Bedah Buku dan Film Merawat Harapan di Kampung Halaman

By PorosBumi 17 Sep 2025, 07:41:34 WIB Humaniora
Bedah Buku dan Film Merawat Harapan di Kampung Halaman

BOGOR - Melalui program Voices for Just Climate Action (VCA), Yayasan KEHATI sebagai bagian dari Koalisi Pangan BAIK menyelenggarakan Bedah Buku dan Film “Merawat Harapan di Kampung Halaman”, di Aula RRI Bogor, pada 28 Agustus 2025. Acara ini berkolaborasi dengan Program Studi Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian (PPP) Sekolah Vokasi IPB University.

Sebanyak 96 peserta hadir mengikuti kegiatan ini secara luring dan sekitar 15 orang mengikuti secara daring. Peserta terdiri dari mahasiswa, perwakilan organisasi masyarakat sipil, perwakilan pemerintah dan media. Kegiatan ini menjadi wadah kolaborasi orang muda, organisasi masyarakat sipil, akademisi, media dan pemerintah. Kolaborasi ini menghadirkan diskusi yang lebih kaya perspektif sekaligus menguatkan semangat bersama dalam merawat kampung halaman dan menjaga kedaulatan pangan, sebagai upaya adaptasi perubahan iklim berbasis potensi lokal. 

Buku dan film “Merawat Harapan di Kampung Halaman: Suara Local Champion untuk Iklim dan Pangan” mendokumentasikan kisah nyata para penggerak desa di Manggarai, Flores Timur dan Lembata, Nusa Tenggara Timur. Kisah para penggerak desa bukan hanya cerita tentang pertanian, tetapi juga tentang perubahan sosial, peran perempuan, keberanian orang muda, serta kebangkitan nilai-nilai kearifan lokal yang hampir hilang.

Baca Lainnya :

Ada cerita tentang bagaimana orang muda menghidupkan kembali sorgum di Tapobali, bagaimana perempuan Hewa melawan stigma untuk menjaga pangan lokal, bagaimana komunitas Kawalelo menanam bambu untuk menyelamatkan mata air, hingga bagaimana orang muda Wewo dan Tal menginisiasi pertanian hortikultura organik yang kini mengubah cara pandang masyarakatnya.

Agenda utama kegiatan ini diawali dengan pemutaran film. Dalam sesi ini, peserta diajak menyaksikan kisah tentang bagaimana local champion dan masyarakat lokal menjaga tanah, pangan, dan kebersamaan sebagai modal utama dalam menghadapi perubahan iklim. Film tersebut menjadi pintu masuk untuk diskusi panel yang lebih mendalam terkait tantangan desa, peran generasi muda, serta pentingnya kedaulatan pangan lokal. Diskusi dipandu oleh moderator, yaitu Widya Hasian, dosen Program Studi Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian (PPP) Sekolah Vokasi IPB University.

Tampil sebagai narasumber dan penanggap yakni, Hengky Ola Sura (Koalisi Pangan BAIK dan Jurnalis Ekora NTT), Maksimilian Kolbe Labut (Petani muda dan penggerak pertanian organik dari Desa Tal, Manggarai), Rina Syawal (Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan, Badan Pangan Nasional), Prof Damayanti Buchori (Direktur Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences/CTSS IPB University), dan David Ardhian (Dewan Pakar Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan).

Para narasumber berbagi pandangan seputar pangan lokal, peran generasi muda, dan kearifan tradisional dalam menjaga ketahanan pangan serta menghadapi perubahan iklim. Secara daring, Hengky Ola Sura menceritakan proses penulisan buku yang dilakukan bersama para local champion.

Sebagai perwakilan media, liputan soal perubahan iklim dan pangan masih jarang sekali dilakukan oleh jurnalis di NTT, termasuk Ekora NTT. Setelah bersinggungan dengan Koalisi Pangan BAIK, Ekora NTT mulai mengangkat isu perubahan iklim dan pangan. 

Maksimilian yang kerap disapa Lian, berbagi pengalamannya dalam menjalankan pertanian hortikultura organik di desanya. Awal mulanya, Lian mengamati hasil panen padi sawah di desanya semakin menurun, meskipun sudah menggunakan berbagai pupuk dan pestisida. Setelah mendapatkan berbagai penyadartahuan dan peningkatan kapasitas dengan bergabung pada Koalisi Pangan BAIK, Lian menyadari bahwa dia harus melakukan perubahan.

Pulang dari mengikuti Organic Youth Camp, Lian diam-diam mulai menerapkan ilmu yang diperoleh. Meski awalnya ditentang oleh keluarganya, Lian tetap bersikeras untuk menjalankan pertanian organik. Kini, paling tidak 2.5 tahun sudah dia menjadi petani hortikultura organik. 

Rinna dari Badan Pangan Nasional memberikan tanggapan buku dan film Merawat Harapan di Kampung Halaman. Ia menjelaskan bahwa apa yang sudah dilakukan para local champion sejalan dengan kebijakan Peraturan Presiden No. 81 tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.

Orang muda merupakan aktor strategis dalam gerakan pangan lokal. Kisah para local champion merupakan living example bahwa diversifikasi pangan bisa tumbuh dari komunitas lokal, tidak hanya melalui regulasi. Selain itu, orang muda menjadi bukti bahwa pangan lokal dapat menjadi substitusi yang sehat untuk beras dan gandum impor. 

Damayanti Buchori menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh para local champion merupakan praktik baik berbasis pengetahun lokal. Dalam adaptasi perubahan iklim, ilmu formal saja tidak cukup, perlu mengkombinasikannya dengan pengetahuan tradisional yang sudah teruji sesuai karakteristik wilayah masing-masing. “Peran perguruan tinggi adalah melakukan ko-kreasi pengetahuan tradisional dengan pengetahuan modern. Oleh karena itu, penting untuk memahami kondisi ekologis dan sosio kultural setempat”. 

David Ardhian menjelaskan apa yang telah dilakukan oleh para local champion merupakan contoh baik dalam ‘melawan’ hegemoni kebijakan pangan yang cenderung seragam dan kurang merekognisi kearifan lokal. Sentralisasi kebijakan justru menghasilkan kemiskinan struktural. Oleh karena itu, kemampuan dan keberanian untuk melawan dan membatasi diri adalah modal penting bagi komunitas lokal untuk berdaulat.

“Apa yang dilakukan oleh komunitas lokal seperti local champion Koalisi Pangan BAIK adalah upaya untuk meneguhkan keberagaman dan kedaulatan, mencakup teritorial dan budaya lokal. Maka pembangunan seharusnya berpusat pada masyarakat lokal, tidak terpusat pada pemangku kebijakan”. 

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment