BRIN dan IRD Prancis Teliti Dampak Perikanan Rumpon Tuna Sirip Kuning

By PorosBumi 21 Jan 2025, 20:12:56 WIB Sains
BRIN dan IRD Prancis Teliti Dampak Perikanan Rumpon Tuna Sirip Kuning

BALI - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama MARBEC-Institut de Recherche pour le Dévelopement (IRD), lembaga riset publik multidisiplin dari Prancis sejak akhir tahun 2022 hingga 2026 tengah menjalankan riset untuk mengkaji dampak dari penggunaan rumpon terhadap budi daya tuna di Indonesia dan Samudera Hindia.

Tuna sirip kuning (Thunnus albaceres) adalah jenis ikan tuna tropis. Penggunaan rumpon tuna dewasa menjadi isu dalam pengelolaan perikanan tuna di dunia karena penggunaannya yang semakin massif, dan dikhawatirkan berdampak pada keberlanjutan pemanfaatan sumber daya ikan tersebut.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Perikanan (PRP) BRIN, Jhon Harianto Hutapea mengungkapkan riset yang dilakukan ini direncanakan berlangsung hingga tahun 2026. “Riset kami fokus ke beberapa work packages (WPs) tentang perikanan rumpon di Indonesia meliputi fisiologis, tingkah laku melalui karakteristik suara, dan kelimpahan tuna sirip kuning di Indonesia,” jelas Jhon.

Baca Lainnya :

Jhon mengungkapkan bahwa dalam WP mengenai mekanisme kerja tubuh, mulai dari tingkat sel hingga organ ikan (fisiologis) dan tingkah laku ikan tuna, dilakukan penelitian di kolam ikan tuna yang berada di KKI Biota Laut Gondol-Bali. "Gondol memiliki fasilitas pembesaran dan budi daya tuna, yang termasuk dua terbesar di dunia, yaitu Indonesia dan Panama," ungkap Jhon.

Lebih lanjut, Jhon menjelaskan bahwa di dalam kolam bulat berdiameter delapan meter dengan kedalaman tiga meter tersebut, periset mempelajari bagaimana fisiologis dan perilaku dari tuna sirip kuning. "Selanjutnya, hasil penelitian di kolam ini akan kita bandingkan dengan hasil kajian lapangan. Kami juga mengamati apakah ada hubungan atau dampak dari penggunaan rumpon di tengah laut dengan kondisi sumber daya tuna sirip kuning,” ungkap Jhon.

Sementara itu, Peneliti Ahli Muda BRIN, Ignatius Tri Hargiyanto yang saat ini sedang menempuh tugas belajar doktoral di Montpellier University, Prancis menyatakan selain penelitian, kegiatan ini juga mendukung pengembangan kapasitas peneliti melalui studi doktoral di Prancis. Ia berharap hasil riset kolaborasi BRIN dengan IRD dapat menjadi masukan dalam pengelolaan perikanan tuna di dunia, terutama yang terkait dengan penggunaan rumpon.

Ignatius menambahkan, Indonesia sebagai negara anggota organisasi pengelolaan perikanan tuna di Samudera Hindia, Regional Fisheries Management Organization (RFMO), Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), memiliki peran aktif dalam pengembangan ilmu pengetahun guna mejaga keberlanjutan dari pemanfaatan sumber daya ikan tuna khususnya tuna sirip kuning.

"Riset ini juga menjadi sarana untuk memperkuat posisi Indonesia dalam pengelolaan perikanan tuna dalam skala regional," pungkasnya.

Sebagai informasi program kerja sama ini ditandatangai oleh Kepala Pusat Riset Perikanan (PRP) BRIN, Fayakun Satria dan perwakilan regional IRD, Florence Morineau. Sedangkan, selaku penanggung jawab program adalah Wudianto dari PRP BRIN dan Manuela Capello dari MARBEC IRD. (ipas, imds, gws/ed: aps)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment