- MIND ID Perkuat Komitmen Transisi Energi Lewat Hilirisasi Bauksit
- Aktivis Ragu Soal Komitmen Pengakuan Hutan Adat 1,4 Juta Ha
- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil
- OJK Dinilai Memble, Kini Hasil Penyelidikan Investasi Telkom Pada GOTO Ditunggu
- Suara yang Dikenal dan yang Tidak Dikenal
- Sampah Akan Jadi Rebutan Sebagai Sumber Bahan Bakar
- Tenun Persahabatan: Merajut Warisan India dan Indonesia dalam Heritage Threads
- Manfaat Membaca yang Penting Kamu Ketahui
- Kisah Hanako, Koi di Jepang yang Berumur Lebih dari 2 Abad
- Hadiri Pesta Rakyat 2 di Manado, AHY Tegaskan Pentingnya Pemerataan Pembangunan Kewilayahan
Peluang Ekspor

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah terus mendongkrak kinerja ekspor Indonesia yang masih landai. Tantangan menghadang lantaran pemulihan ekonomi global masih terhadang. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, peluang ekspor ke negara berkembang bisa menjadi alternatif.
"Peluang ekspor ke negara berkembang bisa tergambar dari transaksi antara negara emerging yang terus meningkat. Ini harus kita pikirkan, ekspor ke non-traditional market," katanya dalam Indonesia Eximbank Investor Gathering, Selasa (7/2/2017).
Menkeu bilang, destinasi ekspor Indonesia di Asean masih memberikan kepercayaan. Myanmar dan Vietnam semisal, bisa mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Makanya, Menkeu berharap momentum perbaikan kinerja ekspor kuartal I-2017 bisa lebih terjaga.
Baca Lainnya :
- HARGA KARET: Berpotensi Stabil di Atas US$2 Pada 20170
- Jaga Harga, Bulog Harus Berperan di Sisi Distribusi0
- APTRI: Bulog Belum Bisa Stabilkan Harga Gula0
- PG Candi Baru Mampu Produksi Gula 33 Ribu Ton per Tahun0
- Petani Tebu Nilai Bulog Tak Bisa Stabilkan Harga Gula0
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Internasional Kementerian Koordinator Perekonomian Rizal Affandi sebelumnya mengaku ntelah diperintahkan melakukan kajian diversifikasi ekspor ke negara non-traditional market seperti Iran, Nigeria, dan beberapa negara di Afrika Selatan, dan Maroko.
kata Lana. Harga CPO juga berpotensi turun. Penurunan konsumsi domestik di China dikhawatirkan membuat harga minyak sawit mentah atau CPO berpotensi melemah lagi.
Harga komoditas turun
Kinerja ekspor Indonesia memang penuh tantangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia 2016 mencapai US$ 144,43 miliar, turun 3,95% dibanding 2015. Namun, penurunan itu lebih rendah dibanding penurunan pada 2015 yang mencapai 14,62% (yoy).
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, ekspor menjadi andalan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Sebab, investasi sulit tumbuh karena pertumbuhan kredit belum sesuai ekspektasi. Ia melihat, peluang ekspor ke negara Asean tahun ini cukup baik. Apalagi biaya ekspor ke ASEAN juga lebih murah.
"Logistik kita ke Thailand lebih murah daripada ke Sulawesi. Jadi pengusaha harus berfikir, pasar Asean harus dijadikan target," katanya. Pasar ekspor Asean di sepanjang tahun 2016 mencapai 21,88%, disusul ekspor ke AS, China, dan Jepang masing-masing 11,94%, 11,49%, dan 10,06%.
Pertumbuhan ekspor Indonesia ke Asean tahun lalu i 5,34% (yoy), menjadi pertumbuhan ekspor tertinggi setelah ke China sebesar 13,85%. Sementara ekspor ke AS dan Jepang masing-masing 2,46% dan 0,89%. Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, risiko ekspor tahun ini juga dibayangi kemungkinan penurunan harga komoditas. Sebab, China akan menggunakan batubara domestiknya.Alhasil ini akan membuat harga batubara ke depan berpotensi lemah lagi.
"Kami agak khawatir harga batubara ini akan terjaga sampai akhir tahun. Kecuali harga minyak mentah tembus US$ 60 per barel," kata Lana. Harga CPO juga berpotensi turun. Penurunan konsumsi domestik di China dikhawatirkan membuat harga minyak sawit mentah atau CPO berpotensi melemah lagi.
sumber : banjarmasin.tribunnews.com
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

