- Lakon Pandawa Nawasena: Tradisi Wayang Orang dalam Sentuhan Lintas Generasi
- Jejak Megalitik Pasemah: Ruang Sakral dan Warisan Leluhur
- Deklarasi Sira, Satu Suara Pemuda Adat untuk Para Pemimpin Dunia
- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
Pemerintah Tak Boleh Terlena Kenaikan Harga Komoditas

Jakarta-Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi kinerja ekspor Indonesia pada Januari 2017 naik signifikan 27,71 persen menjadi US$ 13,38 miliar dibanding periode yang sama 2016 senilai US$ 10,48 miliar. Faktor pendorongnya karena perbaikan harga komoditas.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede mewanti-wanti pemerintah untuk tidak terlena dengan kenaikan harga komoditas yang mulai merangkak naik, seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan batubara.
"Pemerintah diharapkan tidak terlena dengan kenaikan harga komoditas primer, seperti CPO dan barubara," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Jumat (17/2/2017).
Baca Lainnya :
- Menteri Pertanian bantu 495.000 ton benih jagung0
- Menteri Pertanian bantu 495.000 ton benih jagung0
- Kemenko Maritim kaji efisiensi biaya \"direct call\"0
- Menteri ESDM: Impor gas industri tunggu Menko Perekonomian0
- Bulog Targetkan 50 Ribu Rumah Pangan Kita di 20170
Josua menyarankan pemerintah terus mendorong kebijakan hilirisasi industri sehingga meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor. Imbauan tersebut mempertimbangkan tantangan perdagangan internasional di tahun ini, terutama yang datang dari China dan Amerika Serikat (AS).
"Volume ekspor dari China berpotensi menurun karena rebalancing ekonomi mereka, serta potensi pembatasan barang ekspor karena kebijakan perdagangan internasional AS di bawah pemerintahan Donald J. Trump," katanya.
Dia pun meminta pemerintah melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor Indonesia sehingga dapat menjaga volume ekspor nasional di 2017 dan tahun-tahun mendatang.
Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, peluang untuk menambah volume ekspor caranya dengan mencari pasar ekspor baru. Pemerintah mempunyai kebijakan tersebut.
"Tapi kan mencari market baru tidak mudah, pelan-pelan. India contohnya, punya pasar sangat besar, selain itu ada Pakistan, Iran, Nigeria, Afrika Selatan, dan beberapa negara di Afrika yang penduduknya sampai 50 juta jiwa," jelas dia.
Pemerintah, menurutnya, telah melakukan upaya menyasar pasar tujuan ekspor dalam kurun waktu enam bulan ini. Sebut saja India yang memiliki ceruk pasar besar dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus.
"India pertumbuhan ekonominya memang bagus, yang terbaik di dunia saat ini. Sehingga impornya naik lebih cepat, walaupun itu sesuai dengan maunya kita, tapi kita tidak berani mengklaim bahwa itu karena perubahan kebijakan mengingat kita baru mengusahakannya enam bulan ini," tutur Darmin.
Sumber: Liputan6.com
