- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil
- OJK Dinilai Memble, Kini Hasil Penyelidikan Investasi Telkom Pada GOTO Ditunggu
- Suara yang Dikenal dan yang Tidak Dikenal
- Sampah Akan Jadi Rebutan Sebagai Sumber Bahan Bakar
- Tenun Persahabatan: Merajut Warisan India dan Indonesia dalam Heritage Threads
- Manfaat Membaca yang Penting Kamu Ketahui
- Kisah Hanako, Koi di Jepang yang Berumur Lebih dari 2 Abad
- Hadiri Pesta Rakyat 2 di Manado, AHY Tegaskan Pentingnya Pemerataan Pembangunan Kewilayahan
- PFI Kepri Sambangi KSOP Batam, Perkuat Sinergi dan Semangat Foto Jurnalistik Maritim
- Belajar dari Makkah: Potensi Bio-Energi di Balik Sistem Pengolahan Limbah Modern
BPS Umumkan Oktober 2025 Terjadi Inflasi 2,86 Persen

Keterangan Gambar : Ilustrasi Gedung BPS- Istimewa
JAKARTA- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan
terjadi inflasi 0,28 persen secara bulan pada bulan Oktober 2025. Sedangkan secara
tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,86 persen, dan secara tahun kalender terjadi
inflasi sebesar 2,10 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS,
Pudji Ismartini, mengingatkan secara historis, pada
setiap Oktober (2021—2025) mengalami inflasi, kecuali pada Oktober 2022 yang
mengalami deflasi. Tingkat inflasi yang terjadi pada Oktober 2025 merupakan
inflasi tertinggi dibandingkan tingkat inflasi pada Oktober 2021—2024.
”
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan
pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 3,05 persen dan
memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen. Komoditas yang dominan mendorong
inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi
sebesar 0,21 persen,”jelas Pudji dalam keterangan resmi, Senin(3/11/2025)
Baca Lainnya :
- Adu Cepat Penyaluran Kredit Rentan Terjadi Side Streaming0
- Bank Syariah Harus Capai Rasio Kewajiban Jangka Pendek 100 Persen0
- Laba Telkom Amblas 10 Persen Jadi Rp15,7 Triliun Akhir September 20250
- 40% Petani Sawit Hadapi Tantangan Ketertelusuran dan Sertifikasi di Tengah Kewajiban Kepatuhan EUDR0
- Bank Mandiri Muluskan Rencana BEEF Rambah Bisnis Baru Dengan Kredit Rp850 Miliar 0
Selain
itu, terdapat komoditas yang masih memberikan andil deflasi pada Oktober 2025,
di antaranya bawang merah dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing
sebesar 0,03 persen, tomat dengan andil deflasi 0,02 persen, dan beberapa
komoditas seperti beras, kacang panjang, dan cabai hijau
dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.
Berdasarkan
komponen, inflasi bulan Oktober 2025 utamanya didorong oleh inflasi komponen
inti dengan andil inflasi sebesar 0,25 persen. Komoditas yang dominan
memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah
akademi/perguruan tinggi.
Selanjutnya,
komponen harga diatur pemerintah memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen harga diatur
pemerintah adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara.
Menurut
wilayah, secara bulanan tercatat 26 provinsi mengalami inflasi, dan 12 provinsi
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Banten, yaitu sebesar 0,57
persen. Sedangkan deflasi terdalam terjadi di Papua Pegunungan, yaitu sebesar
0,92 persen.
Secara
tahunan (y-on-y), pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 2,86 persen, atau
terjadi kenaikan IHK dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 109,04 pada Oktober
2025. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong
oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar
4,99 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 1,43 persen. Komoditas dengan
andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah cabai merah.
Komoditas
lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil
inflasi dominan adalah emas perhiasan.
Sementara
itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan pada Oktober
2025 adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami
deflasi sebesar 0,25 persen dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen.
Menurut
wilayah, secara tahunan seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi
terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 4,97 persen, dan inflasi terendah
terjadi di Papua, yaitu sebesar 0,53 persen.
Dia juga mengumumkan, Neraca
perdagangan barang Indonesia mengalami surplus USD33,48 miliar sepanjang
periode Januari hingga September 2025, atau naik USD11,30 miliar dibanding
dengan periode yang sama tahun lalu.
”Dengan
demikian, Indonesia telah mencatatkan surplus selama 65 bulan berturut-turut
sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–September 2025 ditopang oleh surplus
komoditas nonmigas sebesar USD47,20 miliar, sementara komoditas migas masih
mengalami defisit US$13,71 miliar”, ungkap Pudji.
Menurutnya,
nilai ekspor Januari-September 2025 naik 8,14 persen dibanding dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor
industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar USD167,85 miliar, atau
naik 17,02 persen.
Sebalikny,
Nilai impor Indonesia pada Januari-September 2025 mencapai USD176,32 miliar
atau meningkat 2,62 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penyumbang utama masih berasal dari sektor nonmigas, dengan nilai impor
US$152,58 miliar, naik 5,17 persen. Sedangkan impor sektor migas mengalami
penurunan sebesar 11,21 persen menjadi USD23,75 miliar.
Dilihat
dari sisi penggunaan, peningkatan impor terjadi pada barang modal. Nilai impor
barang modal, sebagai andil utama peningkatan impor, mencapai USD35,90
miliar atau naik 19,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang
periode Januari-September 2025, Tiongkok menjadi negara utama asal impor non
migas Indonesia dengan nilai USD62,07 miliar (40,68 persen), diikuti Jepang
sebesar US$11,01 miliar (7,22 persen),dan Amerika Serikat sebesar US$7,33
miliar (4,81 persen). Impor dari Tiongkok didominasi oleh mesin dan peralatan
mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

