- Lakon Pandawa Nawasena: Tradisi Wayang Orang dalam Sentuhan Lintas Generasi
- Jejak Megalitik Pasemah: Ruang Sakral dan Warisan Leluhur
- Deklarasi Sira, Satu Suara Pemuda Adat untuk Para Pemimpin Dunia
- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
Indonesia Impor Garam Hingga 3,1 Juta Ton

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), Tony Tanduk, menyebut kebutuhan garam industri di Indonesia setiap tahun mencapai 3,7 juta ton. Dari jumlah tersebut sebagian besarnya masih dipenuhi oleh garam impor.
Tony mengatakan, dalam kondisi cuaca normal industri bisa menyerap hampir 40 persen garam lokal. Namun begitu, pada tahun ini ia menyebut akan ada sedikitnya 3,1 juta ton garam untuk industri yang didatangkan dari luar negeri.
"Khusus tahun 2017 impor garam sekitar 3,1- 3,3 juta ton," ujarnya, saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (5/3).
Menurut dia, faktor utama penyebab masih sedikitnya garam lokal untuk industri karena produksi garam lokal yang masih terbatas. Sekitar 1,6 juta ton- 1,7 juta ton garam lokal habis untuk konsumsi, pengasinan ikan, dan industri rumahan.
Sementara, kebutuhan garam industri mencapai 3,7 juta ton per tahun. AIPGI mencatat, industri yang paling banyak menggunakan garam yakni industri soda kostik sebanyak 2,5 juta ton, industri makanan dan minuman 0,5 jt ton dan sisanya diserap oleh pengasinan ikan, penyamakan kulit, dan pakan ternak.
sumber : republika.co.id
