karena fluktuasi beban limbah sangat tinggi selama musim Haji dan Umrah. Sistem
pengolahan yang fleksibel dan terintegrasi dengan produksi energi menjadi
strategi penting untuk menjaga stabilitas operasi di tengah variasi beban yang
besar. Pengolahan anaerobik juga membantu mengurangi volume lumpur yang harus
dibuang, sehingga menekan biaya dan risiko lingkungan.
Penelitian lokal menunjukkan potensi besar dari pengolahan
bersama antara lumpur domestik dan limbah organik makanan yang dihasilkan
selama musim ibadah. Komposisi limbah organik Makkah kaya karbohidrat, lemak,
dan protein, yang merupakan substrat ideal untuk proses fermentasi metanogenik.
Pendekatan co-digestion meningkatkan produksi biogas sekaligus mempercepat
stabilisasi lumpur.
Dari sisi kebijakan, proyek ISTP yang dikelola dengan skema
public-private partnership (KPBU) membuka peluang integrasi investasi energi
terbarukan ke dalam sektor air limbah. Struktur proyek berbasis kontrak jangka
panjang memungkinkan penentuan harga jual listrik atau energi panas dari biogas
secara lebih pasti. Hal ini dapat menciptakan model bisnis yang layak secara
finansial dan menarik bagi pengembang energi bersih.
Pemerintah Saudi telah menetapkan target peningkatan
penggunaan energi terbarukan dan efisiensi air secara nasional. Makkah menjadi
lokasi strategis untuk implementasi awal karena intensitas aktivitas dan volume
limbah yang tinggi. Pemanfaatan bio-energi dari sistem sewerage dapat menjadi
salah satu instrumen nyata untuk menurunkan emisi karbon kota dan mengurangi
beban sistem energi konvensional.
Tantangan utama terletak pada kesiapan infrastruktur
pendukung dan pengelolaan operasional. Sistem AD membutuhkan pengendalian ketat
terhadap parameter biologis, seperti rasio karbon terhadap nitrogen, suhu, dan
waktu tinggal lumpur di digester. Desain dan pengoperasian yang tidak konsisten
dapat menurunkan produksi gas dan menyebabkan akumulasi bahan toksik. Oleh
karena itu, pelatihan teknis operator dan penerapan sistem pemantauan otomatis
menjadi komponen penting dalam proyek.
Selain manfaat energi, integrasi sistem ini juga memberikan
nilai lingkungan yang signifikan. Pengurangan volume lumpur dan emisi metana
yang tidak terkontrol menurunkan potensi pencemaran udara dan air tanah.
Effluent hasil pengolahan dapat digunakan kembali untuk irigasi kawasan hijau,
sementara residu padat yang telah stabil dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembenah tanah. Seluruh rantai proses berkontribusi pada sistem ekonomi
sirkular yang efisien.
Belajar dari Makkah, pengelolaan air limbah dapat diarahkan
menjadi sistem energi berkelanjutan yang terukur dan terintegrasi. Pendekatan
teknokratik, data berbasis, dan pengawasan berlapis akan menentukan
keberhasilan penerapannya. Kota dengan beban urban dan religius setinggi Makkah
memberikan contoh bagaimana infrastruktur sanitasi dapat dikembangkan menjadi
sumber daya energi tanpa mengabaikan aspek lingkungan dan efisiensi
operasional.
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

