- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
- Dari Binus International ke Brisbane: Perjalanan Fannisa Widya Puteri Kuliah Double Degree
- Tonggak Sejarah Medis Tanah Air: Robot Bedah Otak Pertama di Indonesia Hadir di Siloam Hospitals
- 5 Dampak Tak Terduga yang Datang Kalau Konten Kamu Viral
Strategi Bijak Berinvestasi Emas
2.jpg)
JAKARTA - Harga emas terus jadi topik
hangat dalam dunia finansial. Ketika grafik harga emas menanjak, banyak orang
langsung merasa menyesal, “Andai saja beli tahun lalu, sekarang sudah untung
besar.” Di sisi lain, tidak sedikit yang merasa ragu, “Apakah masih masuk akal
untuk mulai investasi emas sekarang, saat harganya sudah tinggi?”
Pertanyaan ini wajar, apalagi untuk anak muda atau investor
pemula yang baru mulai menata keuangan. Kabar baiknya tidak ada kata terlambat
untuk memulai investasi emas, asal kamu tahu strategi yang tepat. Justru saat
harga emas tinggi, kita bisa belajar lebih hati-hati dan disiplin agar
investasi ini tetap menguntungkan dalam jangka panjang. Berikut beberapa
strategi bijak yang bisa kamu terapkan:
1. Terapkan Strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Baca Lainnya :
- Soft Opening Horison Resort Tulip Puncak Elegance in Culture, Complete in Stay, Harmony in Nature0
- Pertamina Pimpin Transisi Energi, Kembangkan Green Hydrogen di Indonesia 0
- 6 Kontainer Keranjang Serat Alam Produk UMKM Kebumen Tembus Pasar New York 0
- Menkeu Terbitkan Aturan Penempatan Rp200 Triliun Uang Negara di Bank Umum Mitra0
- Perempuan Adat Kasimle, Dahulu Tidak Berdaya Kini Pengolah Sumber Daya0
Membeli emas di harga terendah adalah impian semua orang.
Namun, kenyataannya menebak titik terendah atau tertinggi harga emas sangat
sulit, bahkan untuk analis berpengalaman. Di sinilah strategi Dollar Cost
Averaging (DCA) menjadi solusi.
Dengan DCA, kamu membeli emas secara rutin dalam nominal
tetap setiap bulan. Misalnya Rp500 ribu – Rp1 juta per bulan. Terkadang kamu
akan membeli saat harga sedang tinggi, kadang saat harga turun. Namun, dalam
jangka panjang harga pembelianmu akan rata-rata, sehingga risiko membeli di
puncak harga bisa ditekan.
Misalnya, Andi menabung emas Rp1 juta per bulan selama 12
bulan. Total yang ia keluarkan Rp12 juta. Dalam setahun, seandainya harga emas
sempat naik-turun dari Rp1 juta/gram hingga Rp1,3 juta/gram. Berkat pola rutin,
harga beli rata-rata Andi stabil di sekitar Rp1,15 juta/gram. Jika harga naik
lebih tinggi di tahun berikutnya, Andi otomatis sudah punya keuntungan.
Strategi ini membuat investasi lebih konsisten, disiplin,
dan minim drama menunggu harga emas “sempurna”.
2. Fokus pada Tujuan Jangka Menengah hingga
Panjang
Banyak orang kecewa saat membeli emas lalu menjualnya dalam
waktu singkat. Padahal, emas bukan instrumen untuk untung cepat. Fluktuasi
jangka pendek bisa membuat harga turun dalam beberapa bulan, meskipun tren
jangka panjang tetap naik.
Emas lebih cocok untuk tujuan 3–10 tahun, seperti:
- Dana pendidikan anak
- Modal usaha
- Persiapan pensiun
- Tabungan pernikahan
Contoh, Rina membeli emas pada tahun 2015 misalnya dengan
harga Rp500 ribu/gram. Sepuluh tahun kemudian, pada 2025, harga emas sudah di
atas Rp1,2 juta/gram. Walaupun ada fase harga turun di beberapa tahun, tren
jangka panjang justru membuat nilai asetnya naik lebih dari dua kali lipat.
Artinya, kalau tujuanmu jangka panjang, emas bisa menjadi
pelindung nilai (hedging) sekaligus instrumen pertumbuhan aset yang stabil.
3. Diversifikasi, Jangan Hanya Mengandalkan Emas
Meski emas sering disebut sebagai safe haven, bukan berarti
semua dana harus ditempatkan di emas. Diversifikasi tetap penting agar
portofolio lebih seimbang.
Selain emas, kamu bisa menyebar dana ke beberapa instrumen
yaitu:
- Deposito: memberi bunga tetap dan aman, cocok untuk dana
darurat.
- Reksa dana pasar uang: likuid, risiko rendah, dengan
potensi imbal hasil lebih tinggi daripada tabungan biasa.
- Saham: berisiko tinggi tapi peluang return besar untuk
jangka panjang.
Dengan kombinasi ini, kamu tidak hanya bergantung pada satu
instrumen. Jika harga emas stagnan, ada kemungkinan instrumen lain justru
memberikan hasil lebih baik.
4. Sisihkan dari Kenaikan Penghasilan
Salah satu momen terbaik untuk menambah porsi investasi emas
adalah saat ada kenaikan penghasilan, misalnya naik gaji, dapat bonus, atau
menerima penghasilan tambahan. Sayangnya, banyak orang justru terjebak
lifestyle creep yaitu penghasilan naik, pengeluaran juga naik.
Agar lebih bijak, sisihkan sebagian kenaikan penghasilan itu
ke emas. Misalnya, dari tambahan Rp1 juta, alokasikan Rp500 ribu untuk beli
emas rutin. Dengan begitu, gaya hidup tetap terkendali, sementara asetmu juga
bertambah.
5. Gunakan Layanan Investasi Emas Digital
Sekarang, membeli emas tidak harus datang ke toko fisik.
Cara membeli emas online sudah lebih mudah karena banyak platform terpercaya
yang menyediakan fitur emas digital, dengan keunggulan sebagai berikut:
- Bisa mulai dari nominal kecil, bahkan Rp10.000
- Harga mengikuti real-time pasar
- Lebih mudah dicairkan jika dibutuhkan
- Aman karena terdaftar resmi
Ketika cara membeli emas online sudah semakin mudah, maka
inilah saatnya kamu mencoba. Ingat, investasi bukan soal menunggu waktu yang
sempurna, namun soal konsistensi dan strategi yang tepat. Jadi, jangan tunggu
harga emas turun, karena bisa saja malah terus naik. Lebih baik mulai sekarang,
sedikit demi sedikit, agar masa depan finansialmu lebih terjamin.
Jika kamu tertarik menjadikan emas sebagai investasi, mulai
investasi emas online di neobank dari Bank Neo Commerce. Kamu bisa berinvestasi
kapan saja dengan mudah, real-time harga pasar, transparan, dan mulai dari
Rp10.000.
