- Anggota ASPAI Se-Indonesia Uji Kompetensi Budidaya Anggur
- Mengintip Cara Anak Mengakrabi Kaki Seribu di Pemakaman
- 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer (1925-2025): Petani dan Biografi
- Pagar
- Mau Kuliah Gratis? Beasiswa Bank Indonesia 2025 Telah Dibuka, Ini Syaratnya!
- Air Terjun Weekacura, Hidden Gem di Sumba yang Punya Pesona Memanjakan Mata
- DWP Kemenkop dan LPDB Gelar Sosialisasi Perkoperasian dan Akses Pembiayaan Dana Bergulir di Cirebon
- Menakar Kunci Sukses Swasembada Pangan
- Patrick Pantera Negra Kluivert dan Memori Stadion Ernst Happel
- Pangan, Gizi dan Harapan
BRIN dan IRD Prancis Teliti Dampak Perikanan Rumpon Tuna Sirip Kuning
.jpg)
BALI - Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) bersama MARBEC-Institut de Recherche pour le Dévelopement
(IRD), lembaga riset publik multidisiplin dari Prancis sejak akhir tahun 2022
hingga 2026 tengah menjalankan riset untuk mengkaji dampak dari penggunaan rumpon
terhadap budi daya tuna di Indonesia dan Samudera Hindia.
Tuna sirip kuning (Thunnus albaceres) adalah jenis ikan tuna
tropis. Penggunaan rumpon tuna dewasa menjadi isu dalam pengelolaan perikanan
tuna di dunia karena penggunaannya yang semakin massif, dan dikhawatirkan
berdampak pada keberlanjutan pemanfaatan sumber daya ikan tersebut.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Perikanan (PRP) BRIN, Jhon
Harianto Hutapea mengungkapkan riset yang dilakukan ini direncanakan
berlangsung hingga tahun 2026. “Riset kami fokus ke beberapa work packages
(WPs) tentang perikanan rumpon di Indonesia meliputi fisiologis, tingkah laku
melalui karakteristik suara, dan kelimpahan tuna sirip kuning di Indonesia,”
jelas Jhon.
Baca Lainnya :
- Astronom Rekam Tabrakan 2 Galaksi dengan Kecepatan 3,2 Juta Km/Jam0
- Mammoth Menu Makanan Utama Manusia Zaman Es di Amerika Utara0
- Keunikan Serigala Ethiopia, Predator yang Suka Menyeruput Nektar0
- Ilmuwan Ungkap 2 Spesies Baru Kucing Bertaring Belati0
- Posisi Tidur Terjun Bebas Disukai Orang Berpenghasilan Tinggi 0
Jhon mengungkapkan bahwa dalam WP mengenai mekanisme kerja
tubuh, mulai dari tingkat sel hingga organ ikan (fisiologis) dan tingkah laku
ikan tuna, dilakukan penelitian di kolam ikan tuna yang berada di KKI Biota
Laut Gondol-Bali. "Gondol memiliki fasilitas pembesaran dan budi daya
tuna, yang termasuk dua terbesar di dunia, yaitu Indonesia dan Panama,"
ungkap Jhon.
Lebih lanjut, Jhon menjelaskan bahwa di dalam kolam bulat
berdiameter delapan meter dengan kedalaman tiga meter tersebut, periset
mempelajari bagaimana fisiologis dan perilaku dari tuna sirip kuning.
"Selanjutnya, hasil penelitian di kolam ini akan kita bandingkan dengan
hasil kajian lapangan. Kami juga mengamati apakah ada hubungan atau dampak dari
penggunaan rumpon di tengah laut dengan kondisi sumber daya tuna sirip kuning,”
ungkap Jhon.
Sementara itu, Peneliti Ahli Muda BRIN, Ignatius Tri
Hargiyanto yang saat ini sedang menempuh tugas belajar doktoral di Montpellier
University, Prancis menyatakan selain penelitian, kegiatan ini juga mendukung
pengembangan kapasitas peneliti melalui studi doktoral di Prancis. Ia berharap
hasil riset kolaborasi BRIN dengan IRD dapat menjadi masukan dalam pengelolaan
perikanan tuna di dunia, terutama yang terkait dengan penggunaan rumpon.
Ignatius menambahkan, Indonesia sebagai negara anggota
organisasi pengelolaan perikanan tuna di Samudera Hindia, Regional Fisheries
Management Organization (RFMO), Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), memiliki
peran aktif dalam pengembangan ilmu pengetahun guna mejaga keberlanjutan dari
pemanfaatan sumber daya ikan tuna khususnya tuna sirip kuning.
"Riset ini juga menjadi sarana untuk memperkuat posisi
Indonesia dalam pengelolaan perikanan tuna dalam skala regional,"
pungkasnya.
Sebagai informasi program kerja sama ini ditandatangai oleh
Kepala Pusat Riset Perikanan (PRP) BRIN, Fayakun Satria dan perwakilan regional
IRD, Florence Morineau. Sedangkan, selaku penanggung jawab program adalah
Wudianto dari PRP BRIN dan Manuela Capello dari MARBEC IRD. (ipas, imds,
gws/ed: aps)
