Masa Depan Berkelanjutan Itu Bukan Retorika di Kampung Reklamasi Air Jangkang

By PorosBumi 02 Nov 2025, 10:11:42 WIB Energy & Mining
Masa Depan Berkelanjutan Itu Bukan Retorika di Kampung Reklamasi Air Jangkang

Keterangan Gambar : Kampung Reklamasi jadi bukti implementasi keberlanjutan di industri tambang timah. (Ist)


Muksen melepas topi untuk menyeka buliran keringat di wajahnya. Matahari tepat di atas kepala membakar kulit siang itu. Dengan menenteng parang, ia beringsut menuju bawah pohon untuk istirahat. Sejurus kemudian, rekannya Mahmud menghampiri untuk ikut beristirahat. Muksen dan Mahmud baru saja selesai membabat ilalang dan juga menyiangi rumput rumput liar di sela-sela tanaman Jambu Mente (Monyet) di areal perkebunan Kampung Reklamasi PT Timah Tbk di Desa Riding Panjang, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Muksen dan Mahmud adalah dua pekerja yang menggantungkan hidup di Kampung Reklamasi Air Jangkang.

Meski hari hari beraktivitas di bawah sengatan matahari, Muksen mengaku senang dan berterima kasih kepada PT Timah Tbk karena diberi kesempatan bekerja di Kampung Reklamasi Air Jangkang. Jika dulu dia sebagai nelayan penghasilannya tak menentu, kini dia bisa mengharapkan upah bulanan sebagai pekerja di Kampung Reklamasi untuk menafkahi istri dan kedua anaknya. Kecemasan yang selalu menghantui terkait penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup kini sirna. “Ya setidaknya harapan untuk masa depan itu masih ada, Mas,” tutur Muksen semringah saat berbincang dengan Porosbumi.com, Jumat (17/10) 2025.

Sebagai pekerja di Kampung Reklamasi Air Jangkang, sehari hari Muksen dan Mahmud bertugas menjaga tanaman buah-buahan di kebun, menyiangi tanaman hama, dan membabat rumput/ilalang di areal perkebunan yang dipenuhi berbagai jenis tanaman lokal seperti jelutung, nyatoh, kayu putih, gaharu, jambu mete, sirsak, cemara laut, durian, mangga, dan rambutan. Selain itu, terdapat juga uji coba tanaman ekonomis seperti porang, pelawan dan gelam.

Baca Lainnya :


Menurut Muksen, sebagai nelayan dulu dia rata-rata hanya bisa membawa pulang uang maksimal sekitar Rp2 jutaan sebulan. “Tapi di sini bulanannya dapat Rp3 jutaan. Setara UMR lah, “ujar Muksen yang diamini oleh Mahmud. Menurut Mahmud, uang sesar Rp3 juta sudah lebih dari cukup untuk menghidupi keluarga. Setali tiga uang dengan Muksen, kecemasan  ketidakberdayaan memenuhi kebutuhan hidup yang dulu selalu menghantui, kini mulai hilang. Honor bulanan sebagai pekerja di Kampung Reklamasi membuat dirinya tenang menjalani hidup.

Muksen maupun Mahmud mengaku sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari komunitas Kampung Reklamasi Air Jangkang. Bukan hanya karena bisa menjadi sumber kehidupan keduanya, namun lebih dari itu keberadaan Kampung Reklamasi Air Jangkang juga sangat mengedepankan partisipasi dan keterlibatan komunitas masyarakat sekitar seperti mereka dalam pengelolaanya. Alhasil meski status mereka sebagai pekerja namun dalam keseharian baik Muksen maupun Mahmud sudah menganggap Kampung Reklamasi seperti milik mereka yang harus dijaga kelestarian dan keberlanjutannya.  

Partisipatif Masyarakat Jadi Napas Konsep Reklamasi

Soal keterlibatan masyarakat dalam tata kelola Kampung Reklamasi ini, PT Timah Tbk punya jawaban sendiri. “Kalau masyarakat dilibatkan, kami merasa nilainya berbeda daripada kita mengerjakan sendiri. Nah paradigma itulah yang kita terjemahkan di semua rantai bisnis kita, termasuk di Kampung Reklamasi ini, “ucap Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT Timah Tbk Rendi Kurniawan kepada rombongan jurnalis peserta Site Visite ke PT Timah, Sabtu (18/10) 2025.

