- Lakon Pandawa Nawasena: Tradisi Wayang Orang dalam Sentuhan Lintas Generasi
- Jejak Megalitik Pasemah: Ruang Sakral dan Warisan Leluhur
- Deklarasi Sira, Satu Suara Pemuda Adat untuk Para Pemimpin Dunia
- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
TPID Kesulitan Kendalikan Harga Cabai Rawit dan Bawang Merah

YOGYAKARTA - Angka inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Februari 2017 mencapai 0,34%. Salah satu penunjang inflasi di wilayah ini adalah kenaikan harga pangan terutama cabai rawit merah dan bawang merah.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengakui mengalami kesulitan mengendalikan dua komoditas tersebut. Hal ini akibat faktor distribusi dan ketersediaan stok pangan.
Ketua Tim Advisory Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DI Yogyakarta, Sri Fitriani mengatakan, TPID DIY masih mencari formula untuk mengendalikan kenaikan harga cabai rawit merah. Beberapa upaya yang dilakukan TPID belum berhasil. "Terus terang kita masih mencari solusinya," ujar Sri, Rabu (1/3/2017).
Baca Lainnya :
- Kepala Desa Pelimbing Keluhkan Perimbangan Dana Desa ke Anggota DPR RI0
- PGN Beri Permodalan dan Pelatihan Warga Desa di Batam0
- Daya Tampung Ternak di Kaltara Belum Dimanfaatkan Maksimal0
- Manfaatkan Limbah Ternak untuk Tingkatkan Keterampilan Siswa0
- Smart Village : Inovasi Pembangunan Desa0
TPID melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) telah melakukan operasi pasar. Namun, upaya tersebut belum berhasil menurunkan harga. Kini, salah satu alternatif yang tengah mereka godok adalah bagaimana mendekatkan sentra-sentra penghasil cabai rawit.
"Apakah perdagangan antar kabupaten bila langsung dilakukan? Misal sleman ke Yogyakarta tidak memutar dulu ke Muntilan (Jawa Tengah)," ungkapnya.
Selama ini, lanjut dia, alur distribusi cabai rawit merah harus melalui luar kota terlebih dahulu. Dari petani, cabai rawit merah dikirim ke luar daerah baru kembali masuk ke DIY. Ketika masuk, harganya sudah terlanjur tinggi mengikuti harga di luar DIY.
Sementara untuk bawang merah, Sri mengungkapkan, DIY bukan produsen utama sehingga pasokan menipis akibat cuaca buruk. Hujan yang terus terjadi mengakibatkan pasokan bawang di pasaran berkurang. "Kalau pasokan sedikit maka harga naik," tandas Sri.
Sumber: ekbis.sindonews.com
