- Hilirisasi Grup MIND ID, Transformasi Pertambangan Berbasis Nilai Tambah
- Cerita Eks Wartawan Jualan Cabai yang Diborong Mentan Amran dari Daerah Bencana Aceh
- Kepungan Bencana Ekologis dan Keharusan Reformasi Fiskal Sektor Ekstraktif
- Pertumbuhan Ekonomi 2026 Ditaksir 5 Persen, WP Badan Harus Siap Diperiksa
- Ikhtiar Nyata SDG Academy Indonesia: Konektivitas Data, Kebijakan, dan Kepemimpinan
- Kembangkan Potensi Anak, LPAM Mirabel dan Ilmu Politik UNY Gelar Peringatan Hari Ibu
- Sambut Nataru dan HAB Kemenag ke-80, PD IPARI Karanganyar Bersih-Bersih Rumah Ibadah Lintas Agama
- Penguatan Sektor Riil Kunci Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026
- Musim Mas Dukung Pemkab Deli Serdang Hadirkan Ruang Publik Bersama melalui Pembangunan Alun-Alun
- Sidang Pengeroyokan di Tanjungpinang, Korban Soroti Terdakwa Tak Ditahan
Ikhtiar Nyata SDG Academy Indonesia: Konektivitas Data, Kebijakan, dan Kepemimpinan

Keterangan Gambar : Program kepemimpinan menjadi salah satu aksi nyata SDG Academy dalam membumikan program SDGs di Indonesia. (Youtube)
Wahyono, jurnalis Porosbumi
Sejak meratifikasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) pada 2015, Indonesia menempatkan agenda global ini sebagai bagian integral dari strategi pembangunan nasional. Integrasi SDGs ke dalam RPJMN serta penguatan regulasi melalui Perpres No. 59 Tahun 2017 yang diperbarui menjadi Perpres No. 111 Tahun 2022 menegaskan bahwa SDGs bukan sekadar dokumen komitmen, melainkan kerangka kerja operasional negara.
Secara
kuantitatif, kinerja Indonesia menunjukkan tren yang relatif positif. Hingga
2025, sekitar 62 persen indikator SDGs nasional telah tercapai, melampaui
capaian global yang masih berkisar di bawah 20 persen. Skor SDG Index Indonesia
pun meningkat signifikan, dari 64,2 pada 2019 menjadi lebih dari 70 pada 2024.
Namun, di balik capaian tersebut, sejumlah target masih stagnan, bahkan
mengalami kemunduran, terutama pada isu perubahan iklim, kesetaraan gender, dan
energi bersih. Kondisi ini menegaskan satu hal penting: percepatan SDGs tidak
hanya membutuhkan kebijakan, tetapi juga kapasitas aktor pembangunan yang
memadai.
Baca Lainnya :
- Cegah Tragedi Berulang, Kementerian PU Periksa Struktur Bangunan Dua Pesantren Besar di Jatim0
- Tinjau SMA Pradita Dirgantara, AHY: Sekolah Garuda Infrastruktur Masa Depan Indonesia0
- Mahasiswa UNY Ciptakan Aplikasi G-Waqf, Inovasi Wakaf Hijau untuk Solusi Ekologis Islam0
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana 0
- Pertama Kali Padvinder Training Camp Level I Hizbul Wathan UMJ Bermodel Flying Camp0
Dari Program Pelatihan ke
Infrastruktur Pengetahuan
Dalam
konteks inilah SDG Academy Indonesia menemukan relevansinya. Diluncurkan pada
2020 melalui kolaborasi UNDP Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas, dan Tanoto
Foundation, SDG Academy dirancang bukan sekadar sebagai program pelatihan,
melainkan sebagai infrastruktur pengetahuan dan kepemimpinan untuk mempercepat
pelaksanaan SDGs.
Melalui
program unggulan seperti SDG Leadership Program, Massive Open Online
Courses (MOOC), serta berbagai platform berbagi pengetahuan, SDG Academy
membangun ekosistem pembelajaran yang menjangkau aktor negara dan non-negara.
Hingga awal 2024, tercatat hampir 200 pemimpin bersertifikat SDGs, lebih dari
8.000 pengguna terdaftar di platform pembelajaran, serta puluhan ribu
partisipasi publik dalam berbagai kegiatan literasi dan kampanye SDGs.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa investasi pada penguatan kapasitas manusia
mulai menghasilkan dampak yang terukur.
Melalui
ikhtiar dan peranya selama ini, SDG Academy mulai menunjukkan capaian yang
menggembirakan. Pertama, SDG Academy berkontribusi signifikan dalam penguatan
kapasitas sumber daya manusia lintas sektor. Pelatihan dan dialog kebijakan
tidak hanya meningkatkan pemahaman teknis, tetapi juga membangun jejaring
kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil.
Jejaring ini menjadi prasyarat penting dalam mengelola agenda SDGs yang
bersifat kompleks dan lintas sektor.
Kedua,
SDG Academy berperan sebagai ruang transfer pengetahuan dan dokumentasi praktik
baik. Melalui platform seperti Alun-alun Inovasi dan Beranda
Inspirasi, berbagai praktik pembangunan berkelanjutan dari daerah dapat
dipelajari dan direplikasi. Pendekatan ini memperkuat lokalisasi SDGs,
sekaligus menjembatani kesenjangan antara kebijakan nasional dan implementasi
di tingkat lokal.
Ketiga,
pemberdayaan pemuda dan pendidik menjadi salah satu dampak strategis. Program
seperti SDG Talk yang menjangkau ribuan guru menunjukkan bahwa SDGs
tidak hanya dibahas di ruang kebijakan, tetapi juga masuk ke ekosistem
pendidikan. Mengingat proporsi pemuda yang besar dalam struktur demografi
Indonesia, investasi pada kelompok ini berpotensi menciptakan efek berlipat
bagi inovasi dan keberlanjutan pembangunan.
Penguatan
kapasitas melalui SDG Academy mendukung implementasi ratusan indikator SDGs
yang telah diintegrasikan ke dalam RPJMN. Indonesia saat ini tengah
memfinalisasi indikator SDGs untuk periode 2025–2029, dan keberhasilan
implementasinya sangat bergantung pada kompetensi aktor pelaksana di pusat dan
daerah. Peningkatan skor SDG Index nasional juga berkorelasi dengan perbaikan
tata kelola dan kapasitas kebijakan, yang sebagian didukung oleh inisiatif
pembelajaran berkelanjutan.
Selain
itu, SDG Academy memperkuat kolaborasi multipihak dalam lokalisasi SDGs. Lebih
dari 30 provinsi telah menyusun Rencana Aksi Daerah SDGs, namun kualitas
implementasi sangat bervariasi. Di sinilah peran pembelajaran, mentoring, dan
pertukaran pengetahuan menjadi krusial.
Tantangan dan Rekomendasi Strategis
Meski
menunjukkan dampak positif, SDG Academy menghadapi sejumlah tantangan
strategis. Kesenjangan tematik dan geografis masih menjadi persoalan utama,
terutama pada tujuan-tujuan SDGs yang membutuhkan pendekatan lintas disiplin
dan inovasi teknologi. Selain itu, keterbatasan data dan kapasitas monitoring
menghambat evaluasi kebijakan berbasis bukti.
Keberlanjutan
kelembagaan juga menjadi isu penting. Tanpa strategi pembiayaan dan tata kelola
jangka panjang, efektivitas SDG Academy berisiko menurun setelah fase proyek
berakhir. Oleh karena itu, kepemimpinan nasional yang kuat menjadi kunci untuk
memastikan keberlanjutan inisiatif ini.
Sebagai
koordinator nasional SDGs, Kementerian PPN/Bappenas memegang peran sentral
dalam memastikan integrasi kebijakan, monitoring, dan pembiayaan. Penyusunan
RPJMN 2025–2029 yang berorientasi pada SDGs serta pengembangan dashboard
digital SDGs menunjukkan arah baru perencanaan berbasis data. Dalam kerangka
ini, SDG Academy berfungsi sebagai infrastruktur lunak yang melengkapi
kebijakan struktural.
Kolaborasi
antara Bappenas dan SDG Academy menciptakan tiga dampak utama: penguatan tata
kelola, perluasan jejaring multipihak, dan pengarusutamaan budaya belajar dalam
pembangunan. Ketiganya merupakan fondasi penting untuk menghadapi tantangan
SDGs yang semakin kompleks.
Ke
depan, SDG Academy dapat diperkuat melalui pengembangan ekosistem pembelajaran
berbasis data, inovasi pembiayaan berkelanjutan, perluasan kemitraan dengan
sektor bisnis, serta akselerasi lokalisasi SDGs melalui modul kontekstual
daerah. Langkah-langkah ini akan memperbesar dampak SDG Academy sebagai katalis
transformasi pembangunan.
Data
menunjukkan Indonesia berada pada jalur yang relatif positif dalam pencapaian
SDGs, namun tantangan struktural dan kapasitas masih nyata. SDG Academy
Indonesia membuktikan bahwa investasi pada pembelajaran, kepemimpinan, dan
pengetahuan dapat menjadi pengungkit penting percepatan SDGs. Dengan
kepemimpinan Bappenas yang kuat dan strategi keberlanjutan yang jelas, SDG
Academy berpotensi menjadi pilar utama pembangunan inklusif, kolaboratif, dan
berbasis data menuju SDGs 2030 dan Indonesia Emas 2045.
.jpg)
1.jpg)

.jpg)

6.jpg)
.jpg)
1.jpg)
.jpg)

.jpg)

