- Satu Langkah, Satu Kayuhan: Hentikan Polusi Plastik, Kembalikan Langit Biru
- 5 Tempat Wisata Augmented Reality di Indonesia
- Desakan Agenda Reforma Agraria Kepada Para Pemimpin Dunia dari Bogota
- Birding Bersama Ellena, Penulis Buku GET TO KNOW THEM: Introduction to Singapore Common Birds Folk
- Tahlil & Doa 7 Hari Wafatnya Hj Euis Nurlaila Binti KH Idam Damiri
- Atmosfer (Suasana) Belajar (Kok) Dicipta?
- Tim PkM Universitas Negeri Yogyakarta Sosialisasi Komunikasi Pendidikan di Era Digital
- Geber Bangku, Program Andalan Herawati Tanamkan Budaya Antikorupsi
- Pak Kambali: Sosok Inspiratif Penggerak Kemandirian Disabilitas Netra di Kabupaten Karanganyar
- Pertamina dan Seruni Buka Akses Air Bersih, Targetkan 1.280 Kepala Keluarga di Sragen
Penemuan Roti Tertua Ini Mengubah Sejarah Pertanian

SISA-sisa roti tertua di dunia yang
ditemukan oleh sekelompok tim arkeolog yang diperkirakan berusia 14.500 tahun mengubah
sejarah dunia. Pasalnya, roti tersebut berusia lebih tua 4.000 tahun dibanding
budaya pertanian muncul.
Artinya, artefak roti tersebut membuktikan bahwa masyarakat di zaman berburu
dan meramu (periode epipaleolitik) telah memproduksi makanan panggang. Ini jauh
dari perkiraan banyak ahli selama ini.
"Kehadiran ratusan makanan hangus yang tetap di perapian di situs Shubayqa
1 adalah temuan luar biasa, dan itu telah memberi kami kesempatan untuk
mengkarakterisasi praktik makan 14.000 tahun lalu," ungkap Amaia Arranz
Otaegui, penulis utama penelitian ini dikutip dari CNN.
"Jadi sekarang kita tahu bahwa produk-produk seperti roti telah diproduksi
jauh sebelum perkembangan pertanian," sambung ahli tanaman purba dari
University of Copenhagen itu.
Otaegui juga mengatakan bahwa temuan ini bisa berkontribusi dalam revolusi
sejarah pertanian priode Neolitik. Menurut penelitian, sisa-sisa roti tersebut
terbuat dari sereal yang dibumbui oleh parutan umbi. Otaegui sempat mencicipi
umbi yang digunakan dalam pembuatan roti purba itu.
"Itu (umbi) memiliki rasa sedikit manis dan sedikit asin dan memiliki
tekstur tajam, tapi mungkin itu karena kami tidak membersihkannya dengan cukup
baik," tuturnya.
Sebelum penemuan ini, roti tertua yang ditemukan berasal dari situs neolitik
akhir. Produksi roti tersebut ada di Turki dan Belanda. Hal itu membuat temuan
roti kali ini menjadi bukti langsung bahwa praktik produksi roti telah
berlangsung jauh lebih lama sebelum masa pertanian muncul.
"Kami tertarik pada orang-orang di masa berburu dan Meramu Natufian karena
mereka hidup melalui masa transisi ketika orang memilih hidup menetap dan pola
makan mereka berubah," ujar Tobias Ritcher, pemimpin penggalian ini.
Dalam laporan mereka, para penulis mencatat bahwa bahan-bahan artefak roti ini
sulit ditemukan. Ini mungkin membuat masyarakat pada masa berburu dan meramu
menganggapnya sebagai makanan mewah. Apalagi seluruh proses pembuatan roti
relatif tidak ekonomis.
Mereka harus memanen gandum liar, memisahkan biji, menggilingnya, membuat
adonan, hingga memasaknya. Artinya, aktivitas ini akan memakan waktu lama.
"(Roti ini) digunakan untuk menjamu tamu yang diundang dan mendapatkan
gengsi bagi tuan rumah," kata Ritcher.
Temuan ini juga mendapatkan berbagai tanggapan dari para arkeolog lain. Salah
satunya adalah Profesor Dorian Fuller, ahli sereal prasejarah terkemuka di
Institute of Archaeology.
"Penemuan ini menunjukkan bahwa makanan menjadi sesuatu
yang lebih bernilai lebih dari sekedar kalori," ungkap Prof Fuller dikutip
dari The Independent,
Baca Lainnya :
- Om Lay, Volunteer Jakarta Kibarkan Bendera Putih, Pulang Kampung ke Ambon0
- Bill Gates: Dunia dan Indonesia0
- Peduli Kesehatan, Anggota Sevenist Club Periksa Gula Darah dan Gelar Seminar Kesehatan Jantung0
- Kemenag Karanganyar Borong Juara di Ajang Penyuluh Agama Islam Award Jateng 20250
- Dermaga Apung: Solusi Cerdas Atasi Pasang Surut Laut Indonesia? Ini Faktanya!0
"Ini menunjukkan bahwa orang-orang dari 14.00 tahun
lalu telah menginsumsi makanan untuk alasan sosial, budaya, dan ideologi
potensial," sambungnya.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of
Sciences ini juga disebut menunjukkan, pembuatan roti mungkin pada akhirnya
membantu memotivasi orang untuk mulai membudidayakan sereal. Dengan kata lain,
ini mengarah pada kelahiran budaya pertanian.
Sebenarnya ini berlawanan dengan hipotesis akademisi sebelumnya yang menyebut
buadaya pertanian yang membawa pada penemuan roti.
"Produksi masakan berbasis roti adalah salah satu motivasi di balik orang
yang mengembangkan pertanian di Timur Tengah. Dari sana, pertanian dan roti
menyebar ke Eropa dan Afrika Utara," tutur Prof Fuller.
