- Menkeu, Teori dan Kebijakan Tarif
- Uji Kelayakan Lokasi PLTN, BRIN dan BMKG Lakukan Kajian Potensi Tsunami di Pantai Gosong
- Perjalanan Jatuh Bangun Ali Sarbani, Anak Petani Sukses Berbisnis Properti
- KAI Daop 8 Pelajari Media Percontohan Pembelajaran Pencegahan Krisis Planet
- Pemerintah Perkuat Infrastruktur Pengelolaan Sampah Lewat Teknologi
- Kakek 103 Tahun Sukses Jualan di Tiktok Shop
- Asal-Usul Bubur Ayam Jakarta 46
- Foto Itu...
- Gubernur Pramono Anung Apresiasi Kiprah Muhammadiyah DKI Jakarta
- Huawei Mate XT, Smartphone Lipat Tiga Pertama Hadir di Indonesia
Surplus Perdagangan Beruntun Dimotori Industri Agro dan Manufaktur
.jpg)
JAKARTA - Kabar baik muncul dari
bidang ekonomi. Meski situasi perekonomian global diliputi ketidakpastian,
terutama dampak kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah
negara, strategi pemerintah dalam mengendalikan stabilitas ekonomi terbukti
mampu menghadapi tekanan tersebut.
Seperti yang dilaporkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri
Mulyani Indrawati bahwa neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan
surplus pada Februari 2025, dengan nilai mencapai USD3,12 miliar. Surplus ini
melanjutkan tren positif yang telah berlangsung selama 58 bulan berturut-turut
sejak Mei 2020.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa secara
kumulatif dalam periode Januari – Februari 2025 neraca perdagangan Indonesia
mencatatkan surplus sebesar USD6,61 miliar. Angka ini mengalami kenaikan
sebesar USD3,78 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Lainnya :
- Ledakan Ekonomi Indonesia Menciptakan Peluang Baru bagi Profesional Lokal0
- The Dream Team Danantara0
- Mudik Lebaran PT KAI Sediakan 4,5 Juta Tiket, Sebanyak 2,7 Juta Kelas Ekonomi Tarif Terjangkau0
- Pengusaha Indonesia di Belanda Siap Perluas Pasar Komoditas Pertanian dan Peternakan ke Eropa0
- Go Global! UMKM Pertamina Ekspor Perdana Madu dan Teh ke Filipina0
“Ekspor konsisten tumbuh, pada bulan Februari mencapai
tingkat 9,16 persen (year on year/yoy). Sektor pertanian dan manufaktur
tumbuh paling tinggi secara berurutan,” ungkap Menkeu saat memaparkan APBNKita
2025, Rabu (19/3/2025).
Di sisi impor, Menkeu menegaskan bahwa tren positif tetap
terjaga dengan fokus utama untuk mendukung kegiatan industri nasional.
Menurutnya, pertumbuhan barang modal dan bahan baku menunjukkan adanya produksi
dan investasi yang tetap kuat.
Adapun tren positif dalam perekonomian Indonesia tidak hanya
tecermin dari neraca perdagangan, tetapi juga dari Purchasing Managers' Index
(PMI) Manufaktur Indonesia. Pada Februari 2025, PMI Indonesia berhasil
melenting kembali ke zona ekspansif dan mencapai level tertinggi secara global
setelah India, yakni di angka 53,6. Pertumbuhan manufaktur didorong oleh
lonjakan permintaan baru sehingga menstimulus aktivitas produksi dalam negeri.
Kondisi demikian, menurut Menkeu Sri Mulyani mencerminkan
kestabilan dan ketahanan ekonomi Indonesia yang tetap solid. “Ini menjadi
modal yang baik untuk terus mendorong pertumbuhan berkelanjutan,” imbuhnya.
Sebelumnya, dijelaskan oleh Menteri Perdagangan (Mendag)
Budi Santoso, surplus Januari 2025 didorong oleh surplus nonmigas USD4,88
miliar meski sektor migas mencatat defisit USD1,43 miliar. Negara penyumbang
surplus nonmigas terbesar adalah AS (USD1,58 miliar), India (USD770 juta),
Filipina (USD730 juta), Arab Saudi (USD600 juta), dan Malaysia (USD440 juta).
Secara tahunan ekspor meningkat dan produk industri masih
menjadi andalan penghasil devisa negara. Produk dengan pertumbuhan ekspor
paling pesat antara lain kapal dan struktur terapung (4.732,44 persen), kakao
olahan (169,53 persen), serta kopi, teh, dan rempah-rempah (125,44 persen).
Sektor industri berkontribusi 84 persen terhadap ekspor
nonmigas, disusul pertambangan (13,33 persen) dan pertanian (2,67 persen).
Pertumbuhan ekspor pertanian tercatat paling tinggi, naik 45,46 persen secara
tahunan.
Tiongkok, AS, dan India menjadi pasar utama ekspor nonmigas
dengan nilai USD8,14 miliar atau 39,89 persen dari total ekspor. Ekspor ke Arab
Saudi melonjak 299,35 persen, diikuti Rusia (194,40 persen) dan Thailand (80,83
persen).
Diakui oleh Kementerian Perindustrian sejak 2024 pihaknya
mencatat, industri agro mampu tumbuh sebesar 5,20 persen dan turut
berkontribusi mencapai 8,89 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan peran vital sektor industri agro
dalam struktur ekonomi nasional, terutama melalui sektor pengolahan non-migas
yang menyumbang hingga 51,81 persen.
“Industri agro bukan hanya menggerakkan sektor ekonomi,
tetapi juga menyerap tenaga kerja lebih dari 9,37 juta orang. Artinya, sektor
ini ikut andil dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah
Indonesia,” ungkap Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita,
Jumat (28/3/2025).
Beberapa subsektor andalan di industri agro, antara lain
industri makanan dan minuman, serta industri kayu, kertas, dan furnitur.
Kendati demikian, sektor di industri agro juga dihadapkan
pada berbagai tantangan, seperti fluktuasi harga bahan baku, perubahan regulasi
global, dan dampak perubahan iklim.
“Untuk itu, kita perlu mengantisipasi tantangan tersebut
dengan kebijakan yang adaptif dan penerapan inovasi teknologi. Dukungan dari
pemerintah, investasi yang berkelanjutan, serta peningkatan daya saing adalah
kunci untuk memastikan industri agro tetap berkembang secara berkelanjutan,”
ujar Menperin Agus Kartasasmita.
Di sisi lain, neraca perdagangan industri agro menunjukkan
hasil yang positif, tecermin dari nilai ekspor mencapai USD67,08 miliar dengan
volume sebesar 67,07 juta ton pada 2024.
“Produk agro Indonesia makin dinamis, baik dalam hal
kualitas maupun kuantitas, dengan sektor makanan dan minuman olahan yang
menyumbangkan USD41,4 miliar. Keseimbangan antara ekspor dan impor yang
kondusif juga menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan sektor ini,” imbuh
Menperin.
Investasi di bidang industri agro juga masih menarik.
Tergambar dari realisasi investasi di sektor agro yang mencapai Rp206,3
triliun. Jumlah tersebut meliputi Rp126 triliun dari modal asing dan Rp80,4
triliun dari modal dalam negeri.
Dari catatan tersebut, tren surplus perdagangan yang
berkelanjutan ini menunjukkan daya saing ekonomi Indonesia yang terus
meningkat. Tentunya hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menjaga
stabilitas ekonomi serta mendorong investasi dan ekspor nasional. (penulis: kristantyo wisnubroto/redaktur:
untung sutomo/indonesia.go.id)