Siti, salah satu staf Departemen HSE (Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan) dan Departemen Sustainability PT Timah Agro Manunggal (TAM), anak usaha PT Timak Tbk yang mengelola aspek reklamasi paska tambang mengakui, keberadaan Kampung Reklamsi Air Jangkang memberi banyak dampak positif, salah satunya membuka lapangan pekerjaan dan membuka ruang keterlibatan masyarakat sekitar. “Lowongan pekerjaan yang ada  memang tidak banyak, tetapi konsep pengelolaan di sini didesain lebih akomodatif dan partisipatif terhadap masyarakat sekitar,” ujar Siti.

Siti menyebutkan, berbeda dengan konsep reklamasi selama ini dimana rata-rata merupakan upaya untuk mengembalikan ekosistem atau lingkungan seperti aslinya dulu, konsep Kampung Reklamasi Air Jangkang besutan PT Timah Tbk ini menitikberatkan pada apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan masyarakat atau lingkungan sekitar. “Keinginan masyarakat sekitar itu apa? Keinginan atau kebutuhan itu yang kemudian kita serap dan akomodasi menjadi landasan melakukan reklmasi di tempat ini,” timpal Dodi, salah satu staf Departemen HSE Kampung Reklamasi lainnya. 

Reklamasi Air Jangkang merupakan program rehabilitasi lahan bekas tambang timah yang dimiliki dan dikelola oleh PT Timah Tbk (bagian dari holding MIND ID) di wilayah operasionalnya di Kepulauan Bangka Belitung. Kampung Reklamasi Air Jangkang memiliki luas sekitar 37 hektare lahan bekas tambang yang disulap menjadi tempat edukasi lingkungan dan pertanian. Dari luas tersebut, sekitar 25 hektare ditanami berbagai pohon buah dan tanaman, sementara sisanya digunakan untuk area lainnya seperti kolam, kebun, dan fasilitas wisata lainnya. 

Dalam perspektif keberlanjutan, Kampung Reklamasi bisa dimaknai sebagai inisiatif untuk memulihkan kawasan eks tambang timah yang rusak parah akibat aktivitas penambangan, dengan tujuan mengembalikan fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi lahan tersebut. Program ini menunjukkan komitmen PT Timah Tbk terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG), di mana reklamasi bukan hanya kewajiban hukum, tapi juga peluang menciptakan nilai tambah.


Hebatnya, program Kampung Reklamasi Air Jangkang yang dimulai sejak sekitar 2013 hingga 2018 ini menjadi salah satu proyek percontohan (pilot project) reklamasi terpadu di Indonesia. Kawasan ini dulunya adalah lubang galian bekas pengerukan timah seluas sekitar 37 hektare, yang kondisinya kritis, tanah tandus, minim unsur hara, penuh gundukan dan lubang berbahaya, serta tidak mendukung pertumbuhan tanaman.

Secara konseptual Reklamasi Air Jangkang didesai sebagai edu ecotourism (edukasi dan ekowisata), yang mengintegrasikan sejumlah hal yakni: pemulihan lingkungan berupa penanaman pohon, rehabilitasi ekosistem, dan pengurangan emisi karbon. Data dari PT Timah Tbk menyebutkan, hingga tahun 2025 PT Timah Tbk telah memulihkan total 1.565,30 ha lahan bekas tambang secara keseluruhan, dengan Kampung Reklamasi Air Jangkang sebagai preseden yang sukses. Konsep lain yang diterapkan yakni segi pendidikan dan wisata dimana Kampung Reklamasi Air Jangkang memiliki tempat edukasi tentang alam, pertanian, dan konservasi, sekaligus destinasi wisata keluarga. Konsep lain yang tak kalah penting Kampung Reklamasi Air Jangkang merupakan upaya menggerakkan ekonomi masyarakat dengan melibatkan warga lokal dalam pengelolaan pertanian, peternakan, dan pariwisata, sehingga menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.

Kini dengan kehadiran PT Timah Tbk, kawasan bekas tambang Air Jangkang telah disulap menjadi kawasan hijau dan memesona. Lubang bekas tambang telah direhabilitasi menjadi danau alami dilengkapi dermaga untuk wisata air. Di areal Kampung Reklamasi juga terdapat rumah panggung Melayu yang dimaksudkan sebagai ikon budaya sebagai spot foto dan penginapan. Faktor lain yang coba diintegrasikan di Kampung Reklamasi yakni aspek pertanian dan peternakan. Terdapat kebun hidroponik sayur, tanaman buah, pembibitan, kolam ikan, dan peternakan sapi yang mana semuanya dikelola masyarakat setempat. Hal ini menjadi manifestasi langsung upaya partisipasi dan pelibatan masyarakat secara bottom up

Konsep terintegrasi lain di Kampung Reklamasi adalah upaya untuk melakukan konservasi satwa. Berkolaborasi dengan lembaga Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi,  di kawasan Kampung Reklamasi PT Timah sukses merehabilitasi hewan liar seperti buaya, beruang madu, burung merak, rusa, dan spesies endemik Bangka Belitung.  Dalam kolaborasi ini PT Timah menyediakan lahan bekas tambang yang telah direklamasi sebagai lokasi PPS Alobi di Kampoeng Reklamasi Air Jangkang. 

PPS Alobi dilengkapi fasilitas modern seperti taman bunga matahari, ATV trail, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop 10,5 kWp untuk energi hijau, dan Energy Techno Park sebagai pusat percontohan EBT (Energi Baru Terbarukan). “PPS Alobi sangat disupport PT Timah untuk memulihkan ekosistem satwa akibat aktivitas pertambangan khususnya tambang timah,” ujar Manager Lembaga Konservasi PPS Alobi, Endi Riyadi Yusuf.

Menurut Endi, fungsi utama PPS Alobi adalah menyelamatkan, merehabilitasi, dan melepasliarkan satwa liar yang dilindungi, terutama yang berasal dari konflik dengan manusia, sitaan, atau penyerahan sukarela dari masyarakat. PPS Alobi berdiri di lahan bekas tambang seluas 4 hektar yang saat ini dilengkapi 37 kandang satwa, menara pantau, kantor, klinik dan fasilitas lainnya untuk mendukung rehabilitasi satwa.


Rehabilitasi satwa yang dilakukan di PPS Alobi ini merupakan upaya mengembalikan insting liar para satwa, sekaligus kesiapan fisik dan lingkungannya. Sehingga saat dilepasliarkan nanti, satwa bisa bertahan hidup dan berperan membangun ekosistem. Endi sangat mengapresiasi komitmen PT Timah Tbk sebagai perusahaan tambang yang telah konsisten menjaga kelestarian satwa. Menurutnya, reklamasi bukan hanya sekadar menanam pohon tetapi juga bagaimana memulihkan ekosistem lain dalam hal ini satwa.

Setelah lebih dari satu dasawarsa (12 tahun) kehadirannya di lahan bekas tambang, Kampung Reklamasi Air Jangkang mulai memberi beragam dampak positif terhadap lingkungan sekitar. Dalam hal pemulihan ekosistem misalnya, lahan yang sebelumnya rusak akibat pertambangan kini dihijaukan kembali dan dikembalikan kesuburannya, menciptakan ekosistem yang lebih seimbang.

Ada pengurangan emisi CO2 hingga 51,8 ton per tahun melalui PLTS yang digunakan di Kampung Reklamasi, serta memulihkan habitat alami yang terganggu oleh tambang ilegal. Pembangunan embung di kawasan ini  juga mampu menyediakan pasokan air yang dapat digunakan masyarakat untuk pertanian saat musim kemarau, mendukung ketahanan pangan lokal. Ditambah lagi dengan kontribusi PPS Alobi mampu merawat dan merehabilitasi berbagai jenis satwa dilindungi sebelum dilepasliarkan ke habitat aslinya atau dirawat untuk edukasi.

Kemudian secara sosial-ekonomi, kesuksesan rehabilitasi di Kampung Reklamasi Air Jangkang mampu meningkatkan persepsi positif masyarakat. Studi tahun 2021menunjukkan manfaat bagi pendapatan masyarakat lokal dan menjadi model reklamasi ideal di dunia pertambangan Indonesia. Pembangunan dan pengembangan kawasan ini menciptakan peluang kerja bagi masyarakat sekitar, baik dalam sektor pertanian, peternakan, maupun pariwisata. Bekas lahan tambang juga mampu disulap menjadi destinasi wisata edukasi dengan konsep agrowisata menarik, menampilkan kebun sayur hidroponik, buah-buahan, pembibitan, kolam ikan, dan peternakan sapi.

Saat ini Kampung Reklamasi Air Jangkang dikelola oleh anak perusahaan PT Timah Tbk, yaitu PT Timah Agro Manunggal (TAM), bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Kementerian ESDM, Alobi Foundation (untuk konservasi satwa), dan pemerintah daerah. Mulai resmi dikelola TAM pada Maret 2021.

Menurut Rendi Kurniawan, Kampung Reklamasi Air Jangkang menjadi salah satu bentuk manifestasi komitmen perusahaan dalam menerapkan aspek keberlanjutan di wilaya area bekas pertambangan. “Di bisnis proses kita, kita berusaha memposisikan aspek keberlanjutan itu menjadi napas perusahaan,” beber Rendi.

Terkait keberlanjutan di area bekas tambang timah, Rendi menguraikan sejauh ini secara teori upaya rehabilitasi bisa dilakukan dengan lebih cepat. Selama ini penambangan timah tidak menggunakan material lain, hanya dipisahkan oleh air dan tidak ada chemical lain. Dengan kondisi seperti itu untuk melakukan recovery areal bekas tambang seharusnya jauh lebih cepat daripada menggunakan chemical. Selain tak butuh waktu lama, areal bekas pertambangan timah bisa disulap untuk mendatangkan beragam manfaat. 

Rendi mencontohkan keberadaan kolong (istilah lubang bekas tambang timah). Menurutnya, dalam melakukan rehabilitasi di areal bekas tambang, tidak semua lubang bekas tambang atau kolong ditutup karena masih ada celah manfaat bagi lingkungan sekitar. “Tidak semua kolong harus kita tutup, midsetnya bukan begitu. Tapi dengan adanya kolong yang ada bisa diambil manfaatnya, misalnya untuk perikanan, pengairan. Bahkan bekas kolong itu juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber air baku PDAM. Jadi semuanya akan kami lihat bagaimana dampak dari penambangan itu bisa memunculkan potensi ekonomi ekonomi yang baru,”ujarnya.

Data yang dihimpun dari sejumlah sumber hingga tahun 2025 menyebutkan, selain Kampung Reklamasi Air Jangkang, PT Timah Tbk sejauh ini juga konsisten melakukan reklamasi darat dan laut di berbagai lokasi. Upaya reklamasi itu meliputi penanaman lahan pascatambang, rehabilitasi ekosistem laut dengan artificial reef, penanaman mangrove, serta restocking kepiting bakau. Reklamasi darat di Semester I 2025 mencapai 75,52 hektare dengan berbagai jenis tanaman.

Kontribusi positif PT Timah tbk juga terjadi di reklamasi laut. Sejak tahun 2016 hingga 2024, PT Timah Tbk telah menginisiasi penenggelaman ribuan artificial reef (terumbu karang buatan) dan fish shelter (rumah ikan) di berbagai titik di Bangka Belitung. Kemudian menanam mangrove seluas 1,5 hektar pada periode Januari-Juni 2025, melakukan restocking kepiting bakau di berbagai titik, seperti Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta pemasangan penahan abrasi sepanjang 250 meter pada Januari-Juni 2025.

“Kita adalah pionir untuk reklamasi laut. Selama ini kita membantu menyusun konsep reklamasi sebagai panduan bagaimana reklamasi laut itu dilakukan di Indonesia.  Berbekal pengalaman itu, dalam setiap penyusunan konsep reklamasi laut, kita pasti ikut berkontribusi di dalamnya,”tandas Rendi.

Ikhtiar Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

Komitmen PT Timah Tbk mewujudkan ESG dan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak hanya di bidang rehabilitasi paska tambang seperti di Kampung Reklamasi Air Jangkang, tetapi juga melalui program pendidikan dan budaya. Di bidang pendidikan, PT Timah Tbk menginisiasi lahirnya Pemali Boarding School yang memberikan beasiswa SMA bagi siswa berprestasi dari keluarga berpenghasilan rendah di sekitar area tambang, seperti di Bangka Belitung, Riau, dan Kepulauan Riau. Pemali Boarding School berada di Dusun Pelabuhan, Desa Pemali, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.

Pemali Boarding School menyediakan pendidikan SMA unggulan di asrama, yang tidak hanya fokus pada akademis tetapi juga pengembangan karakter, kemandirian, dan keterampilan non-akademis lain bagi para siswanya. Program ini sudah berjalan lebih dari dua dekade sejak tahun 2000 dan telah menghasilkan ratusan alumni yang berkiprah di berbagai bidang. Salah satu tujuan utama berdirinya Pemali Boarding School adalah bagian komitmen PT Timah Tbk untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkar tambang dan juga memangkas angka putus sekolah.


Salah satu siswa Pemali Boarding School, Deffan mengakui dirinya cukup beruntung bisa menimba ilmu di  Pemali Baording School karena fasilitasnya cukup memadai dan lengkap. Selain semua biaya dan kebutuhan sekolah dirinya tidak perlu mengeluarkan biaya serupiah pun alias gratis, di Pemali Baording School dirinya merasa cukup berkembang.

“Saya merasa pemikiran saya bertambah luas dan juga teman-teman di sini banyak yang support. Dari segi ekonomi, dengan fasilitas beasiswa saya juga bisa membantu ekonomi keluarga karena orang tua tidak perlu lagi membeli peralatan sekolah seperti buku dan seragam karena semuanya sudah disediakan di sini,” ujar siswa asal Sungailiat, Kabupaten Bangka ini.

Menurut Deffan, dari segi faslitas, sekolah Pemali Boarding School sangat memanjakan siswa. Di asrama 3 siswa diberi fasilitas 1 laptop, jaringan wifi full dan makan 3 kali sehari. Selain belajar sehari hari di SMAN 1 Pemali, di asrama siswa juga dibekali pelajaran ekstra tambahan berupa berkebun dengan menanam jagung, cabe dan sayur-sayuran. “Bisa dibilang masuk ke sekolah ini sudah sesuai cita-cita saya,” timpal Dodi, siswa kelas XI.

Baik Deffan maupun Dodi berharap  keberadaan Pemali Boarding School terus ada karena sangat dibutuhkan mengingat saat ini masih banyak anak-anak seusianya yang ingin berkembang dan membutuhkan pendidikan memadai dan terjangkau. Deffan optimistis dengan adanya program ini SDM di Bangka Belitung bisa berkembang. “Karena di sekolah ini siswa tidak hanya dibekali pendidikan karakter dan etika tetapi juga ada pelajaran soft skill,” timpal siswa berkacamata kelas X ini.

Deffan bercerita, untuk menunjang kemampuan akademis, siswa kelas 10, 11 dan 12 diberikan les tambahan selain kelas regular di SMAN 1 Pemali. Untuk siswa kelas 11 dan 12 materi les diberikan oleh pengajar dari platform belajar ruang guru berupa mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan IPA. Sedangkan untuk kelas 10 disediakan les Bahasa Inggris.

Selama di asrama para siswa siswi sudah beraktivitas pukul 4.30 WIB. Bagi yang beragama Islam akan melakukan shalat subuh berjamaah dan setelah itu dilanjutkan dengan aktivitas olahraga. Selesai olahraga siswa akan melakukan persiapan pribadi untuk persiapan berangkat ke sekolah.

“Kita di sekolah sampai pukul 15.00. Habis Magrib kita persiapan makan malam, sebelum makan malam siswa diwajibkan berbaris rapi sambil berhitung sebelum masuk ke ruang makan,”tutur Deffan yang dipercaya sebagai Wakil Ketua MPK (Majelis Perwakilan Kelas), sebuah lembaga yang mengawasi kinerja OSIS.

Menurut Fajar Siddik dari bagian Program Pembinaan Siswa Pemali Boarding School, semua kebutuhan siswa Pemali Boarding School hingga lulus ditanggung PT Timah Tbk. Sedangkan sistem belajar mengajarnya, siswa tinggal di asrama dan bersekolah di SMAN 1 Pemali. “Asramanya di sini, sekolahnya dititipkan di SMAN 1 Pemali karena ada kerjasama. Setiap tahun penerimaan siswa sebanyak 36 siswa yang berasal dari 3 wilayah PT Timah (Prov Babel, Prov Kep. Riau dan Provinsi Riau),” ujar Fajar.

Fajar menjelaskan, saat ini proses belajar mengajar di Bording School Pemali telah memasuki angkatan ke 22. Rata-rata siswanya berusia antara 15 hingga 18 tahun. Semua proses belajar mengajar dilakukan di SMAN 1 Pemali sementara di asrama siswa hanya dibekali dengan pelajaran ekstrakurikuler tambahan yang fokus kepada soft skill seperti berkebun dan beternak ikan dengan memanfaatkan lahan sekitar asrama.

