Cegah Kepunahan Spesies, BRIN Dorong Upaya Konservasi Kuda Laut

By PorosBumi 05 Mar 2025, 09:42:45 WIB Sains
Cegah Kepunahan Spesies, BRIN Dorong Upaya Konservasi Kuda Laut

JAKARTA - Indonesia merupakan pemasok utama kuda laut (seahorse) untuk pasar obat tradisional di Asia. Sebanyak 7 dari 11 spesies kuda laut Indonesia telah tercatat dalam perdagangan obat-obatan. Namun di sisi lain jenis-jenis kuda laut ini menghadapi ancaman kepunahan. Kerusakan habitat, penangkapan ilegal, dan perubahan iklim, merupakan penyebab utama kelangkaan spesies kuda laut, sehingga membuatnya masuk dalam daftar Appendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).

Berdasarkan kondisi tersebut, Kepala Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arif Wibowo menekankan pentingnya upaya konservasi kuda laut agar tetap lestari. Menurutnya, riset mengenai kuda laut perlu ditingkatkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai pola hidup mereka, siklus reproduksi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup mereka di alam liar. 

Arif pun kemudian beserta tim peneliti BRIN yang dipimpinnya merintis kerja sama dengan para ilmuwan kuda laut dari The University of British Columbia, Kanada yang tergabung dalam satu organisasi yang mewakili otoritas global dalam upaya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan kuda laut, yaitu Project Seahorse. Hal ini disampaikannya saat pembukaan acara “Training on Seahorse Research and Conservation” secara hibrid di Gedung B.J. Habibie BRIN, Jakarta, Selasa (4/3).

Baca Lainnya :

Arif menjelaskan tujuan utama pelatihan, yaitu untuk memperkuat jaringan kerja sama nasional maupun internasional dalam upaya pelestarian spesies unik yang terancam kepunahan, seperti kuda laut. Dirinya berharap kerja sama penelitian kuda laut dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan dikembangkan untuk pelestarian kuda laut. “Kami menargetkan pembuatan demplot (demonstration plot) pelestarian kuda laut yang kemudian dapat di-scale up dan ditiru oleh banyak pihak di berbagai tempat di Nusantara”, harapnya. 

Renny Puspasari, Peneliti Ahli Utama Bidang Ekologi keanekaragaman hayati, Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN merinci target yang ingin dicapai pada pelatihan ini. “Pertama, memperkuat pemahaman peserta mengenai metode survei. Kedua, meningkatkan kemampuan identifikasi spesies kuda laut, teknik pengukuran kuda laut, teknik pengumpulan data. Ketiga, untuk mengetahui peta sebaran populasi kuda laut serta data lainnya terutama untuk spesies kuda laut yang telah disita dari perdagangan ilegal,” jelas Renny.

Menurut Renny, pelatihan yang didukung Yayasan Konservasi Spesies “The Mohamed bin Zayed” ini merupakan kerja sama awal yang dimulai sejak Tahun 2025. Ke depannya, pihaknya telah menyusun roadmap konservasi dan penelitian kuda laut untuk mendapatkan dana sponsor kerja sama dari berbagai pihak. 

Renny kembali menegaskan bahwa data populasi kuda laut di Indonesia sangat penting untuk diketahui dan dimonitor oleh para peneliti, akademisi, serta mitra pemerhati kuda laut, untuk kemudian dokumennya disampaikan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebagai National Focal Point Indonesia bidang kelautan dan perikanan.

Perkuat Data Spesies Kuda Laut

Sementara itu, Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN, Masayu Rahmia Anwar Putri, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 11 spesies kuda laut, dengan 7 spesies di antaranya digunakan dalam pengobatan tradisional pada tahun 2017. Namun, tantangan utama dalam upaya konservasi ini adalah kurangnya data yang kuat untuk semua spesies.

Dalam paparannya, Masayu menekankan pentingnya peningkatan regulasi dalam pengelolaan konservasi kuda laut di Indonesia. “Kita tidak bisa mengatakan bahwa upaya konservasi ini tidak berhasil, namun kita perlu melakukan peningkatan yang lebih baik dalam implementasi regulasi,” ujar Masayu.

Maka dari itu, lanjut Masayu, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang distribusi, ekologi, dan populasi kuda laut di Indonesia. Selain itu, proyek ini juga berupaya memperkuat interaksi antara aspek ekologis dengan pemanfaatan tradisional serta peran dari pemangku kepentingan terkait. Ia menekankan bahwa pentingnya pengendalian dan implementasi regulasi yang lebih efektif, termasuk penerapan konsep non-detriment findings (NDF) dalam perdagangan kuda laut.

Dalam implementasinya, proyek penelitian ini akan bekerja sama dengan berbagai pihak, sebagai bagian dari upaya konservasi spesies kuda laut yang menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Rangkaian penelitian mencakup survei fisik, pemanfaatan, serta ancaman terhadap populasi kuda laut di Indonesia, dengan mengumpulkan data primer dan sekunder.

Selain itu, proyek ini juga berfokus pada pembangunan kapasitas, termasuk keterlibatan lembaga pemerintah dan partisipasi masyarakat melalui Citizen Science. “Saat ini, Indonesia belum memiliki program Citizen Science khusus untuk kuda laut, sehingga ini menjadi langkah penting dalam proyek kami,” jelas Masayu.

 

Ruang lingkup penelitian ini melibatkan berbagai lokasi utama yang menjadi habitat kuda laut, termasuk Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan Sumba. Masayu juga membuka kemungkinan untuk menambahkan lokasi penelitian berdasarkan informasi yang diterima dari para pemangku kepentingan.

Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap, dimulai dengan penentuan jadwal penelitian, diskusi dengan pemerintah terkait, serta pengolahan dan analisis data. Setelah distribusi spesies ditetapkan, hasil penelitian akan disusun dan dievaluasi untuk menjadi rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan kepada pemerintah dan institusi terkait.

“Kami akan menerjemahkan dan menyebarluaskan hasil penelitian agar dapat memberikan dampak yang lebih luas terhadap pengelolaan konservasi kuda laut di Indonesia,” ujar Masayu.  Diketahui, pelatihan “Training on Seahorse Research and Conservation” diikuti oleh peserta dari peneliti BRIN, Kementerian Kelautan dan Perikanan, NGO, Perguruan Tinggi, dan staf Project Seahorse.

Dalam pelatihan itu hadir juga tiga trainer yang pakar dalam kuda laut, yaitu Jana M. McPherson, D.Phil (Project Manager National Wildlife Trade): Project Seahorse, Institute for the Oceans and Fisheries, The University of British Columbia, Miguel Correia, Ph.D (Research Associate): Project Seahorse, Institute for the Oceans and Fisheries, The University of British Columbia, dan Charity Mae M. Apale, M.Phil (Program Leader – Saving Mr Mom: Philippine Seahorse Program): Zoological Society of London Philippines/Project Seahorse, sebagai salah satu negara yang aktif dalam upaya pelestarian kuda laut. (ugi,jml,sal)

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment