- Hilirisasi Grup MIND ID, Transformasi Pertambangan Berbasis Nilai Tambah
- Cerita Eks Wartawan Jualan Cabai yang Diborong Mentan Amran dari Daerah Bencana Aceh
- Kepungan Bencana Ekologis dan Keharusan Reformasi Fiskal Sektor Ekstraktif
- Pertumbuhan Ekonomi 2026 Ditaksir 5 Persen, WP Badan Harus Siap Diperiksa
- Ikhtiar Nyata SDG Academy Indonesia: Konektivitas Data, Kebijakan, dan Kepemimpinan
- Kembangkan Potensi Anak, LPAM Mirabel dan Ilmu Politik UNY Gelar Peringatan Hari Ibu
- Sambut Nataru dan HAB Kemenag ke-80, PD IPARI Karanganyar Bersih-Bersih Rumah Ibadah Lintas Agama
- Penguatan Sektor Riil Kunci Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026
- Musim Mas Dukung Pemkab Deli Serdang Hadirkan Ruang Publik Bersama melalui Pembangunan Alun-Alun
- Sidang Pengeroyokan di Tanjungpinang, Korban Soroti Terdakwa Tak Ditahan
Perry Warjiyo Dkk Kembali Tahan BI Rate Pada 4,75 Persen

Keterangan Gambar : Ilustrasi Gedung BI- Istimewa
JAKARTA- Rapat Dewan Gubernur (RDG)
Bank Indonesia (BI) pada 16-17 Desember 2025 memutuskan untuk mempertahankan
BI-Rate sebesar 4,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar
3,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,5
persen.
Menurut Gubernur Bank
Indonesia, Perry Warjiyo bahwa keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga
stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian global
dengan tetap memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan
makroprudensial dalam menjaga stabilitas dan mendorong perekonomian
nasional.
“ Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati
ruang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut dengan prakiraan inflasi 2026
yang terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen, serta perlunya untuk turut
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” papar dia dalam paparan publik
hasil RDG BI bulan Desember 2025, Rabu(17/12/2025).
Baca Lainnya :
- Hashim Djojohadikusumo: Hilirisasi Harus Sejalan dengan Pembenahan SDM dan Penerimaan Negara0
- Peningkatan Kapasitas Industri dengan Hilirisasi Jadi Kunci Indonesia Naik Kelas0
- Royalindo Investa Tergiur Cuan Gula Hinga Kecerdasan Buatan 0
- KNKG Nilai Laporan Tahunan Menthobi Karyatama Cerminkan Praktik Berkelanjutan0
- OJK Minta Sederhanakan Proses Klaim Asuransi Korban Bencana di Sumatera 0
Perry
melanjutkan, pelonggaran
kebijakan makroprudensial diperkuat dengan meningkatkan efektivitas
implementasi pemberian likuiditas kepada perbankan untuk mempercepat penurunan
suku bunga dan meningkatkan pertumbuhan kredit/pembiayaan ke sektor riil,
khususnya sektor-sektor prioritas Pemerintah. “Kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan
untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif melalui perluasan
akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran,
dan peningkatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran,” terang dia.
Sedangkan
dari sisi global, Perry dkk menaksir pertumbuhan ekonomi dunia 2025 sekitar 3,2% dipengaruhi oleh kenaikan ekonomi
Jepang dan India yang didukung konsumsi rumah tangga dan kebijakan stimulus
fiskal.
Prospek
ekonomi kawasan Eropa tetap baik ditopang konsumsi rumah tangga, investasi, dan
kondisi ketenagakerjaan.
Sementara itu,
ekonomi AS pada 2025 masih melambat dipengaruhi dampak temporary government
shutdown dan pelemahan pasar tenaga kerja. Prospek ekonomi
Tiongkok juga terus melambat dipengaruhi permintaan domestik yang tetap lemah.
“Pada 2026, pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan
melemah menjadi 3 persen dipengaruhi dampak lanjutan tarif resiprokal AS dan
kerentanan rantai pasok global. Di pasar keuangan global, Fed Funds Rate (FFR)
turun 25 bps pada Desember 2025 dengan kecenderungan penurunan yang lebih
terbatas ke depan,” urai Perry.
Terlebih
melihat tingkat imbal hasil (yield) US Treasury tenor 2 tahun cenderung bergerak naik, sementara yield
US Treasury tenor 10 tahun tetap tinggi sejalan dengan tingginya
tingkat utang Pemerintah AS.
Perkembangan
ini menyebabkan indeks mata uang AS (DXY) masih tinggi dan tetap terbatasnya
aliran masuk modal asing ke emerging
market (EM).
“ Kondisi tersebut memerlukan kewaspadaan dan
penguatan respons kebijakan untuk memperkuat daya tahan ekonomi domestik dari
rambatan global serta mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi.” Terang Perry.
.jpg)
1.jpg)

.jpg)

6.jpg)
.jpg)
1.jpg)
.jpg)

.jpg)