“Pada intinya materi ekstrakurikuliernya di asrama lebih diarahkan ke enterpreneurship (wirausaha). Sedangkan pengajarnya selain bekerjasama dengan platform pendidikan Ruang Guru, kita juga memanfaatkan jejaring alumni khususnya yang sudah sukses untuk berbagi ilmu di sini,” tambahnya. Merujuk data hingga Agustus 2025, Pemali Boarding School telah meluluskan 886 alumni. Saat ini para alumni Pemali Boarding School telah bekerja dalam beragam profesi seperti guru, dokter, dosen, polisi, karyawan BUMN, dan swasta.

Tak berhenti di bidang pendidikan. Untuk melestarikan budaya di sekitar wilayah pertambangan, PT Timah Tbk juga berkontribusi dalam mendukung Kampung Adat Gebong Memarong yang terletak di Dusun Air Abik, Desa Gunung Muda, Kabupaten Bangka. Sejak 2018, PT Timah Tbk konsisten mendukung pelestarian budaya Orang Lum (sebutan masyarakat Adat Gebong Memarong) melalui pembangunan fisik dan pemberdayaan masyarakat. Perusahaan juga membantu pembangunan rumah adat (Gebong Memarong), menyediakan sarana seperti home stay dan galeri, serta memberikan pelatihan keterampilan dan pendampingan.


Kampung Adat Gebong Memarong adalah sebuah kawasan adat Suku Lum di Dusun Air Abik, Desa Gunung Muda, Kabupaten Bangka. Melalui kerjasama antara PT Timah Tbk dan Lembaga Adat Mapur, Kampung Adat Gebong Memorang saat ini berfungsi sebagai destinasi wisata edukasi budaya untuk melestarikan tradisi masyarakat adat Mapur. Kampung Adat ini memiliki bangunan rumah panggung Suku Lum (Memarong) yang terbuat dari kayu ibul, atap nipah, dan dinding kulit kayu. Kampung adat ini juga memiliki sejumlah kegiatan budaya adat seperti pesta panen, upacara adat, dan program edukasi tentang budaya lokal.

Menurut Johan, tokoh adat Kampung Adat Gebong Memarong, pihaknya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada PT Timah Tbk yang selama ini secara konsisten membantu mengembangkan dan melestarikan keberadaan Kampung Adat Gebong Memorang. Dia berharap kedepan, kontribusi dan kerjasama antara kampung adat dengan PT Timah terus berjalan dengan program-program lain yang berujung demi kelestarian tradisi dan adat kampung.

Johan bercerita, pihak adat awalnya belum mau menyetujui begitu saja uluran bantuan yang diberikan PT Timah Tbk. Pihak adat membutuhkan waktu setidaknya satu tahun sebelum akhirnya memutuskan menerima kerjasama dari PT Timah. “Setelah melalui musyawarah dengan para tetua adat, akhirnya kami memutuskan untuk menerima bantuan PT Timah karena bertujuan melestarian kampung adat dan tidak menimbulkan masalah baru,” tutur Johan.

Komitmen Keberlanjutan Laut dengan Revitalisasi Mangrove

Tak hanya pendidikan dan budaya, komitmen PT Timah Tbk menerapkan aspek keberlanjutan di pertambangan juga diwujudkan dengan melakukan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan pesisir bekas tambang. Terkait hal ini sejak tahun 2010, PT Timah Tbk menggandeng Yayasan Ikebana Kenanga untuk berkolaborasi dalam merevitalisasi hutan mangrove di Pantai Rebo, Sungailiat, Kabupaten Bangka. Bersama Yayasan Ikebana, PT Timah Tbk telah melakukan penanaman dan penyulaman mangrove sekitar 15 tahun. Setidaknya sudah sekitar lebih dari 50 ribu mangrove telah ditanam sebagai upaya rehabilitasi mangrove dan memperluas wilayah penanaman. Program ini juga merupakan bagian dari komitmen lingkungan perusahaan untuk mencegah abrasi, menjaga ekosistem pesisir, serta mendukung pelestarian dan reboisasi hutan mangrove.

Buah dari upaya revitalisasi hutan Mangrove di pesisir Pantai Rebo itu kini sudah bisa dinikmati masyarakat sekitar yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan. “Alhamdulilah kini masyarakat bebas mencari kepiting di pesisir Mangrove. Hal itu tidak kita larang, karena semua ini memang tujuannya buat masyarakat,” tutur Danni Rusli, salah satu penggerak Yayasan Ikebana. 


