- Lakon Pandawa Nawasena: Tradisi Wayang Orang dalam Sentuhan Lintas Generasi
- Jejak Megalitik Pasemah: Ruang Sakral dan Warisan Leluhur
- Deklarasi Sira, Satu Suara Pemuda Adat untuk Para Pemimpin Dunia
- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
Lakon Pandawa Nawasena: Tradisi Wayang Orang dalam Sentuhan Lintas Generasi
.jpg)
JAKARTA
–Lakon
populer Pandawa Nawasena, hasil
kolaborasi antara para penampil profesional Wayang Orang Bharata dengan para peserta Ruang Kreatif: Kelas Wayang Orang, yang disuguhkan Galeri Indonesia Kaya menjadi ruang
temu lintas generasi yang menghadirkan semangat baru sekaligus menjaga tradisi
wayang orang yang telah bertahan lebih dari 50 tahun.
Selama kurang lebih 60 menit, penonton diajak mengikuti
kisah perjalanan lima Pandawa yang harus menjalani pengasingan setelah kalah
bermain dadu melawan Kurawa. Namun, ketika Amarta terancam oleh serangan Prabu
Kolopati, Sengkuni harus merendahkan dirinya dan meminta Pandawa kembali untuk
menyelamatkan kerajaan. Bagaimana sikap Pandawa dalam menghadapi permintaan itu
menjadi inti cerita yang menggugah sekaligus relevan dengan nilai moral tentang
harga diri, pengampunan, dan keberanian.
Tantangan Wayang Orang Bharata dalam pertunjukan kali ini
adalah membentuk dan mengarahkan para peserta Ruang Kreatif: Kelas Wayang Orang
yang bukan merupakan pemain wayang orang profesional. Ruang Kreatif kali ini
diselenggarakan selama lima hari sebagai pengenalan kembali kesenian wayang
orang pada publik, di mana para peserta mencicipi pengalaman menjadi pemain
wayang orang untuk pertama kalinya, mulai dari latihan bersama sampai naik
panggung.
Baca Lainnya :
- Jejak Megalitik Pasemah: Ruang Sakral dan Warisan Leluhur0
- Deklarasi Sira, Satu Suara Pemuda Adat untuk Para Pemimpin Dunia0
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana 0
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim0
- Dari Binus International ke Brisbane: Perjalanan Fannisa Widya Puteri Kuliah Double Degree0
Renitasari
Adrian, Program Director
Galeri Indonesia Kaya mengatakan, melalui pementasan Pandawa Nawasena, pihaknya
ingin mengajak penonton merasakan bagaimana tradisi bisa bertemu dengan napas
baru dari generasi penerus. Kolaborasi antara maestro Wayang Orang Bharata
dengan generasi muda dari Ruang Kreatif: Kelas Wayang Orang menjadi bukti bahwa
tradisi bisa terus hidup dengan sentuhan yang lebih segar dan tetap relevan.
“Kami berharap karya ini dapat membuka ruang apresiasi baru
bagi penonton, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk mencintai
dan melestarikan seni tradisi, seperti wayang orang sebagai salah satunya,”
ujar Renitasari dalam siaran persnya yang diterima Sabtu (27/9/2025).
Lakon ini hadir sebagai wujud konsistensi Wayang Orang
Bharata, paguyuban yang berdiri sejak 1972 dan kini beranggotakan lebih dari
150 orang, dari maestro hingga generasi penerus berusia 5–17 tahun. Selain
rutin berpentas di Gedung Wayang Orang Bharata, Senen, Jakarta, paguyuban ini
juga telah membawa seni wayang orang ke panggung internasional di Mesir,
Belanda, Italia, Australia, Prancis, hingga Jerman, sekaligus mencatat rekor
MURI sebagai penyelenggara wayang orang daring pertama di Indonesia.
Teguh Kenthus Ampiranto, salah
satu maestro sekaligus pimpinan Wayang Orang Bharata yang terlibat dalam
pementasan ini melihat proses kreatif Pandawa Nawasena sebagai pengalaman
segar, terutama dengan hadirnya generasi muda di dalamnya. Ia menuturkan bahwa
keterlibatan anak-anak dan remaja dalam memerankan tokoh-tokoh Pandawa tidak
hanya memberi energi baru bagi para penampil senior, tetapi juga menghadirkan
ruang pembelajaran yang kaya.
Melalui latihan intensif, mereka tidak sekadar mendalami
teknik panggung, tetapi juga menyerap nilai-nilai luhur dalam tradisi
pewayangan. Pengalaman langsung di atas panggung ini menjadi cara nyata untuk
menumbuhkan kecintaan sekaligus rasa memiliki terhadap seni tradisi wayang
orang.
“Melalui panggung Galeri Indonesia Kaya, kami melihat
bagaimana seni tradisional dapat menemukan kembali relevansinya di masa kini,
dengan salah satunya adalah wayang orang yang terus kami perjuangkan
kelestariannya,” ujar Teguh.
Menurut Teguh, sebagai kelompok yang telah lebih dari
setengah abad mendedikasikan diri pada pelestarian seni tradisi wayang orang, pihaknya
melihat Galeri Indonesia Kaya sebagai medium penting untuk mengingatkan
generasi sekarang bahwa wayang orang bukan sekadar hiburan, tetapi juga warisan
budaya yang penuh nilai kehidupan. “Melalui kolaborasi dengan peserta Ruang
Kreatif: Kelas Wayang Orang, kami berharap semangat baru ini bisa terus
menjaga napas tradisi agar tidak padam,” kata Teguh.
Pementasan Pandawa Nawasena menjadi satu dari banyaknya
upaya Galeri Indonesia Kaya dalam menghadirkan dan memperkenalkan kembali
seni-seni tradisional Indonesia kepada masyarakat luas. Dengan menghadirkan
karya budaya setiap minggunya, Galeri Indonesia Kaya tidak hanya memberi ruang
bagi seniman untuk berkarya dan berkolaborasi, tetapi juga memastikan bahwa
kekayaan budaya Nusantara tetap hidup, relevan, dan dapat diwariskan kepada
generasi berikutnya.
