- Mendes Buka Serentak 1.000 Musdesus, Susun Proposal Bisnis Untuk Pengajuan Modal ke Himbara
- Indonesia Lumbung Pangan Dunia: Bukan Hanya Beras, Bahan Pokok Lainnya Juga Sudah Tercukupi
- Masyarakat Adat Suku Taa Mendesak Perusahaan Sawit Tinggalkan Wilayah Adat di Sulawesi Tengah
- Seminar Nasional di UNY Bahas Pembaruan Hukum Acara Pidana
- Menteri Kehutanan Bahas Konservasi Badak dan Ekowisata dengan Edge Group dan Dr Niall McCann
- Strategi Bijak Berinvestasi Emas
- LindungiHutan Perkuat Peran Petani dalam Program Penghijauan dan Ketahanan Iklim
- Dari Binus International ke Brisbane: Perjalanan Fannisa Widya Puteri Kuliah Double Degree
- Tonggak Sejarah Medis Tanah Air: Robot Bedah Otak Pertama di Indonesia Hadir di Siloam Hospitals
- 5 Dampak Tak Terduga yang Datang Kalau Konten Kamu Viral
Seven Clean Seas Perluas Operasi di Indonesia, Krisis Polusi Plastik Paling Terlihat di Dunia
2.jpg)
JAKARTA - Organisasi lingkungan laut
Seven Clean Seas resmi memperluas operasinya ke Bali, Indonesia, salah satu
garis depan paling terlihat di dunia dalam upaya melawan polusi plastik.
Indonesia menghasilkan sekitar 6,8 juta ton sampah plastik setiap tahun, dengan 4,8 juta
ton di antaranya tidak tertangani dengan baik. Sebagian besar akhirnya mengalir
ke sungai dan perairan pesisir. Bali—yang terkenal di seluruh dunia karena
pantai, budaya, dan pariwisatanya—sering menjadi sorotan kritik internasional
ketika gelombang sampah plastik menumpuk di pantainya. Masalah ini tidak hanya
mengancam ekosistem laut, tetapi juga melemahkan ekonomi dan reputasi global
pulau wisata ini.
“Bali lebih dari sekadar destinasi liburan. Bali adalah pengingat nyata tentang urgensi krisis plastik,” ujar Tom Peacock-Nazil, Pendiri dan CEO Seven Clean Seas. “Apa yang terjadi di sini dilihat oleh dunia, dan visibilitas itu menjadikan Bali tempat yang kuat untuk membuktikan adanya solusi nyata yang dapat diterapkan secara nasional maupun global.”
Baca Lainnya :
- Hari Tani Nasional: 25 Ribu Petani Akan Turun ke Jalan, Tagih Reformasi Agraria0
- Mulai September 2025, Petani Tebu Bisa Tebus Pupuk ZA Bersubsidi0
- 8,4 Juta Hektare Lahan Telah Diberikan ke Masyarakat Untuk Perhutanan Sosial0
- Menkeu Terbitkan Aturan Penempatan Rp200 Triliun Uang Negara di Bank Umum Mitra0
- Seruan Serikat Petani Indonesia Pasca Protes dan Kerusuhan Agustus0
Melanjutkan Keberhasilan yang Terbukti
Seven Clean Seas (SCS) telah membangun reputasi sebagai
pelaksana proyek konservasi lingkungan yang berdampak di Asia Tenggara. Sejak
meluncurkan inisiatif pertamanya di Bintan pada 2020 dan memperluas ke Batam
pada 2022, organisasi ini telah mengangkat lebih dari 5,5 juta kilogram sampah
plastik dari lingkungan laut.
Yang tidak kalah penting, SCS menyediakan lapangan kerja
yang aman dan adil di sektor yang selama ini sangat bergantung pada tenaga
kerja informal. Hingga kini, hampir 19.000 orang telah merasakan manfaat
program SCS melalui pekerjaan langsung, inisiatif pendidikan, dan dukungan
kesehatan.
Di luar Indonesia, SCS memperluas operasinya ke Bangkok pada 2024, dengan fokus pada kebocoran plastik dari Sungai Chao Phraya, jalur air paling tercemar di Thailand.
Babak Baru di Bali: OTTER dan Tanjung Benoa
Proyek Bali dijalankan dengan dukungan OTTER (Offshore &
Tidal Trash Extraction Rig), kapal khusus pembersih pesisir. Kapal ini
beroperasi setiap hari di koridor Serangan–Benoa di pesisir selatan Bali,
dirancang untuk mengangkat sampah plastik sebelum menyebar lebih jauh ke laut
lepas.
Tanjung Benoa dipilih sebagai lokasi utama karena wilayah
ini menggabungkan tingkat paparan yang tinggi dengan dampak yang signifikan.
Garis pantainya merupakan salah satu yang paling padat digunakan di Bali, dan
juga menjadi titik pertemuan penting di mana sungai, anak sungai, dan saluran
drainase membawa sampah dari daratan langsung ke laut.
Lokasi ini juga berdekatan dengan fasilitas TPS3R (Tempat
Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, dan Recycle) Panca Lestari di
Desa Adat Tanjung Benoa, yang menjadi tulang punggung logistik dalam mengelola
material yang terkumpul. Di TPS3R, sampah dipilah, botol PET dan wadah HDPE
disalurkan ke jaringan ekonomi sirkular Bali, sementara residu non-daur ulang
diarahkan ke sistem pemulihan terstruktur untuk meminimalkan ketergantungan
pada TPA.
Proyek ini semakin diperkuat oleh kerja sama dengan pemangku kepentingan lokal dan lembaga pemerintah, termasuk KSOP dan otoritas pengembangan terkait. Kemitraan ini memastikan inisiatif ini terintegrasi dengan sistem pengelolaan sampah Bali yang lebih luas, sehingga membangun fondasi bagi keberlanjutan proyek dalam jangka panjang.
Lebih Dari Sekadar Pembersihan: Edukasi dan Komunitas
Selain operasi pembersihan, Seven Clean Seas juga akan
memimpin lokakarya untuk pemuda guna meningkatkan kesadaran lingkungan dan
mendorong perubahan perilaku jangka panjang.
Seven Clean Seas juga telah menyambut mitra operasional pertama di Bali: Yayasan Sahabat Multi Bintang (YSMB), lembaga yayasan dari Bir Bintang. Dukungan mereka menegaskan peran penting kolaborasi sektor swasta dalam menjaga keberlanjutan proyek-proyek seperti ini, melengkapi keterlibatan komunitas dan dukungan pemerintah dengan sumber daya dan kesinambungan.
Seruan untuk Perhatian Global
Seven Clean Seas melihat Bali bukan hanya sebagai intervensi
nasional, tetapi juga sebagai simbol global. Visibilitas internasional pulau
ini memperbesar urgensi krisis plastik dan pentingnya solusi yang mampu
menciptakan dampak lingkungan sekaligus sosial, dengan pendekatan pengelolaan
sampah yang sistematis.
Peacock-Nazil menambahkan, “Dengan menghadirkan OTTER ke
Bali, kami tidak hanya membersihkan garis pantai. Kami menunjukkan apa yang
bisa dicapai ketika teknologi, komunitas, dan kolaborasi internasional
disatukan.”
