- Indef Takar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2026 Hanya 5 Persen
- BEI Bimbing 169 Perusahaan Tekan Emisi Karbon
- Perry Warjiyo Dkk Tahan BI Rate di 4,75 Persen
- OJK Cap Dormant Bila Rekening Tak Aktif Lebih 1800 Hari
- Genjot Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi dan Penjualan
- Bobibos dari Jerami: Inovasi atau Ilusi Energi?
- Indonesia Belum Layak Jual Karbon, Jika Belum Cukup Berkomitmen Menurunkan Emisi
- Romantisme Kedatangan Queen Maxima: N4APS, Masa Depan Seni & Identitas Budaya melalui Art Blockchain
- Perkuat Ketahanan Energi, Tambahan Produksi Gas Medco dari Sumur Suban Jauh Lampaui Target
- Negara Berkembang Butuh USD1,4 Triliun Tekan Karbon, Negara Maju Hanya Janjikan USD300 Miliar
Indef Takar Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2026 Hanya 5 Persen

Keterangan Gambar : Ilustrasi Indef- Istimewa
JAKARTA- Lembaga
pemikiran, Indef menaksir pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2026 hanya 5
persen jauh dari target pemerintah sebesar 5,8 persen hingga 6 persen.
Direktur
Program Indef, Eisha Maghfiruha Rachbini
mengatakan tingkat
pertumbuhan ini lebih rendah dari target pemerintah dalam asumsi makro APBN
2026 sebesar 5,4 persen. Karena Ketdakpastian global meningkat (geopolitikk, perlambatan China,
fragmentasi perdagangan) sehingga menekan ekspor, arus modal, dan nilai tukar.
Alasan kedua, Eisha bilang pemulihan
konsumsi domestik masih rapuh akibat tekanan harga pangan–energi dan daya beli
yang belum pulih kuat. Terebih
Investasi belum ekspansif dan kurang produktif, masih bertumpu pada proyek
padat modal dengan efek pengganda kecil.
Baca Lainnya :
- Perry Warjiyo Dkk Tahan BI Rate di 4,75 Persen 0
- OJK Cap Dormant Bila Rekening Tak Aktif Lebih 1800 Hari0
- Genjot Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi dan Penjualan0
- BI Laporkan Utang Indonesia Menyusut 0,6% Pada Triwulan III 20250
- Pelaku Pasar Yakin Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Lagi0
“Apalagi pasar tenaga
kerja rapuh (didominasi informal, skill mismatch), sehingga kenaikan pendapatan
rumah tangga terbatas,” papar Eisha
dalam keterangan resmi dikutip Jumat(21/11/2025).
Pada
sisi Inflasi pada 2026, dia dan rekan-rekannya di Indef menaksir pada level 3,0 persen (yoy).
“Inflasi
pada 2026 diproyeksikan akan lebih tnggi akibat permintaan yang membaik namun
penawaran yang rigid, terutama dalam sektor pangan dan energi,” terang dia.
Selain itu,
dia menenggarai ada beberapa hal yang ikut menyumbang peningkatan inflasi di
2026 seperti Program MBG diprediksi
mulai berdampak pada 2026.
“Tanpa
perbaikan kapasitas produksi, penguatan permintaan justru berpotensi menambah
tekanan inflasi dalam jangka pendek,”
tutur dia.
Faktor lainnya,
dia menunjuk komponen makanan cepat
laku menjadi pendorong utama lonjakan inflasi
2026 karena sistem distribusi pangan nasional yang panjang dan tdak efisien, sehingga
harga mudah bergejolak.
Tak kalah penting perlu dicermati menurut dia, pemerintah
dalam penyesuaian tarif listrik, BBM nonsubsidi, dan subsidi LPG akan
menghasilkan inflasi dorongan biaya produksi, diperburuk oleh depresiasi Rupiah
yang meningkatkan imported inflasi
untuk energi dan bahan baku industri.
“Jika ingin pertumbuhan ekonomi di atas 5
persen akan tercapai, jangan melupakan potensi daerah dan kapasitas daerah
dalam mendorong pertumbuhan. Pemerintah harus mengatasi ketmpangan antar
daerah, termasuk ketmpangan fiskal daerah, mendorong pemerataan akses di
daerah, agar ekonomi tumbuh sejalan dengan peningkatan pendapatan Masyarakat
secara merata,” papar Eisha.
Sementara itu, Senior Ekonom Indef, Aviliani-Ekonom menyatakan mendukung
pertumbuhan tinggi.
Tapi sektor yang perlu menjadi prioritas seperti sektor pariwisata karena kontribusi UMKM pada
sektor ini besar, sehingga perlu membangun ekosistem pariwisata.
“Kami juga memandang sektor berbasis
hilirisasi perlu ditingkatkan karena mampu menyerap tenaga kerja, sehingga
kebijakan pemerintah perlu diarahkan untuk menarik investor pada sektor
prioritas tersebut,” harap dia.
Deputi
Bidang Pembangunan Kewilayahan Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam mengatakan kolaborasi
merupakan kata kunci, tanpa kolaborasi antar pihak, instansi pemerintah pusat,
pemda, masyarakat dan dunia usaha, pencapaian ekonomi berkeadilan akan sulit
dicapai.
Selain
itu dia memandang perlu didukung dengan
debirokratisasi (deregulasi perizinan) merupakan kunci penting dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan memperoleh akses untuk menata
ulang arah ekonomi berkeadilan.
.jpg)

.jpg)



.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

