- Anggota ASPAI Se-Indonesia Uji Kompetensi Budidaya Anggur
- Mengintip Cara Anak Mengakrabi Kaki Seribu di Pemakaman
- 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer (1925-2025): Petani dan Biografi
- Pagar
- Mau Kuliah Gratis? Beasiswa Bank Indonesia 2025 Telah Dibuka, Ini Syaratnya!
- Air Terjun Weekacura, Hidden Gem di Sumba yang Punya Pesona Memanjakan Mata
- DWP Kemenkop dan LPDB Gelar Sosialisasi Perkoperasian dan Akses Pembiayaan Dana Bergulir di Cirebon
- Menakar Kunci Sukses Swasembada Pangan
- Patrick Pantera Negra Kluivert dan Memori Stadion Ernst Happel
- Pangan, Gizi dan Harapan
Trik Pengawetan Kayu Sengon untuk Menjaga Kualitasnya
KAYU sengon yang sudah dipanen
harus segera diolah atau diberi perlakuan agar kualitasnya tidak menurun. Pohon
sengon sudah bisa dipanen saat umur lima tahun. Sementara, umur masak pohon
adalah tujuh tahun. Setelah ditebang untuk dipanen kayunya, sebaiknya lakukan
peremajaan sengon kembali dengan menanam sengon muda.
Kayu sengon akan bernilai jual tinggi jika diameter kayu sudah mencapai 40 cm.
Kayu yang sudah dipanen, lalu diolah secara sembarangan, akan menurunkan
kualitas kayu sehingga harganya menjadi lebih murah.
Kayu perlu dilakukan moulding, jointed board, dan lain-lain untuk menaikkan
harga jual. Namun, sebelumnya, kayu harus dikeringkan dan diawetkan terlebih
dahulu agar siap untuk diolah. Proses pengeringan kayu berfungsi mengurangi
sifat mengembang dan menyusut pada kayu. Proses tersebut juga berfungsi
memengaruhi kestabilan dimensi kayu.
Pengeringan bisa dilakukan secara alami, pengeringan dalam tanur/dapur
pengeringan, dan dapur pengeringan bersuhu rendah.
Sementara, proses pengawetan berfungsi meningkatkan daya tahan kayu terhadap
serangan berbagai organisme perusak kayu sehingga umur pakai kayu bisa
ditingkatkan. Proses pengawetan bisa dilakukan secara fisik ataupun
kimia.
Proses pengawetan fisik dilakukan dengan memasang barikade logam di antara
pondasi beton dengan bagian bangunan yang terbuat dari kayu sengon. Namun,
teknik pengeringan ini jarang digunakan karena kayu sengon tidak cocok untuk
digunakan pada kontruksi keras yang membutuhkan ketahanan dan kekuatan kayu
cukup tinggi.
Pengawetan kimia dilakukan dengan cara meresapkan bahan pengawet ke dalam kayu.
Proses peresapan bisa dilakukan dengan tekanan ataupun tanpa tekanan. Petani
pedesaaan biasanya mengawetkan kaya dengan cara merendam kayu ke dalam lubang
lumpur yang sudah ditaburi garam dapur. Perendaman tersebut berlangsung selama
berbulan-bulan bahkan ada yang sampai bertahun-tahun.
Sementara, teknik pengawetan secara kimia dengan bahan pengawet lebih sering
digunakan pada industri besar. Ada tiga jenis pengawet yang biasanya digunakan,
yaitu bahan pengawet yang larut dalam minyak, bahan pengawet yang larut dalam
air, dan bahan pengawet berupa minyak.
Kayu yang digunakan untuk kebutuhan pembuatan rumah biasanya diawetkan dengan
dosis rendah. Sementara, kayu yang digunakan untuk pembuatan barang di luar
ruangan harus diawetkan dengan dosis yang tinggi.
Para pekebun kayu biasa juga mengawetkan kayu sengon dengan cara mengoleskan
bahan pengawet zat aktif dengan dosis tertentu, lalu dilarutkan ke dalam air.
Setelah itu, kayu dikeringkan. Proses ini akan berlangsung terus dan berulang
hingga sebanyak lima kali.