- Pandutani Jajaki Kerja Sama dengan Perusahaan Eskavator Terbesar Asal China, PT Sany Perkasa
- JPO I Gusti Ngurah Rai Meningkatkan Kenyamanan Penumpang dan Aksesbilitas Bandara
- Menko AHY Dorong Digitalisasi dan Optimasi Bandara
- Menkop Resmikan Destinasi Wisata Bukit Manik Indonesia di Bogor
- Kemenkop Siap Fasilitasi Gakoptindo Jalin Kerja Sama dengan BGN Untuk Masuk Program MBG
- Mendes: Tidak Boleh Kurang, 20 Persen Dana Desa Digunakan Untuk Ketahanan Pangan
- Kejar Swasembada Pangan, Mentan dan Kapolri Tanam Jagung Serentak 1 Juta Hektare di 19 Provinsi
- Laporan Konflik Agraria Sepanjang 2024
- BRIN dan IRD Prancis Teliti Dampak Perikanan Rumpon Tuna Sirip Kuning
- Rekor Baru Bitcoin: Imbas dari Pelantikan Donald Trump?
Ketum Pandutani: Pembangunan Infrastruktur di Sentra Produksi Pangan Membahagiakan Petani
Keterangan Gambar : Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berkunjung ke Desa Wanam, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan, dalam rangka meninjau secara langsung pengembangan program pertanian berkelanjutan, Minggu (03/11/2024). (Foto: BPMI Setpres/Rusman)
JAKARTA – Ketua Umum (Ketum) Pandutani
Indonesia (Patani) Sarjan Tahir sangat antusiasme atas langkah jitu Presiden
Prabowo Subianto yang melakukan strategi pembangunan infrastruktur sebagai
komponen utama untuk menyukseskan percepatan swasembada pangan.
Kebijakan Presiden Prabowo ini, ujar Sarjan, sudah
sepatutnya dikawal dan diimplementasikan oleh seluruh elemen bangsa terutama
oleh kementerian dan lembaga, agar tercipta sinergi yang muaranya mewujudkan swasembada
pangan.
“Infrastruktur seperti irigasi, bendungan, terlebih jalan
dan jembatan yang terhubung ke sentra-sentra produksi pangan tentu akan membuka
akses, dan ini akan sangat membantu jalur distribusi berbagai komoditi hasil
pertanian yang menunjang perwujudan swasembada pangan,” kata Sarjan dalam
keterangannya di Jakarta, Rabu (7/1/2025).
Baca Lainnya :
- Menteri PU Tinjau Lokasi Percontohan Penerapan Irigasi Padi Hemat Air di Cirebon0
- Sambut Libur Nataru, Menteri PU Tinjau Jalan Tol Fungsional Gending-Krasaan0
- Dampingi Presiden Resmikan Flyover Madukoro, AHY: Pembangunan Infrastruktur Tingkatkan Konektivitas0
- Kemitraan Indonesia-Jepang Perkuat Kerja Sama Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan0
- Menteri PU: Infrastruktur Sumber Daya Air Siap Dukung Program Swasembada Pangan0
Pandutani sendiri, ujar Sarjan, yang selama ini konsen
dengan pemajuan sektor pertanian dan peduli dengan berbagai persoalan terkait kesejahteraan
petani dan masyarakat marjinal lainnya, akan mengambil peran dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur ke sentra-sentra pangan ini. “Karena upaya-upaya ini akan membuat
petani bahagia, make farmers happier,” tandas Sarjan.
Diketahui, sejumlah pertimbangan mendorong upaya percepatan
swasembada pangan sebagai program krusial. Secara aspek global, swasembada
pangan harus dipercepat mengingat kondisi perubahan iklim yang makin
fluktuatif, berlarut-larutnya perang Israel-Palestina dan Rusia Ukraina yang
merusak rantai pasok pangan global, serta peningkatan populasi global yang
diperkirakan mencapai 10 miliar jiwa beberapa dekade ke depan sehingga
membutuhkan tambahan 56 persen produksi pangan.
Kondisi global tersebut berisiko mengarah pada terjadinya
krisis pangan global. Sementara dari sisi domestik, percepatan swasembada
pangan sangat dibutuhkan untuk mendukung program makan bergizi gratis bagi
pelajar, anak balita, dan ibu hamil. Program ini menargetkan lebih dari 80 juta
penerima manfaat dengan cakupan 100 persen pada tahun 2029.
Secara jangka panjang, Indonesia juga akan menghadapi
kondisi bonus demografi pada tahun 2030, di mana penduduk usia produktif
mendominasi struktur umur penduduk. Hal ini tentunya membutuhkan penguatan
ketahanan pangan dalam rangka memenuhi peningkatan konsumsi pangan akibat bonus
demografi.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, Pemerintahan
Prabowo-Gibran mengambil sejumlah langkah untuk melakukan percepatan swasembada
pangan. Dari sisi anggaran, Pemerintah melakukan reprioritas anggaran yang
mencakup kegiatan untuk swasembada pangan beras sebesar Rp23,61 triliun dan
mendukung program pangan bergizi sebesar Rp413,67 miliar.
Langkah berikutnya adalah rencana penggarapan 2,3 juta
hektare sawah meliputi optimalisasi lahan rawah (oplah) cetak sawah baru, serta
normalisasi irigasi tersier, primer, dan sekunder daerah eksisting. Di samping
itu pemerintah juga melanjutkan program food estate atau kawasan sentra
produksi pangan. Food estate berperan penting dalam membuat ketahanan pangan
nasional secara berkelanjutan sekaligus menjadi hub distribusi pangan bagi
daerah-daerah di Indonesia.
Sejumlah kebijakan di atas tentunya perlu ditindaklanjuti
oleh sejumlah strategi untuk mewujudkannya, salah satunya adalah strategi
pembangunan infrastruktur sebagai komponen utama untuk menyukseskan percepatan
swasembada pangan. Lalu bagaimana strategi pembangunan infrastruktur yang
diambil Pemerintah untuk mewujudkan percepatan swasembada pangan nasional?
Pembangunan dan Rehabilitasi Irigasi
Strategi pembangunan infrastruktur pertama yang dijalankan
adalah pembangunan dan rehabilitasi irigasi. Infrastruktur irigasi memegang
peranan penting dalam menyalurkan air dari bendungan, embung, dan waduk ke
sawah-sawah petani. Untuk mencapai hal tersebut, sejumlah kebijakan telah
disiapkan, antara lain, pembangunan 10.000 hektare (ha) dan rehabilitasi 45.000
ha jaringan irigasi.
Untuk pembangunan irigasi salah satunya dilakukan dengan
melakukan pembangunan jaringan irigasi Semantok Kiri di Nganjuk, Jawa Timur. Pembangunan
jaringan irigasi ini berupaya untuk menghubungkan sumber air dari Bendungan
Semantok dengan sawah-sawah petani. Bendungan tersebut saat ini telah mengairi
1.906 ha lahan pertanian.
Bendungan Semantok ini memiliki kapasitas tampung sebesar 23
juta meter kubik (m3) yang bersumber dari aliran Sungai Semantok dengan luas
area genangan sebesar 365 ha. Bendungan ini telah diresmikan oleh Presiden Ke-7
Republik Indonesia Joko Widodo pada Desember 2022 dan memberikan manfaat
setelah 2 tahun musim tanam, bahkan pada musim kemarau.
Namun, untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan
mendukung Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional, maka perlu dilakukan
pembangunan saluran irigasi Semantok Kiri pada tahun 2025 dengan anggaran Rp67
miliar. Harapannya, dengan terbangunnya jaringan irigasi Semantok Kiri maka
akan terdapat tambahan 499 hektare area pertanian yang terairi sehingga upaya
untuk mendukung Jawa Timur sebagai lumbung pangan pun dapat tercapai.
Selain pembangunan irigasi baru, Pemerintah juga berupaya
melakukan rehabilitasi pada jaringan-jaringan irigasi yang sudah ada salah
satunya dengan melakukan modernisasi irigasi. Daerah Irigasi (DI) Siman di
Jombang, Jawa Timur, dapat menjadi contoh bagaimana modernisasi dengan
menggunakan teknologi dan digitalisasi dapat mengotomatisasi pintu-pintu air
sampai dengan mengatur ketinggian dan penyaluran air irigasi.
Luas layanan irigasi DI Siman-Serinjing yang dimodernisasi
dan digitalisasi seluas 4.525 ha melayani Kabupaten Kediri dan Jombang. Tujuan
dari modernisasi sendiri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi daerah
irigasi sehingga air dapat terdistribusikan secara adil dan merata di lahan
pertanian. Modernisasi DI Siman telah memberikan manfaat peningkatan indeks
pertanaman (IP) dari 237 persen menjadi 260 persen. Di samping itu juga
peningkatan produksi padi dan palawija dari semula 50.500 ton menjadi 62.000
ton.
Konektivitas untuk Sentra Pangan
Strategi pembangunan infrastruktur berikutnya dalam
mewujudkan percepatan swasembada pangan yakni dukungan konektivitas jalan dan
jembatan terhadap sentra produksi pangan dan food estate.
Pelaksanaan Instruksi Presiden atau Inpres Jalan Daerah
(IJD) menjadi salah satu program infrastruktur prioritas yang penting untuk
dilanjutkan. Hal ini dikarenakan bahwa IJD tidak hanya memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat, namun juga memiliki peran untuk menghubungkan jaringan
distribusi dari banyak sentra produksi dan food estate agar mudah untuk
mencapai kota ataupun hub distribusi terdekat.
Tujuan pelaksanaan IJD adalah untuk meningkatkan kemantapan
jalan daerah di seluruh Indonesia. Pemerintah sendiri sedang menyusun regulasi
untuk memperpanjang IJD tersebut, mengingat sejumlah rencana program terkait
konektivitas ke food estate. Maka dari itu Pemerintah berencana untuk
mengalokasikan anggaran sebesar Rp37,31 triliun yang, antara lain,
diperuntukkan bagi pembangunan jalan dan jembatan baru hingga pemeliharaan
jalan serta jembatan yang telah terbangun.
Adapun rencana dukungan konektivitas bagi food estate
difokuskan pada Kawasan Food Estate Merauke Papua Selatan, Kawasan Food Estate
Keerom Papua, Kawasan Food Estate Belanti, Singkong, Dadahup di Kalimantan
Tengah. Pelaksanaan IJD untuk mendukung swasembada pangan sangatlah penting
dalam menekan biaya logistik sehingga membuat komoditas pangan dapat langsung
tersedia dengan harga yang sangat terjangkau oleh masyarakat.
Penyelesaian Bendungan
Penyelesaian bendungan menjadi strategi lainnya dalam
pembangunan infrastruktur untuk mempercepat swasembada pangan nasional. Strategi
ini diwujudkan dengan melakukan peresmian terhadap bendungan-bendungan yang
selesai terbangun seperti Keureuto di Aceh dan Jlantah di Jawa Tengah sehingga
dapat langsung dioperasionalkan untuk menjadi sumber air bagi sawah-sawah
petani.
Pembangunan bendungan baru juga tetap dilanjutkan mengingat
waduk menjadi kunci utama dalam mendukung ketahanan pangan dan air. Pemerintah
sendiri sudah membangun 187 bendungan sampai tahun 2014, ditambah 61 bendungan
yang telah dan akan diselesaikan dari 2015 hingga 2025, serta tambahan 11
bendungan baru lainnya sehingga total 259 bendungan akan dimiliki oleh
Pemerintah.
Pembangunan bendungan baru memiliki tujuan untuk
meningkatkan indeks ketahanan air Indonesia agar mencapai 200 m3/kapita/tahun
dengan sebaran yang merata di seluruh daerah. Dengan demikian, produktivitas
sawah-sawah dapat meningkat, yang pada awalnya hanya mampu tanam dua kali dapat
menjadi tanam tiga kali selama musim tanam.
Peningkatan produktivitas ini dapat terjadi karena
sawah-sawah petani tidak lagi mengandalkan air hujan, namun lebih bergantung
pada jaringan irigasi air dari bendungan. Jika indeks ketahanan air meningkat
maka hal ini dapat berkontribusi pula pada peningkatan indeks penanaman dan
bertambahnya cadangan pangan untuk memenuhi program makan bergizi gratis
sekaligus mengantisipasi bonus demografi pada tahun 2030.