- Revisi UU 41 Tahun 1999 Angin Segar Bagi Tata Kelola Kehutanan Indonesia
- Kepala BP Taskin: Desa Membantu Pengentasan Kemiskinan Lebih Kontekstual Berbasis Budaya
- Mudik Gratis PLN Bersama BUMN Dibuka, Begini Cara Daftarnya di Aplikasi PLN Mobile!
- FAST Tel-U Dukung Astacita Pendidikan Tinggi
- PB POSSI Kirim 4 Wasit ke Thailand, Tingkatkan Kualitas Freediving Indonesia
- AHY: Pengembangan Rempang Eco-City Harus Inklusif dan Berorientasi Pada Kesejahteraan Masyarakat
- NFA Dorong Keanekaragaman Konsumsi Pangan Lokal untuk Ketahanan Gizi Nasional
- Presiden Prabowo Resmikan 17 Stadion Berstandar FIFA di Berbagai Daerah Indonesia
- AHY: Infrastruktur Berkelanjutan, Kunci Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan
- Fishipol Universitas Negeri Yogyakarta Luncurkan Buku Eulogi untuk Prof Supardi
Koalisi Pangan BAIK Perkuat Kapasitas Terkait Kebijakan Pangan dan Proklim

ENDE – Pemerintah terus berupaya
memperkuat sistem pangan nasional melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81
Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber
Daya Lokal. Kebijakan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, tetapi juga
memastikan pemanfaatan sumber daya lokal yang berkelanjutan.
Sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan ini, Koalisi
Pangan BAIK menyelenggarakan penguatan kapasitas terkait kebijakan publik,
khususnya mengenai pangan dan proklim bagi Local Champion yang terdiri dari
perwakilan orang muda dan kelompok perempuan dari Manggarai, Flores Timur dan
Lembata.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, 25-27 Februari
2025, dengan tujuan meningkatkan pemahaman peserta mengenai Perpres 81/2024
serta adaptasi perubahan iklim melalui program Kampung Proklim. Selain
memperdalam kajian kebijakan pangan dan proklim, kegiatan ini juga menjadi
ruang aman bagi para Local Champion Pangan BAIK untuk mendiskusikan serta
merumuskan rencana tindak lanjut dalam menyuarakan isu pangan dan perubahan
iklim.
Baca Lainnya :
- Neutura dan AP Farm Hadirkan Solusi Carbon Farming #REMOVARM di Bandung0
- Peneliti Ungkap Peradaban Pertanian Papua Nugini 1000 Tahun Lebih Awal0
- Cara Mengatasi Hama Pohon Karet0
- Moray, Sistem Pertanian Unik Suku Inca0
- Anggota ASPAI Se-Indonesia Uji Kompetensi Budidaya Anggur0
Dalam sesi diskusi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Provinsi NTT, Joaz Umbu Wanda menekankan bahwa aspek utama dalam
penganekaragaman pangan adalah tersedianya pangan yang beragam dan
aksesibilitasnya yang merata serta terjangkau.
"Meningkatkan ketersediaan aneka ragam pangan berbasis
potensi sumber daya lokal sangat penting untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat dengan mutu yang cukup, beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Dari
hasil produksi, kita perlu mengajak orang muda bersama petani di desa untuk
mengidentifikasi pangan lokal, agar kita tahu sejauh mana
keberlanjutannya," ujar Umbu.
Pengembangan pangan lokal menjadi salah satu alternatif aksi
iklim, mengingat perubahan iklim sangat berdampak pada produksi pangan. Tingkat
keberagaman pangan yang menurun meningkatkan ketergantungan pada pangan impor.
Padahal, sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keberagaman pangan yang
erat kaitannya dengan sumber daya alam, pengetahuan, dan budaya lokal.
Salah satu Local Champion Koalisi Pangan BAIK, Hendrikus
Suban Kolah, menyoroti pentingnya kebijakan pangan yang disesuaikan dengan
konteks lokal. "Jagung hibrida bisa berdampak pada hilangnya jagung titi.
Di Lembata dan Flores Timur, jagung titi adalah pangan lokal yang telah lama
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Kebijakan pangan harus
mempertimbangkan kelestarian pangan tradisional," ungkap Hendrik.
Selain itu, peserta juga membahas potensi pangan lokal dalam
meningkatkan ekonomi, pentingnya teknologi dalam pertanian, serta perlunya
pergeseran pola pikir masyarakat agar lebih menghargai pangan lokal. Diskusi
kemudian berlanjut dengan pembahasan mengenai pengelolaan limbah, tantangan
kemiskinan, serta masalah stunting.
Dialog dengan Pemerintah dan Pembahasan Program
Desa Proklim
Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dari
Kabupaten Manggarai, Flores Timur dan Lembata yang berpartisipasi secara
daring. Mereka berdialog dengan para Local Champion mengenai kondisi pangan dan
pertanian di daerah masing-masing serta aksi yang telah dilakukan.
Selain itu, sesi pelatihan juga membahas rancangan Proklim
dengan menghadirkan Koko Widjanarko, Plt Koordinator Kelompok Kerja Bidang
Pengembangan Masyarakat Berketahanan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup. Ia
menjelaskan konsep, perkembangan, serta arah pengembangan desa Proklim ke
depan.
"Dalam Proklim, kita mengenal wilayah administratif,
wilayah kerja komunitas, serta kategori program. Hal ini bisa bersinergi dengan
upaya peningkatan ketahanan pangan," jelas Koko.
Pada sesi diskusi lainnya, Dinas Lingkungan Hidup dari
Kabupaten Manggarai, Flores Timur, dan Lembata membagikan pengalaman mereka
dalam meningkatkan ketahanan pangan, keamanan air, serta mata pencaharian
melalui pertanian terpadu dan program desa iklim. Mereka juga mengangkat
tantangan seperti kelembagaan yang lemah, kurangnya kesadaran masyarakat akan
pemilahan limbah, serta keterbatasan badan hukum bagi kelompok masyarakat.
Kabupaten Lembata, misalnya, telah mengajukan 25 desa
proklim dan melibatkan 9 inovator dalam program tersebut. Namun, mereka tetap
menghadapi tantangan seperti minimnya dukungan dari pemerintah pusat dalam
penguatan kelembagaan.
Sebagai bagian dari kegiatan, Local Champion juga mengikuti
kunjungan belajar ke Kampung Adat Saga, Kabupaten Ende, pada tanggal 26
Februari 2024. Mereka belajar tentang pendokumentasian benih dan resep olahan
pangan lokal yang dilakukan oleh kelompok perempuan Ine Saga yang didukung oleh
Kampus Tanpa Dinding dan Mantasa. Mereka juga melihat bagaimana pemerintah desa
mendukung inisiatif ini melalui kebijakan desa.
Dengan berbagai kegiatan ini, diharapkan Local Champion
Pangan BAIK semakin mampu mengadvokasi kebijakan pangan yang inklusif dan
berkelanjutan, serta mendorong peran aktif masyarakat dalam penguatan sistem
pangan berbasis sumber daya lokal. (fadlik al iman)
