- Revisi UU 41 Tahun 1999 Angin Segar Bagi Tata Kelola Kehutanan Indonesia
- Kepala BP Taskin: Desa Membantu Pengentasan Kemiskinan Lebih Kontekstual Berbasis Budaya
- Mudik Gratis PLN Bersama BUMN Dibuka, Begini Cara Daftarnya di Aplikasi PLN Mobile!
- FAST Tel-U Dukung Astacita Pendidikan Tinggi
- PB POSSI Kirim 4 Wasit ke Thailand, Tingkatkan Kualitas Freediving Indonesia
- AHY: Pengembangan Rempang Eco-City Harus Inklusif dan Berorientasi Pada Kesejahteraan Masyarakat
- NFA Dorong Keanekaragaman Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Gizi Nasional
- Presiden Prabowo Resmikan 17 Stadion Berstandar FIFA di Berbagai Daerah Indonesia
- AHY: Infrastruktur Berkelanjutan, Kunci Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan
- Fishipol Universitas Negeri Yogyakarta Luncurkan Buku Eulogi untuk Prof Supardi
Cegah Kepunahan Spesies, BRIN Dorong Upaya Konservasi Kuda Laut
.jpg)
JAKARTA - Indonesia merupakan pemasok
utama kuda laut (seahorse) untuk pasar obat tradisional di Asia. Sebanyak 7
dari 11 spesies kuda laut Indonesia telah tercatat dalam perdagangan
obat-obatan. Namun di sisi lain jenis-jenis kuda laut ini menghadapi ancaman
kepunahan. Kerusakan habitat, penangkapan ilegal, dan perubahan iklim,
merupakan penyebab utama kelangkaan spesies kuda laut, sehingga membuatnya
masuk dalam daftar Appendix II CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Berdasarkan kondisi tersebut, Kepala Pusat Riset Konservasi
Sumber Daya Laut dan Perairan Darat, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim,
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Arif Wibowo menekankan pentingnya
upaya konservasi kuda laut agar tetap lestari. Menurutnya, riset mengenai kuda
laut perlu ditingkatkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai
pola hidup mereka, siklus reproduksi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup mereka di alam liar.
Arif pun kemudian beserta tim peneliti BRIN yang dipimpinnya
merintis kerja sama dengan para ilmuwan kuda laut dari The University of
British Columbia, Kanada yang tergabung dalam satu organisasi yang mewakili
otoritas global dalam upaya konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan kuda laut,
yaitu Project Seahorse. Hal ini disampaikannya saat pembukaan acara “Training
on Seahorse Research and Conservation” secara hibrid di Gedung B.J. Habibie
BRIN, Jakarta, Selasa (4/3).
Baca Lainnya :
- Baterai Solid-State Lebih Aman dan Bertenaga, Jadi Andalan Teknologi di Masa Depan0
- Dampak Perubahan Iklim, Gletser Antartika yang Meleleh Berpotensi Picu Tsunami0
- Militer China Kembangkan Rudal Siluman, Mampu Hindari Deteksi Radar Musuh0
- Ilmuwan Temukan Zat Kimia Penyebab Planet Mars Berwarna Merah, Ini Penjelasannya0
- Fenomena Kosmik Langka, 7 Planet Sejajar Muncul Bersamaan pada 28 Februari 20250
Arif menjelaskan tujuan utama pelatihan, yaitu untuk
memperkuat jaringan kerja sama nasional maupun internasional dalam upaya
pelestarian spesies unik yang terancam kepunahan, seperti kuda laut. Dirinya
berharap kerja sama penelitian kuda laut dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan
dikembangkan untuk pelestarian kuda laut. “Kami menargetkan pembuatan demplot
(demonstration plot) pelestarian kuda laut yang kemudian dapat di-scale up dan
ditiru oleh banyak pihak di berbagai tempat di Nusantara”, harapnya.
Renny Puspasari, Peneliti Ahli Utama Bidang Ekologi
keanekaragaman hayati, Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan
Darat BRIN merinci target yang ingin dicapai pada pelatihan ini. “Pertama,
memperkuat pemahaman peserta mengenai metode survei. Kedua, meningkatkan
kemampuan identifikasi spesies kuda laut, teknik pengukuran kuda laut, teknik
pengumpulan data. Ketiga, untuk mengetahui peta sebaran populasi kuda laut
serta data lainnya terutama untuk spesies kuda laut yang telah disita dari perdagangan
ilegal,” jelas Renny.
