- Menkeu, Teori dan Kebijakan Tarif
- Uji Kelayakan Lokasi PLTN, BRIN dan BMKG Lakukan Kajian Potensi Tsunami di Pantai Gosong
- Perjalanan Jatuh Bangun Ali Sarbani, Anak Petani Sukses Berbisnis Properti
- KAI Daop 8 Pelajari Media Percontohan Pembelajaran Pencegahan Krisis Planet
- Pemerintah Perkuat Infrastruktur Pengelolaan Sampah Lewat Teknologi
- Kakek 103 Tahun Sukses Jualan di Tiktok Shop
- Asal-Usul Bubur Ayam Jakarta 46
- Foto Itu...
- Gubernur Pramono Anung Apresiasi Kiprah Muhammadiyah DKI Jakarta
- Huawei Mate XT, Smartphone Lipat Tiga Pertama Hadir di Indonesia
Kepala BP Taskin: Desa Membantu Pengentasan Kemiskinan Lebih Kontekstual Berbasis Budaya
.jpg)
JAKARTA - Pengentasan kemiskinan di Indonesia memerlukan
pendekatan yang lebih kontekstual dan berbasis budaya. Kepala Badan Percepatan
Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin), Budiman Sudjatmiko, menekankan bahwa desa
memiliki peran penting dalam proses ini karena pemahaman mereka terhadap budaya
dan antropologi masyarakat setempat.
Menurut Budiman, desa
bisa memberikan kontribusi pendekatan kebudayaan dalam meneliti dan mengurai
permasalahan-permasalahan kemiskinan. Selama ini, kata dia, kemiskinan hanya
diselesaikan dengan secara teknokratik, secara finansial.
”Sudah saatnya
pengatasan kemiskinan harus diikati dengan cara budaya. Betul tidak? Nah, ini
penting. Tapi juga kita tahu bahwa di dunia itu ada namanya standar universal
Sejahtera,” kata Budiman seusai meresmikan Kantor DPP dan Rumah Singgah Desa
Bersatu, kawasan Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Rabu (19/3/2025).
Baca Lainnya :
- Mudik Gratis PLN Bersama BUMN Dibuka, Begini Cara Daftarnya di Aplikasi PLN Mobile!0
- Penguatan Kemitraan Kunci Penanggulangan Bencana di Wilayah Aglomerasi Jabodetabekjur0
- Nelayan Migran Indonesia Gugat Raksasa Seafood AS atas Dugaan Kerja Paksa0
- Muhammad Sirod: Dorong THR untuk Mitra Ojol, Janji Kampanye Prabowo Menjelma Kenyataan0
- Terobos Genangan Banjir, Prabowo Tegaskan Pemerintah Senantiasa Hadir dan Membantu Masyarakat0
Menurut Budiman,
definisi kemiskinan, kekayaan, dan kesejahteraan bisa berbeda-beda antar daerah
dan suku di Indonesia. Oleh karena itu, tidak bisa ada standar tunggal dalam
memahami dan mengatasi kemiskinan. Kepala desa dan perangkat desa memiliki
pemahaman mendalam tentang perbedaan tersebut dan dapat menjembatani pemahaman
antara standar universal dan kondisi spesifik di wilayah masing-masing.
Budiman mengungkapkan
bahwa pendekatan utama pengentasan kemiskinan selama ini adalah yaitu afirmasi,
advokasi, dan proteksi. Bentuk implementasinya di Indonesia terlihat dalam
program bantuan sosial seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan PKH (Program Keluarga
Harapan).
Namun, BP Taskin ingin
mengembangkan strategi lain yang lebih berkelanjutan, yakni melalui
identifikasi kantong-kantong kemiskinan, investasi di dalamnya, serta
kolaborasi dengan sumber ekonomi yang lebih kuat.
"Jika pendekatan
sebelumnya seperti memberikan pelampung agar masyarakat miskin tidak tenggelam,
maka pendekatan baru ini adalah menyediakan perahu agar mereka bisa bergerak
menuju kehidupan yang lebih baik," ujar Budiman. Selama ini, pemerintah
mengalokasikan sekitar Rp500 triliun setiap tahun untuk bantuan sosial, tetapi
tanpa strategi keluar dari kemiskinan, banyak penerima yang tetap berada dalam
kondisi yang sama.
Sembilan Perahu
Pengentasan Kemiskinan
Budiman menjelaskan, BP
Taskin merancang strategi baru dengan menghadirkan sembilan sektor utama
sebagai "perahu" bagi masyarakat miskin agar bisa keluar dari
ketergantungan pada bantuan sosial. Sembilan sektor tersebut adalah Pangan,
Energi baru dan terbarukan, Perumahan, Pendidikan, Teknologi digital, Industri
kreatif, Kesehatan, Pengolahan, dan Transportasi.
Sejauh ini, kata
Budiman, pemerintah telah membangun tiga pelabuhan untuk tiga sektor. Ketiganya
yaitu program makan bergizi gratis untuk pangan, program pembangunan 3 juta
rumah per tahun untuk sektor perumahan, dan Sekolah Rakyat Miskin Berasrama
untuk pendidikan.
Bagaimana dengan enam
sektor lain? Budiman mengatakan hak itu perlu dikelola dengan strategi lebih
lanjut dengan melibatkan peran desa sebagai ujung tombak. Desa memiliki peran
krusial dalam mengimplementasikan strategi ini.
”Melalui koperasi desa,
BUMDes, dan perangkat desa, masyarakat miskin akan dibimbing agar dapat
memanfaatkan sektor-sektor tersebut secara produktif. Dengan demikian, mereka
tidak hanya menerima bantuan, tetapi juga memiliki kesempatan untuk berdaya
secara ekonomi,” kata Budiman.
