- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil
- OJK Dinilai Memble, Kini Hasil Penyelidikan Investasi Telkom Pada GOTO Ditunggu
- Suara yang Dikenal dan yang Tidak Dikenal
- Sampah Akan Jadi Rebutan Sebagai Sumber Bahan Bakar
- Tenun Persahabatan: Merajut Warisan India dan Indonesia dalam Heritage Threads
- Manfaat Membaca yang Penting Kamu Ketahui
- Kisah Hanako, Koi di Jepang yang Berumur Lebih dari 2 Abad
- Hadiri Pesta Rakyat 2 di Manado, AHY Tegaskan Pentingnya Pemerataan Pembangunan Kewilayahan
- PFI Kepri Sambangi KSOP Batam, Perkuat Sinergi dan Semangat Foto Jurnalistik Maritim
- Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern
Schumpeter, Nobel Ekonomi 2025 dalam Novel
7.jpg)
M
Ghaniey Al Rasyid
Penulis
Lepas, Pengliping dan Penikmat Sastra, Tinggal di Surakarta
Baca Lainnya :
- Kita Adalah Jawaban dari Doa Kita Sendiri dan Orang Lain0
- Thomas Hiram Holding, Bapak Camping Dunia0
- SPM Jadi Kunci Peningkatan Layanan Dasar di Wilayah Timur0
- Menginap di Lebih 400 Hotel, Don Hasman Terkesan Sambutan Hangat Hotel Azza Palembang0
- Menelisik Transformasi RS Agro Medika Nusantara Subang yang Berusia Lebih 1 Abad 0
LEMBAH Boucan
1892, mengisahkan tentang keindahan dan keluarga kecil yang menjemput
kemakmuran di tengah pertaruhan. Lembah yang dikenal sebagai tempat kekuasaan
milik Prancis itu, berhasil dituliskan dengan teliti oleh peraih Nobel Sastra
2009, JMG Le Clezio.
Ada yang melekat kentara dalam novel Mencari Emas (Yayasan Obor Indonesia, 2013). Novel yang
diterjemahkan oleh Ida Sundari Husen ini, memberi tahu kita gambaran unik
tentang perubahan sosial dari generator-genarator pembangkit listrik. “Itu
adalah tempat yang telah dipilihnya untuk membangkitkan listrik dari dari
Medina sampai Bel Ombre.” (Hal. 42).
Lilin dan listrik dari generator mesin uap, mulanya
digunakan untuk menghalau gelap-gulita saat malam. Listrik yang mengalir
disambut dengan kaca bohlam temaram keoranyean, membeberkan tentang tekad.
Tekad itu, terbesit dalam Ayah, tokoh Aku sebagai pemeran
utama dalam novel. Ia bisa dibilang sebagai pebisnis yang memiliki jiwa
kemanusiaan amat besar. Duit yang telah dikumpulkan, ia pergunakan untuk
membuka trayek persebaran listrik di Lembah Boucan.
“Mulai saat itu, zaman penerangan dengan lampu minyak dan
mesin uap sudah berakhir, dan berkat ayahku, sedikit demi sedikit listrik akan
membawa kemajuan bagi seluruh penghuni pulau.”
Energi dan pembangunan ekonomi terselip dalam novel Mencari Emas. Minggu lalu, penghargaan
nobel tuntas diberikan kepada para ilmuwan. Di bidang ekonomi, penghargaan
diberikan kepada trio pemikir yang idenya dinilai berpengaruh dalam keilmuan
ekonomi. Adalah Joel Mokyr, Philip Agyon dan Peter Howit.
Ketiga peraih nobel itu, berasal dari kampus berbeda.
Philipe Agion profesor ekonomi di College de France Paris, dan London School of
Economic, Prancis. Sedangkan Peter Howitt dari Brown University, dan Joel Mokyr
berasal dari Universitas Northwestern.
Ketiga pemikir itu menyuguhkan ide, pertumbuhan
berkelanjutan melalui penghancuran kreatif didukung oleh inovasi. Pertumbuhan
ekonomi bukan hanya dinilai dari tingkat permintaan atau penawaran ataupun
jumlah pendapatan dalam nilai nominal tertentu, akan tetapi dari sebuah proses
kreatif yang dapat berimbas kepada berlangsungnya proses perekonomian.
Dua dari tiga peraih nobel itu, Philip Agyon dan Peter
Howit. terpikat pada ide Schumpeter, menyoal destruktif penemuan. Ia
mengembangkan ide Schumpeter ke dalam konsep ekonomi secara lebih matematis.
