- Swasembada Pangan Optimistis Cepat Terwujud dengan Kolaborasi NFA dan Kementrans
- Konsisten Meliput Sampah Demi Edukasi dan Solusi
- BBM Aman, Menteri ESDM Apresiasi Kesiapan Satgas Nataru Pertamina
- Dorong Energi Terbarukan, Pertamina Tampung Minyak Jelantah di Wilayah Jabodetabek dan Bandung
- Tangkap Pelaku Penganiayaan Aktivis Pembela HAM Lingkungan Hidup di Teluk Bintuni, Papua Barat
- Mentan Amran dan Panglima TNI Perkuat Kolaborasi Wujudkan Swasembada Pangan
- Gateway of Java, Menjelajah Indahnya Panorama Yogyakarta
- Resmi Dilantik, DPC HIPPI Jakarta Timur Siap Berkolaborasi dengan Berbagai Pihak
- Ketum Pandutani: Pemaafan Koruptor yang Kembalikan Uang Korupsi Efektif Memulihkan Keuangan Negara
- Kemenekraf Dorong Penguatan Ekonomi Perempuan Melalui \'Emak-Emak Matic\'
Perubahan Iklim Meningkatkan Kecepatan Angin Badai dan Risiko Kerusakan
Keterangan Gambar : Perubahan iklim ternyata berdampak pada meningkatnya kecepatan angin badai hingga satu kategori atau rata-rata 29 km/jam. Foto/Science News
FLORIDA – Perubahan iklim ternyata berdampak pada meningkatnya kecepatan angin badai hingga satu kategori atau rata-rata 29 km/jam (18 mil/jam). Bahkan lautan yang memanas telah menggeser intensitas badai Atlantik ke satu kategori.
Para peneliti dalam dua studi terbaru pada 20 November 2024 melaporkan dari tahun 2019 hingga 2023, perubahan iklim meningkatkan kecepatan angin maksimum badai dengan rata-rata sekitar 29 km/jam.
Perubahan iklim juga meningkatkan intensitas semua badai pada tahun 2024 dengan rata-rata sekitar 29 km/jam dan meningkatkan risiko kerusakan akibat angin.
Baca Lainnya :
- Rekaman dari Karang Ungkap Ancaman Bencana Iklim bagi Indonesia0
- Apresiasi Para Penyelamat Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Hidup0
- Macan Tutul Jawa Puncak Predator di TN Ujung Kulon 0
- Belantara Foundation-PHP Minas Tahura Ajak Siswa Tanam Pohon Langka0
- Prabowo: Butuh Aksi Kolektif dari G20 untuk Turunkan Emisi Karbon0
Daniel Gilford dari Climate Central, seorang ilmuwan iklim yang berbasis di daerah Orlando, Florida mengatakan bahwa saat perubahan iklim memanaskan ekuator, alam berupaya mendistribusikan ulang panas itu ke bagian lain dunia, kata.
“Cara atmosfer kita melakukannya adalah dengan badai. Perubahan iklim meningkatkan intensitas badai Atlantik hingga satu kategori pada Skala Angin Badai Saffir-Simpson (menilai badai berdasarkan kecepatan angin berkelanjutan puncaknya),” kata Gilford dikutip dari laman Science News, Rabu (5/12/2024).
Gilford dan rekan-rekannya mengembangkan kerangka atribusi baru untuk mengukur dengan cepat pengaruh perubahan iklim pada kecepatan angin badai baru-baru ini. Dengan mengacu pada catatan suhu permukaan laut historis yang membentang lebih dari satu abad dan simulasi komputer iklim Bumi, para peneliti membuat simulasi Samudra Atlantik Utara modern di dunia tanpa perubahan iklim.
Mereka kemudian menghitung berapa kecepatan angin badai baru-baru ini di Samudra Atlantik yang lebih dingin. Kemudian membandingkan kecepatan hipotetis dengan kecepatan angin badai yang diamati.
Dari 38 badai yang terjadi dari tahun 2019 hingga 2023, sebanyak 30 badai mencapai intensitas sekitar satu kategori lebih tinggi karena perubahan iklim. Tiga badai — Lorenzo pada tahun 2019, Ian pada tahun 2022 dan Lee pada tahun 2023 — berkembang menjadi badai Kategori 5.
Demikian pula pada tahun 2024, perubahan iklim meningkatkan intensitas maksimum setiap badai sebesar 14 hingga 43 km/jam (9 hingga 28 mph). Kecepatan angin tertinggi badai Helene dan Milton masing-masing meningkat sekitar 25 km/jam (16 mil/jam) dan 40 km/jam (23 mil/jam), sehingga mendorongnya dari Kategori 4 ke Kategori 5.
Badai Rafael meningkat sebesar 45 km/jam (28 mil/jam), dari Kategori 1 ke Kategori 3 saat badai itu menghantam Kuba pada bulan November. “Perubahan iklim sekarang memungkinkan badai yang sangat kuat untuk bertahan di akhir musim,” ucap Gilford. (wib)