- Pelaku Pasar Yakin Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Lagi
- Generasi Muda Milenial Muhammad Dycho Dukung Rizki Faisal Pimpin Golkar Kepri
- Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Meningkat 100%, Safelog AI Dirikan #JejakWaspada
- Mengenal Penologi dalam Kriminologi
- Penantian Setengah Abad, Semoga di 2026 Ada Peresmian Satu Ruas Trans Papua
- Menthobi karyatama Raya Raup Laba Rp36,7 Miliar Saat La Nina Menerpa
- Pimpin PAC Demokrat Batam Kota, Bung Aris Bumikan Patron Partai ke Seluruh Lapisan Masyarakat
- Wajah Baru Pupuk Bersubsidi: 145 Regulasi Dipangkas, Waktu Antrean Distribusi Turun 40%
- Dari PHK ke Jualan Nasi Uduk: Cerita Yadi dan JKP yang Tertunaikan untuk Melanjutkan Hidup
- Resmikan Cold Stroge Berkapasitas 30 Ribu Ton, BEEF Kian Nyata Sokong Program MBG
Greenpeace MENA dan GEFI Rilis Kajian Baru: Polusi Batu Bara Sebabkan Jutaan Kematian Tiap Tahun
.jpg)
DUBAI - Polusi udara yang sebagian
besar disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, menyebabkan sekitar 6,7
juta kematian dini setiap tahun. Demikian rilis ringkasan eksekutif dari
laporan terbaru berjudul “Reassessing Coal in Islamic Finance: Ethical
Imperatives for Divestment and Sustainability”, yang diluncurkan Greenpeace
Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), melalui aliansi Ummah for Earth dan
bekerja sama dengan Global Ethical Finance Initiative (GEFI).
Peluncuran ini dilakukan dalam acara GEFI’s inagural
Ethical Finance GCC Summit yang digelar GEFI bersama Dubai
International Financial Centre (DIFC). Ringkasan laporan ini menjadi bagian
dari diskusi bertema “Unlocking Islamic Sustainable Finance” yang membahas
perlunya peninjauan ulang metodologi penyaringan saham dalam keuangan syariah.
Laporan ini menyoroti faktor-faktor penting yang perlu
diperhatikan para scholars, regulator, dan pelaku industri dalam menilai
kembali posisi batu bara di sektor keuangan Islam. Versi lengkap laporan,
beserta data dan metodologi pendukung, akan dipublikasikan pada KTT Iklim
COP30 mendatang.
Baca Lainnya :
- Alasan PM India Modi Tak Hadiri KTT ASEAN: Kaitan dengan Trump?0
- BlackRock Suntik Lebih dari USD3 Miliar ke Proyek Data Center Raksasa Meta di Louisiana0
- Belantara Foundation Dorong Koeksistensi Manusia-Gajah di IUCN World Conservation Congress 0
- Israel Disebut Akan Tarik Mundur Pasukan Sepenuhnya Dari Gaza Dalam 24 Jam0
- Seven Clean Seas Perluas Operasi di Indonesia, Krisis Polusi Plastik Paling Terlihat di Dunia0
Inisiatif Keuangan Etis Global (Global Ethical Finance
Initiative/GEFI) menyatakan: “Peluncuran ringkasan eksekutif ini menegaskan
pentingnya menyelaraskan keuangan Islam dengan bukti ilmiah terbaru dan
tuntutan keberlanjutan global. Kolaborasi antara scholars, regulator,
dan investor kini menjadi semakin mendesak, karena metodologi penyaringan
investasi harus berkembang seiring munculnya data baru tentang dampak kesehatan
dan perubahan iklim.
Polusi udara, yang sebagian besar disebabkan oleh pembakaran
bahan bakar fosil, menyebabkan sekitar 6,7 juta kematian dini setiap tahun,
menunjukkan urgensi etis untuk segera bertransisi. Berlandaskan prinsip maqāṣid
al-sharīʿah (tujuan hukum Islam), upaya ini menyerukan kepemimpinan kolektif
agar aliran modal benar-benar melindungi kehidupan, kekayaan, dan lingkungan,
demi masa depan yang adil dan berkelanjutan.”
Makalah ini dan ringkasan eksekutifnya menelaah kasus
investasi batu bara dalam keuangan Islam, dengan mengacu pada preseden industri
