BPS Umumkan Oktober 2025 Terjadi Inflasi 2,86 Persen

By abdul aziz 03 Nov 2025, 14:50:23 WIB Ekonomi
BPS Umumkan Oktober 2025 Terjadi Inflasi 2,86 Persen

Keterangan Gambar : Ilustrasi Gedung BPS- Istimewa


JAKARTA- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi inflasi 0,28 persen secara bulan pada bulan Oktober 2025. Sedangkan secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,86 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 2,10 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengingatkan secara historis, pada setiap Oktober (2021—2025) mengalami inflasi, kecuali pada Oktober 2022 yang mengalami deflasi. Tingkat inflasi yang terjadi pada Oktober 2025 merupakan inflasi tertinggi dibandingkan tingkat inflasi pada Oktober 2021—2024.​

” Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 3,05 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen. Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen,”jelas Pudji dalam keterangan resmi, Senin(3/11/2025)

Baca Lainnya :

Selain itu, terdapat komoditas yang masih memberikan andil deflasi​ pada Oktober 2025, di antaranya bawang merah dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, tomat dengan andil deflasi 0,02 persen, dan beberapa komoditas seperti beras, kacang panjang, dan cabai hijau dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.

Berdasarkan komponen, inflasi bulan Oktober 2025 utamanya didorong oleh inflasi komponen inti dengan andil inflasi sebesar 0,25 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi.

Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen harga diatur pemerintah adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara.

Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 26 provinsi mengalami inflasi, dan 12 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Banten, yaitu sebesar 0,57 persen. Sedangkan deflasi terdalam terjadi di Papua Pegunungan, yaitu sebesar 0,92 persen.

Secara tahunan (y-on-y), pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 2,86 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 109,04 pada Oktober 2025. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 4,99 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 1,43 persen. Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah cabai merah. 

Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi dominan adalah emas perhiasan.

Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan pada Oktober 2025 adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,25 persen dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen.

Menurut wilayah, secara tahunan seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 4,97 persen, dan inflasi terendah terjadi di Papua, yaitu sebesar 0,53 persen.

Dia juga mengumumkan,  Neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus USD33,48 miliar sepanjang periode Januari hingga September 2025, atau naik USD11,30 miliar dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.

”Dengan demikian, Indonesia telah mencatatkan surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–September 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD47,20 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$13,71 miliar”, ungkap Pudji.

Menurutnya, nilai ekspor Januari-September 2025 naik 8,14 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar USD167,85 miliar, atau naik 17,02 persen.

Sebalikny, Nilai impor Indonesia pada Januari-September 2025 mencapai USD176,32 miliar atau meningkat 2,62 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyumbang utama masih berasal dari sektor nonmigas, dengan nilai impor US$152,58 miliar, naik 5,17 persen. Sedangkan impor sektor migas mengalami penurunan sebesar 11,21 persen menjadi USD23,75 miliar. 

Dilihat dari sisi penggunaan, peningkatan impor terjadi pada barang modal. Nilai impor barang modal, sebagai andil utama peningkatan impor, mencapai USD35,90 miliar atau naik 19,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sepanjang periode Januari-September 2025, Tiongkok menjadi negara utama asal impor non migas Indonesia dengan nilai USD62,07 miliar (40,68 persen), diikuti Jepang sebesar US$11,01 miliar (7,22 persen),dan Amerika Serikat sebesar US$7,33 miliar (4,81 persen). Impor dari Tiongkok didominasi oleh mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment