- MIND ID Perkuat Komitmen Transisi Energi Lewat Hilirisasi Bauksit
- Aktivis Ragu Soal Komitmen Pengakuan Hutan Adat 1,4 Juta Ha
- IDXCarbon Jajakan Unit Karbon 90 Juta Ton Co2e Hingga Ke Brazil
- OJK Dinilai Memble, Kini Hasil Penyelidikan Investasi Telkom Pada GOTO Ditunggu
- Suara yang Dikenal dan yang Tidak Dikenal
- Sampah Akan Jadi Rebutan Sebagai Sumber Bahan Bakar
- Tenun Persahabatan: Merajut Warisan India dan Indonesia dalam Heritage Threads
- Manfaat Membaca yang Penting Kamu Ketahui
- Kisah Hanako, Koi di Jepang yang Berumur Lebih dari 2 Abad
- Hadiri Pesta Rakyat 2 di Manado, AHY Tegaskan Pentingnya Pemerataan Pembangunan Kewilayahan
Percepatan Transformasi Petani, Ini Tiga Tantangan Utamanya

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil menyatakan pemerintah akan mempercepat transformasi petani Indonesia dari saat ini yang masih berpendapatan minim menjadi lebih makmur.
“Statistik mengindikasikan bahwa terdapat sebanyak 28,9 juta petani dengan pendapatan yang minim, sedangkan hanya ada 2,1 juta orang yang tergolong sebagai petani terampil,” katanya melalui siaran pers, Rabu (15/3/2017).
Meski demikian, Sofyan mengakui percepatan transformasi petani menghadapi tiga tantangan utama. Pertama, ketidakseimbangan alokasi sumber daya produksi yaitu lahan dan petani terampil. Kondisi ini, menurut dia, disebabkan produksi pangan lebih terkonsentrasi di Pulau Jawa yang memiliki tanah paling subur, jaringan irigasi terbaik, dan tenaga kerja terampil terbanyak.
Baca Lainnya :
- Petani skala Kecil Berhak Dapatkan Lahan0
- Badan Karantina Kemtan ikut pasarkan produk unggas0
- Ironi RI, Negeri Kaya Rempah Tapi Impor Cengkeh dan Lada0
- 1.922 Embung Bakal Dibangun untuk Dukung Ketahanan Pangan0
- Pertama di Gowa, Petani di Desa Tinggimae Panen Padi Organik, Hasilnya Dijual di Supermarket0
Tantangan kedua, tambah Sofyan, adalah ketidakseimbangan variasi tanaman. Adapun masalah ketiga adalah inefisiensi pengolahan dan logistik pasca-panen.
Mantan Menteri BUMN ini mengungkapkan sistem distribusi pangan di Jawa lebih berkembang dibandingkan dengan di luar Jawa karena jarak yang relatif dekat dari sumber produksi ke pasar akhir.
“Namun Jawa memiliki angka penduduk terpadat sehingga hal ini menjadi kendala serius terhadap peningkatan kualitas hidup petani. Kepemilikan lahan secara individu kurang dari 0,3 hektare per kapita,” ujarnya.
Sofyan menilai masalah-masalah tersebut menjadi penghalang sektor pertanian Indonesia untuk mencapai potensinya secara penuh. Dia membandingkan kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di bawah 15% meskipun 35%-45% penduduknya berprofesi sebagai petani.
sumber : industri.bisnis.com
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

