- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Transaksi Kripto di Indonesia Meningkat Tembus Rp475,13 Triliun
JAKARTA - Industri aset kripto di Indonesia mencatat tonggak
sejarah baru dengan total transaksi mencapai Rp475,13 triliun sepanjang Januari
hingga Oktober 2024. Data ini dirilis oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi (Bappebti), menunjukkan peningkatan luar biasa sebesar 352,89%
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu Rp104,91 triliun.
Jumlah tersebut juga jauh melebihi nilai transaksi aset
kripto di tahun 2022 dan 2023 yang masing-masing mencapai Rp306,4 triliun dan
Rp149,3 triliun. Kepala Bappebti, Kasan, menyoroti bahwa lonjakan ini
mencerminkan semakin diminatinya perdagangan aset kripto di kalangan masyarakat
Indonesia. “Hal ini membuktikan perdagangan aset kripto menjadi salah satu
pilihan perdagangan yang diminati masyarakat,” ujar Kasan.
Selain mencatat pertumbuhan transaksi, jumlah pelanggan aset
kripto juga meningkat signifikan. Hingga Oktober 2024, terdapat 21,63 juta
pelanggan terdaftar, dengan 716 ribu di antaranya aktif bertransaksi melalui
Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK) yang saat ini berjumlah tujuh platform yang
sudah mendapat lisensi. Adapun aset kripto paling diminati di bulan Oktober
2024 adalah Tether (USDT), Ethereum (ETH), Bitcoin (BTC), Pepe (PEPE), dan
Solana (SOL).
Baca Lainnya :
- Pelepasan Ekspor Produk Kerajinan ke Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah0
- Industri Kabel RI Berpeluang Perluas Pasar Ekspor0
- Sinergi Kemenkop-KemenTrans Bangun Kemandirian Ekonomi di Kawasan Transmigrasi0
- Kehadiran Indonesia di KTT G20 Perkuat Komitmen Energi Hijau dan Pajak Internasional0
- Ketegangan Global Picu Lonjakan Harga Minyak WTI Hari Ini0
Dari sisi penerimaan negara, pajak dari transaksi aset
kripto sejak 2022 hingga Oktober 2024 mencapai Rp942,88 miliar, menunjukkan
potensi ekonomi besar dari sektor ini. “Peningkatan jumlah pelanggan dan
transaksi aset kripto akan mengoptimalkan penerimaan negara sekaligus
memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pasar kripto terbesar di dunia,”
tambah Kasan.
CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, melihat Oktober menjadi bulan
penting bagi pasar kripto, tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global.
Ekonomi makro yang positif—termasuk suku bunga The Fed yang lebih rendah di AS
serta langkah pelonggaran ekonomi dari China—mendorong stabilitas dan sentimen
optimistis di pasar. Hal ini berdampak pada peningkatan arus modal ke
stablecoin dan likuiditas yang kuat untuk aset utama seperti Bitcoin.
Bitcoin mencetak tonggak baru dengan melewati $72.000,
sebelum akhirnya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di $99.551 atau
sekitar Rp1,58 miliar pada 22 November. Lonjakan ini didukung oleh arus masuk
dari ETF Bitcoin, serta akumulasi besar oleh investor institusional yang
mencapai titik tertinggi dalam empat tahun terakhir. Tren ini juga diperkuat
oleh popularitas meme coin berbasis AI, yang ikut mencuri perhatian investor
menjelang musim pemilu.
Iqbal menilai momentum ini sebagai peluang strategis bagi
investor di Indonesia. “Dengan tren global yang positif, aktivitas pasar kripto
lokal juga menunjukkan antusiasme yang meningkat. Lonjakan harga Bitcoin dan
sentimen optimistis di kalangan investor menjadi indikator kuat bahwa aset
digital semakin dipercaya sebagai instrumen investasi utama,” ujarnya.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS juga membawa dampak
psikologis yang signifikan. Banyak investor melihat peluang dari potensi
regulasi global yang lebih ramah terhadap aset digital. “Euforia ini mendorong
minat yang besar pada Bitcoin, Ethereum, Solana, hingga meme coin seperti PEPE.
Banyak investor muda dan milenial memanfaatkan momentum ini untuk akumulasi
aset dengan pandangan jangka panjang,” tambahnya.
Namun, Iqbal juga mengingatkan pentingnya pendekatan yang
hati-hati. “Volatilitas tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Investor
perlu fokus pada diversifikasi portofolio dan pengelolaan risiko untuk
memanfaatkan peluang tanpa terjebak dalam spekulasi berlebihan,” jelasnya.
Peraturan Baru Memacu Perkembangan
Momentum positif ini didukung oleh terbitnya regulasi baru,
Peraturan Bappebti (PerBa) Nomor 9 Tahun 2024. Regulasi ini memperbolehkan
investor institusi untuk masuk ke pasar kripto Indonesia, yang diproyeksikan
dapat melipatgandakan volume transaksi dalam beberapa tahun ke depan. Dengan
semakin banyaknya investor institusional yang berpartisipasi, diharapkan
investasi, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi nasional dapat
meningkat signifikan.
“Kami di Tokocrypto menyambut positif pertumbuhan industri
aset kripto di Indonesia dan kebijakan Bappebti yang proaktif dalam membangun
ekosistem yang sehat. Kehadiran investor institusional akan memberikan dampak
signifikan, tidak hanya pada volume transaksi tetapi juga pada penguatan
kepercayaan terhadap pasar kripto Indonesia,” ujar Wan Iqbal.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam
membangun industri yang inklusif dan berdaya saing. “Kami percaya regulasi yang
jelas, pengawasan yang ketat, serta literasi masyarakat akan menjadi pilar
utama untuk membawa industri kripto Indonesia ke tingkat global. Tokocrypto
siap menjadi mitra strategis dalam mewujudkan visi ini,” tambahnya. (end)