Menurut Renny, pelatihan yang didukung Yayasan Konservasi
Spesies “The Mohamed bin Zayed” ini merupakan kerja sama awal yang dimulai
sejak Tahun 2025. Ke depannya, pihaknya telah menyusun roadmap konservasi dan
penelitian kuda laut untuk mendapatkan dana sponsor kerja sama dari berbagai
pihak.
Renny kembali menegaskan bahwa data populasi kuda laut di
Indonesia sangat penting untuk diketahui dan dimonitor oleh para peneliti,
akademisi, serta mitra pemerhati kuda laut, untuk kemudian dokumennya
disampaikan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebagai National Focal
Point Indonesia bidang kelautan dan perikanan.
Perkuat Data Spesies Kuda Laut
Sementara itu, Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Konservasi
Sumber Daya Laut dan Perairan Darat BRIN, Masayu Rahmia Anwar Putri,
menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 11 spesies kuda laut, dengan 7 spesies di
antaranya digunakan dalam pengobatan tradisional pada tahun 2017. Namun,
tantangan utama dalam upaya konservasi ini adalah kurangnya data yang kuat
untuk semua spesies.
Dalam paparannya, Masayu menekankan pentingnya peningkatan
regulasi dalam pengelolaan konservasi kuda laut di Indonesia. “Kita tidak bisa
mengatakan bahwa upaya konservasi ini tidak berhasil, namun kita perlu
melakukan peningkatan yang lebih baik dalam implementasi regulasi,” ujar
Masayu.
Maka dari itu, lanjut Masayu, penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tentang distribusi, ekologi, dan populasi kuda laut di
Indonesia. Selain itu, proyek ini juga berupaya memperkuat interaksi antara
aspek ekologis dengan pemanfaatan tradisional serta peran dari pemangku
kepentingan terkait. Ia menekankan bahwa pentingnya pengendalian dan
implementasi regulasi yang lebih efektif, termasuk penerapan konsep
non-detriment findings (NDF) dalam perdagangan kuda laut.
Dalam implementasinya, proyek penelitian ini akan bekerja
sama dengan berbagai pihak, sebagai bagian dari upaya konservasi spesies kuda
laut yang menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Rangkaian penelitian
mencakup survei fisik, pemanfaatan, serta ancaman terhadap populasi kuda laut
di Indonesia, dengan mengumpulkan data primer dan sekunder.
Selain itu, proyek ini juga berfokus pada pembangunan
kapasitas, termasuk keterlibatan lembaga pemerintah dan partisipasi masyarakat
melalui Citizen Science. “Saat ini, Indonesia belum memiliki program Citizen
Science khusus untuk kuda laut, sehingga ini menjadi langkah penting dalam
proyek kami,” jelas Masayu.
Ruang lingkup penelitian ini melibatkan berbagai lokasi
utama yang menjadi habitat kuda laut, termasuk Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, dan Sumba. Masayu juga
membuka kemungkinan untuk menambahkan lokasi penelitian berdasarkan informasi
yang diterima dari para pemangku kepentingan.
Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap, dimulai
dengan penentuan jadwal penelitian, diskusi dengan pemerintah terkait, serta
pengolahan dan analisis data. Setelah distribusi spesies ditetapkan, hasil
penelitian akan disusun dan dievaluasi untuk menjadi rekomendasi kebijakan yang
akan disampaikan kepada pemerintah dan institusi terkait.
“Kami akan menerjemahkan dan menyebarluaskan hasil
penelitian agar dapat memberikan dampak yang lebih luas terhadap pengelolaan
konservasi kuda laut di Indonesia,” ujar Masayu. Diketahui, pelatihan “Training on Seahorse
Research and Conservation” diikuti oleh peserta dari peneliti BRIN, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, NGO, Perguruan Tinggi, dan staf Project Seahorse.
Dalam pelatihan itu hadir juga tiga trainer yang pakar dalam
kuda laut, yaitu Jana M. McPherson, D.Phil (Project Manager National Wildlife
Trade): Project Seahorse, Institute for the Oceans and Fisheries, The
University of British Columbia, Miguel Correia, Ph.D (Research Associate):
Project Seahorse, Institute for the Oceans and Fisheries, The University of
British Columbia, dan Charity Mae M. Apale, M.Phil (Program Leader – Saving Mr
Mom: Philippine Seahorse Program): Zoological Society of London Philippines/Project
Seahorse, sebagai salah satu negara yang aktif dalam upaya pelestarian kuda
laut. (ugi,jml,sal)