Danni menyebut, saat ini ada sekitar 17 hektar (ha) lahan pesisir pantai Rebo yang sudah direvitalisasi dengan hutan Mangrove hasil kerjasama dengan PT Timah Tbk. Dari lahan seluas itu, jumlah pohon Mangrove yang berhasil ditanam sekitar 80.000 pohon. Menurut Danni, dirinya cukup puas dengan hasil revitalisasi itu karena hal ini sekaligus membuktikan kepada pihak-pihak yang selama ini menganggap sebelah mata dalam memandang revitalisasi mangrove.

“Dulu di awal-awal ketika saya melemparkan ide untuk mengajak melakukan revitalisasi mangrove ini banyak dicibir karena ide ini dianggap aneh di Bangka. Banyak di antara yang mencibir itu mengatakan buat apa tanam mangrove di Bangka? lebih baik jadi penambang Timah,” cerita Danni mengenang awal-awal perjuangan dirinya berinisiatif merevitalisasi mangrove di lahan bekas tambang di pesisir Pantai Rebo. Tidak memedulikan cibiran orang, Danni terus berusaha merealisasi idenya menanam mangrove. Hingga akhirnya kehadiran PT Tiah Tbk yang mengajaknya sebagai mitra dalam revitalisasi Mangrove mengubah semua dan membantu merealisasikan ide-idenya dalam penanaman Mangrove. Pesisir pantai Rebo yang dulunya bekas tambang timah masyarakat, kini pemandangannya menghijau dan menjadi rumah bagi banyak ikan.

Danni menambahkan, hasil revitalisasi Mangrove yang dilakukan pihaknya dengan dukungan penuh PT Timah Tbk mampu meningkatnya ekosistem pesisir seperti pencegahan abrasi, penyediaan habitat ikan dan kepiting, serta peningkatan kualitas air. Ekosistem Mangrove yang ada juga memiliki banyak manfaat untuk kehidupan di antaranya sebagai upaya mitigasi krisis iklim serta mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah banyak. Program ini juga memberikan harapan masa depan bagi perekonomian masyarakat pesisir dengan adanya peningkatan potensi hasil perikanan.

”Dulu nelayan sulit sini setengah mati mencari ikan dan kepiting karena bekas tambang, kini dengan adanya Mangrove, ikan dan kepiting mudah dicari,” timpal Dani, salah satu relawan Yayasan Ikebana. 

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Rendi Kurniawan mengakui keterlibatan pihaknya melakukan revitalisasi Mangrove dengan melibatkan komunitas masyarakat merupakan bagian komitmen perusahaan kaitannya dengan aspek keberlanjutan penambangan di laut. Apalagi selama ini dalam proses produksi, operasional perusahaan lebih banyak melakukan penambangan di laut. Karena itu, dalam proses penambangan perusahaan sangat memperhatikan keberlanjutan dari ekosistem laut yang ada.

“Ekosistem itu kita melihatnya bukan hanya lautnya, tetapi juga kawasan pesisir kita perhatikan. Selama ini kita melihat ancamannya adalah abrasi, yang di beberapa tempat penyebab itu bukan semata-mata karena penambangan tetapi juga faktor iklim. Untuk itu selama ini kita sudah membuat penahan abrasi. Sedangkan untuk ekosistem yang di pinggir, penanaman Mangrove juga merupakan bagian dari upaya kita mengatasi persoalan abrasi ini,” sebut Rendi.

Rendi memaparkan, selain revitalisasi Mangrove, upaya pihaknya untuk melakukan rehabilitasi ekosistem pesisir pantai juga dengan membuat "rumah cumi" dan atraktor cumi yang fungsinya adalah sebagai tempat bertelur dan berlindung bagi cumi. “Atraktor cumi" adalah teknologi spesifik yang dibuat untuk meniru rumah tersebut agar cumi-cumi bertelur dan berkembang biak. Jadi, atraktor cumi adalah rumah cumi buatan yang dirancang secara khusus untuk tujuan konservasi. Kegiatan ini dilakukan bersama nelayan setempat dan merupakan bagian dari program pengelolaan dan rehabilitasi lingkungan laut untuk menjaga kelestarian habitat cumi. 

Selain itu dalam beberapa kegiatan CSR perusahaan, lanjut Rendi, pihaknya juga membuat coral garden yang sangat bermanfaat untuk nelayan pesisir.  Mereka yang biasanya melaut dengan jarak jauh untuk mencari ikan maka dengan keberadaan coral garden, ikan-ikan yang biasanya berada di tengah laut bisa bersarang di coral garden yang berada di pesisir. “Kita berusaha dekatkan coral garden itu dengan pusat ikan agar nelayan mudah menangkapnya,” tambah Rendi.