Kreativitas tak dapat dipandang remeh. Ia dapat berpengaruh dalam laju
perekonomian suatu wilayah.
Kembali kepada novel gubahan Le Cezio. Kreativitas terselip
dengan kentara. La Bouchan tempat yang mulanya belum tersebar luas generator
listrik yang membentang, berubah menjadi terang. Jalan-jalan yang gelap dapat
ditembus, tanpa dibatas oleh sore yang lekat dengan petang. Hal itu membikin
perputaran ekonomi semakin leluasa.
Ayah dalam tokoh pada novel menunjukkan sikap sebagai
seorang inisiator. Di situ ia mengumpulkan uang yang telah ia miliki untuk
membuat sebuah terobosan baru, membentangkan pembangkit listrik. Schumpeter
mengangkat topi bagi para inisiator. Mereka itulah nantinya mempermulus laju
perekonomian. Para inisiator membuat inovasi yang diproduksi secara massal, dan
diperuntukan kepada khalayak luas.
Kata Schumpeter, produksi massal berarti produksi untuk
massa. “Ayahku menerangkan, bahwa kabel-kabel itu akan dibentangkan di
sepanjang sungai Seine, dan pabrik gula. Setelah instalasi berhasil, instalasi
akan dikembangkan ke utara, ke arah Medina, Wolmar, mungkin juga Phenix.” (hlm.
44).
Pabrik, gula dan sebuah daerah mengingatkan pada Schumpeter.
Clezio memberi tahu, sektor produksi bernama pabrik gula. Pabrik itu untuk
mengolah sebuah komoditas yang memiliki keunggulan komparatif. Saat listrik
berpendar, di situ ekonomi akan semakin hidup.
Ongkos energi yang mulanya mahal dan kurang efisien,
digantikan oleh listrik agar lebih efektif. Beban produksi semakin besar, beban
biaya yang membengkak lantaran tidak efektif dapat teratasi. “Laure dan aku
percaya bahwa setiap malam listrik akan datang, seolah-olah berkat keajaiban,
tiba-tiba ia akan menerangi tanaman dan pohon-pohon Saint Elme.”
Kendati demikian, tiga peraih nobel itu menekankan
pengetahuan untuk menjemput inovasi. Pengetahuan yang dimiliki para inovator
akan berimbas baik kepada inovasi yang bakal diciptakan.
Begitu pula Joel Mokyr. Penikmat ekonomi melalui sejarah
ini, menilik kausalitas antara ruang dan waktu yang saling memiliki
keterkaitan. Ia menyoroti keberadaan mesin uap, kereta api yang dibikin di masa
silam. Penemuan itu yang diartikan sebagai ‘inovasi’ mampu berimbas kepada
khalayak luas.
Joel terpikat pada era pencerahan di mana keterbukaan
menjadi poin utama dalam kemenangan. Ia menandaskan bahwa keterbukaan dalam
segela sektor harus tetap muncul untuk memungkinan kemajuan di segala lini.
Melalui hal tersebut, peluang merengkuh inovasi akan berkembang lebih besar.
Selanjutnya, Schumpeter menekankan inovasi dalam sebuah
perubahan silam akan tergantikan oleh inovasi terbaru. Bila kita menilik
kembali dalam novel Mencari Emas, di
situ kita diperlihatkan bagaimana oncor dan lilin berubah secara berkala dengan
bohlam kaca yang berpendar.
Kita kemudian diperlihatkan oleh buku lawas terbitan PT
Pembangunan Djakarta, 1963 berjudul
Sedjarah Pembangunan Ekonomi gubahan MAC Mackie. Buku itu tipis namun tebal
perspektif menyoal sejarah yang silam. Inovasi acap kali tak diterima
mentah-mentah. Saat pertama muncul, diibaratkan sebagai penyumbang keguncangan
pembesar bisnis sebelumnya yang telah lama menikmati raksasa bisnisnya.
Syahdan, benturan tak dapat dihindarkan. Namun kata
Schumpeter, inovator yang membuktikan penemuannya dibutuhkan oleh massa besar,
mafhum akan menggeser secara total pemain lama.
Hal tersebut tersirat dalam novel, niat baik Ayah untuk
mengalirkan listrik ke seluruh wilayah berhadapan dengan Paman Ludvic. Ia
seorang tuan tanah yang tanahnya tersebar di beberapa wilayah yang bakal
dialiri oleh listrik.
Alkisah, penemuan ini, gagasan Schumpeter itu kemudian mengingatkan pentingnya inovator. Agaknya perlu ditambahkan, bagaimana inovasi dari para inovator itu bisa dirasa oleh segala kalangan tanpa ketimpangan.
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