tembakau. Investasi pada tembakau sebelumnya telah dilarang karena terbukti
membahayakan kesehatan manusia.
Kini, laporan ini mempertanyakan: Pelarangan investasi pada
tembakau menunjukkan bahwa hukum Islam dapat berkembang seiring dengan
munculnya bukti mengenai dampak negatifnya. Maka pertanyaannya: apakah keuangan
Islam masih pantas mengizinkan investasi pada batu bara, ketika bukti kerusakan
terhadap kesehatan dan lingkungan sudah begitu jelas, sementara alternatif yang
lebih bersih dan berkelanjutan kini semakin tersedia?
Direktur Eksekutif Greenpeace MENA, Ghiwa Nakat, menyampaikan:
“Keuangan Islam harus mengalami perubahan paradigma: kerusakan lingkungan bukan
sekadar isu hijau—melainkan persoalan inti dalam syariah. Investasi pada
batubara mengguncang perekonomian, membahayakan generasi mendatang, dan bukan
hanya risiko ESG semata. Investasi tersebut melanggar maqāṣid
al-sharīʿah dan tidak dapat dianggap halal.
Batubara harus dikecualikan, dan modal dialihkan ke solusi
yang baik dan berkelanjutan yang mendukung tujuan syariah. Hal ini memerlukan
tindakan nyata: mengakui batu bara sebagai investasi yang tidak diperbolehkan,
memperbarui kriteria penyaringan agar mencerminkan prinsip Tayyib,
serta menerbitkan sukuk transisi untuk membantu industri besar
penghasil emisi melakukan dekarbonisasi sambil memastikan pelatihan ulang bagi
pekerja, dukungan masyarakat, dan akses terhadap energi bersih.”
Peluncuran Tayyib Fellowship
Dalam Ethical Finance GCC Summit yang
diselenggarakan oleh GEFI, turut diluncurkan program Tayyib Fellowship,
sebuah inisiatif kolaboratif antara Greenpeace MENA sebagai bagian dari Ummah
for Earth Alliance dan GEFI melalui Islamic Sustainable
Finance Initiative (ISFI).
Tariq Al-Olaimy, Penasihat Keuangan Islam untuk Ummah
for Earth Project di Greenpeace MENA, menyatakan: “Tayyib
Fellowship menandai perubahan mendasar dalam cara keuangan Islam
berperan dalam menjaga lingkungan. Dengan menumbuhkan para pemimpin yang
menerapkan pendekatan Tayyib, melampaui sekadar kepatuhan halal
untuk secara aktif mengejar manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan
lingkungan, kami membangun sebuah gerakan yang menunjukkan bahwa prinsip Islam
dan aksi iklim serta alam bukan hanya sejalan, tetapi tidak terpisahkan.”
Para peserta akan memperoleh wawasan dari para eksekutif
tingkat tinggi, scholars terkemuka di bidang syariah, dan pionir dalam keuangan
iklim. Program ini memberikan kesempatan unik untuk terhubung dengan lebih dari
30 calon pemimpin muda dari kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), Asia
Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Utara, membangun jejaring yang benar-benar
berskala global. Para fellow juga akan mengembangkan
solusi nyata di bidang keuangan Islam berkelanjutan dengan potensi implementasi
tinggi, dan setelah menyelesaikan program, akan menerima sertifikasi resmi ISFI
Fellowship yang diakui oleh lembaga mitra.
Program berdurasi sembilan bulan ini bertujuan membentuk
jaringan global profesional keuangan, akademisi, pembuat kebijakan, dan
inovator yang berpotensi mendorong lahirnya generasi baru keuangan Islam
berkelanjutan. Inisiatif ini bukan hanya tentang pengembangan kapasitas, tetapi
juga tentang membangun gerakan menuju peluang pembiayaan iklim senilai 400
miliar dolar AS, yang dapat terwujud hanya dengan mengalihkan 5% dari total
aset keuangan Islam ke sektor energi terbarukan dan solusi iklim.
.jpg)

.jpg)

.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)

.jpg)