Menurut Rendi, dari semua operasional keseharian perusahaan maupun program CSR untuk menjaga keberlanjutan ekosistem di laut, pelibatan atau partisipasi masyarakat menjadi faktor penting. “Untuk ekosistem laut misalnya, pembuatan fishing groung pasti juga melibatkan masyarakat atau komunitas nelayan yg berada di sekitar. Kenapa perlu libatkan masyarakat? Karena mereka nanti akan mendapatkan manfaat dan mereka akan menjaganya,”ujar pria murah senyum ini.

Menurut data yang dihimpun dari berbagai sumber per Juni 2025, di wilayah Bangka Belitung saat ini PT Timah sudah membangun penahan abrasi sepanjang 150 meter di Pantai Asmara Dewi, Karimun dan di Pantai Pongkar, Karimun sepanjang 100 meter (Februari 2025). Sedangkan di Kepulauan Riau hingga April 2024, PT Timah membangun sepanjang 2.360 meter penahan abrasi.

Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi memuji peran dan kontribusi PT Timah Tbk dalam menerapkan paradigma pertambangan berkelanjutan yang dinilainya sudah cukup baik. Salah satu indikator yang bisa dilihat adalah adanya upaya reklamasi di areal bekas pertambangan. “Di kampung reklamasi di Bangka misalnya, saya melihat selain ada upaya melibatkan masyarakat, reklamasi itu secara geologis juga mengurangi pencemaran lingkungan,”ujar Fahmy ketika dihubungi, Jumat (31/10).

Fahmy menilai, upaya melibatkan masyarakat dalam reklamasi yang selama ini dilakukan PT Timah Tbk menjadi salah satu bukti bahwa ada upaya mempraktikkan aspek keberlanjutan dalam industri tambang timah. Dengan keterlibatkan masyarakat itu secara tidak langsung apa yang dihasilkan PT Timah selama ini juga ikut dinikmati masyarakat. “Dalam konteks keberlanjutan pertambangan, upaya PT Timah itu sudah cukup bagus,”tambah pria kelahiran 30 Januari 1961.

Kisah-kisah inspiratif dari Pulau Bangka Belitung memberi bukti bahwa PT Timah Tbk dalam produksinya tidak semata mengejar kepentingan komersial tetapi juga terus berkontribusi dalam aspek keberlanjutan baik melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) maupun Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Mengutip data per semester I tahun 2025, tercatat sebanyak 46.117 masyarakat telah menerima manfaat langsung dari berbagai program CSR yang digulirkan perusahaan. Sebagai anggota Holding Industri Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk tercatat telah melaksanakan 479 kegiatan CSR di wilayah operasional perusahaan yang meliputi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau, dan Provinsi Kepulauan Riau.

Program-program CSR PT Timah Tbk juga telah menerima berbagai apresiasi dan penghargaan, seperti Indonesia Best CSR Award 2023 dari The Iconomics, serta dua penghargaan dari Pemkab Bangka Tengah, dan Tamasya Award 2024. Indonesia Best CSR Award 2023 diberikan sebagai bentuk pengakuan terhadap dampak program CSR yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi dan kemandirian masyarakat. Sedangkan penghargaan dari Pemkab Bangka Tengah diterima PT Timah karena program CSR-nya dinilai selaras dengan program unggulan daerah, seperti penurunan stunting, ekonomi kerakyatan, dan sektor pariwisata. Di tahun 2024, PT Timah Tbk juga diganjar Tamasya Award 2024 atas keberhasilan pelaksanaan program Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).

Melihat beragam program CSR dan juga TJSL yang dilakukan PT Timah Tbk idealnya masyarakat atau penerima manfaat program bisa berdaya dan diberdayakan. Karena sejatinya baik program TJSL maupun CSR PT Timah Tbk muaranya adalah faktor keberlanjutan kehidupan dari ekosistem lingkungan sekitar perusahaan menuju lebih baik di masa depan. Tentu arahnya dengan perspektif keberlanjutan yang kini terus digaungkan di dunia pertambangan timah. Cerita Muksen dan Mahmud di Kampung Reklamasi Air Jangkang setidaknya memberi bukti bahwa masa depan berkelanjutan di dunia tambang itu nyata adanya dan bukan retorika yang mengawang awang. (Wahyono)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment