- Perry Warjiyo Dkk Tahan BI Rate di 4,75 Persen
- OJK Cap Dormant Bila Rekening Tak Aktif Lebih 1800 Hari
- Genjot Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi dan Penjualan
- Bobibos dari Jerami: Inovasi atau Ilusi Energi?
- Indonesia Belum Layak Jual Karbon, Jika Belum Cukup Berkomitmen Menurunkan Emisi
- Romantisme Kedatangan Queen Maxima: N4APS, Masa Depan Seni & Identitas Budaya melalui Art Blockchain
- Perkuat Ketahanan Energi, Tambahan Produksi Gas Medco dari Sumur Suban Jauh Lampaui Target
- Negara Berkembang Butuh USD1,4 Triliun Tekan Karbon, Negara Maju Hanya Janjikan USD300 Miliar
- BI Laporkan Utang Indonesia Menyusut 0,6% Pada Triwulan III 2025
- Pelaku Pasar Yakin Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Lagi
Negara Berkembang Butuh USD1,4 Triliun Tekan Karbon, Negara Maju Hanya Janjikan USD300 Miliar

Keterangan Gambar : Ilustrasi COP30, JustCop
JAKARTA- kelompok lingkungan mengingatkan perdagangan
karbon berskala besar berisiko menjadi bentuk greenwashing, karena nilai tanah dan hutan dikomersialisasikan
tanpa mengurangi emisi saat ini.
Sehingga pada pertemuan COP30 di Belém Brazil diluncurkanlah Tropical
Forests Forever Facility (TFFF), sebuah inisiatif yang diprakarsai oleh Brasil. Prakarsa ini untuk
melindungi hutan tropis di seluruh dunia.
Inisiatif ini terbuka untuk lebih dari
70 negara yang memiliki hutan, dengan harapan dapat menarik kontribusi publik
awal sebesar USD 25 miliar, yang kemudian dapat menggerakkan investasi tambahan
hingga USD 100 miliar dari sektor swasta, dengan pembayaran tahunan sekitar USD
4 miliar. Secara signifikan, minimal 20 persen dari dana tersebut akan langsung
diberikan kepada masyarakat Adat dan komunitas lokal.
Baca Lainnya :
- Aktivis Ragu Soal Komitmen Pengakuan Hutan Adat 1,4 Juta Ha 0
- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil 0
- Pasar Karbon Dinilai Belum Mampu Tekan Laju Pembabatan Hutan 0
- Aktivis Desak Pemerintah Serius Akui 1,4 juta Hektar Hutan Adat0
- Greenpeace Desak Komitmen Pemimpin ASEAN Tangani Kabut Asap Lintas Batas0
TFFF mencakup perlindungan bagi Amazon,
Hutan Atlantik, serta wilayah lembah sungai Congo dan Mekong.
Inisiatif ini menggabungkan sektor
keuangan dengan upaya konservasi di tingkat global, sekaligus menyediakan model
untuk investasi berkelanjutan dalam modal alam. Hutan hujan tropis, termasuk
Amazon, memainkan peran penting dalam stabilisasi anggaran karbon dan
perlindungan ekosistem.
Misalnya, hutan hujan tropis Indonesia
menyumbang 15 persen dari total hutan tropis dunia, dan lahan gambutnya
menyimpan 57 miliar ton karbon, yang jumlahnya lebih dari dua kali lipat karbon
yang terdapat di cadangan minyak Timur Tengah yang terbukti.
Kepala
APAC di EBC Financial Group, Samuel Hertz mengatakan sebagai perusahaan pialang global secara
daring melihat COP30 merupakan momen menarik
karena mencuat komitmen iklim bertemu dengan kenyataan pasar.
“Negara berkembang membutuhkan sekitar USD 1,4 triliun,
sementara negara-negara maju berjanji USD 300 miliar, sebuah kesenjangan yang
tidak bisa diabaikan. Bagaimana janji-janji ini diimplementasikan akan memiliki
dampak nyata terhadap investasi dan penetapan harga pasar,” ujar dia dalam
keterangan resmi, Selasa(18/11/2025).
Ia menilai untuk memastikan bahwa kredit karbon mematuhi kerangka kerja yang mengatur kriteria penting seperti tambahan dan keberlanjutan .
“Tanpa
‘integritas tinggi’, upaya atau peta jalan untuk mengurangi bahan bakar fosil,
kredit karbon berisiko menjadi alat perdagangan tanpa manfaat bersih yang nyata
saat ini,” Kata dia.
Sebagai
bagian dari komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan, para pialag di EBC
Financial Group, kata dia, dapat berkontribusi pada pelestarian hutan hujan melalui
program "Lindungi Amazon dengan Setiap Transaksi.
"
Setiap kali ada perdagangan yang memenuhi syarat, EBC akan menyumbang atas nama
klien kepada mitra konservasi yang terverifikasi, tanpa biaya tambahan,
menghubungkan aktivitas pasar rutin dengan upaya pelindungan hutan hujan yang
terukur,” jelas dia.
Program
ini bertujuan memberikan dampak lingkungan yang signifikan, seperti melindungi
hingga 1.282 hektar hutan hujan, mengonservasi sekitar 875.641 pohon, dan
mencegah sekitar 294.871 ton emisi CO₂ dari setiap perdagangan yang dilakukan
di wahana EBC.
Inisiatif
ini memberikan cara yang mudah bagi pedagang untuk berpartisipasi dalam
pelestarian salah satu penyerap karbon terbesar di dunia, sambil tetap terlibat
dalam pasar global. Selain Amazon, EBC juga berencana untuk memperluas upayanya
ke proyek konservasi lainnya yang memiliki integritas tinggi, mencerminkan
keselarasan yang semakin berkembang antara kegiatan keuangan dan pengelolaan
lingkungan.
Dia mengingatkan Proksimitas
Belém dengan hutan Amazon menekankan peran krusial hutan tropis dalam menjaga
stabilitas iklim global.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup RI, Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan Indonesia akan menghasilkan sekitar USD 1 miliar (IDR 16 triliun) dalam transaksi kredit karbon selama KTT tersebut, dengan target penjualan 90 juta ton kredit karbon dari proyek berbasis alam dan teknologi.
“Pemerintah memposisikan diri sebagai "jembatan hijau", siap untuk memonetisasi kredit karbon berkualitas tinggi, menarik investasi asing, dan mengalihkan potensi aset alamnya menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Secara keseluruhan, ekosistem hutan Indonesia, ambisi pasar karbon, dan kemitraan internasional menempatkannya sebagai pemain kunci dalam agenda keuangan iklim COP30.” Papar Hanif.
.jpg)

.jpg)



.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

